Kisah ini yaitu wacana seseorang yang menerima imbalan untuk pergi naik haji alasannya yaitu lapang dada bersedekah. Ada seorang pedagang gorengan yang selalu menyisakan buntut singkong goreng yang tidak terjual kepada seorang anak kecil yang selalu bermain di daerah mangkalnya.
Tanpa terasa, sudah lebih dari 20 tahun ia menjalankan usahanya sebagai tukang gorengan tanpa ada perubahan yang berarti.
Pada suatu hari tiba seorang laki-laki dengan kendaraan beroda empat glamor menghampiri gerobak gorengannya. Pria itu bertanya, "Ada gorengan buntut singkong, pak?"
Si tukang goreng menjawab, "Gak ada, mas".
"Saya kangen sama buntut singkongnya, pak. Dulu waktu kecil, saat ayah aku gres meninggal, tidak ada yang membiayai hidup saya. Teman-teman mengejek aku alasannya yaitu tidak sanggup membeli jajanan. Tapi waktu itu bapak selalu memberi buntut singkong goreng setiap aku bermain di erat gerobak bapak" kata laki-laki itu.
Tukang gorengan terperangah. "Yang aku berikan dulu itu hanya buntut singkong. Kenapa kau masih ingat saya?"
"Bapak bukan sekedar memberi buntut singkong, tapi juga memberi sebuah kebahagian dan impian bagi saya. Saya mustahil sanggup membalas kebaikan kebijaksanaan bapak. Tapi, aku ingin memberangkatkan bapak untuk naik haji ke tanah suci. Semoga bapak bahagia." lanjut laki-laki itu.
Si tukang goreng hampir tidak percaya alasannya yaitu hanya sebuah kebaikan / sedekah kecil tapi mendatangkan berkah yang begitu besar baginya.
Kisah ini mengatakan sebuah teladan kecil dimana apabila seseorang melaksanakan sedekah atau kebaikan dengan lapang dada walau hanya kecil atau apapun bentuknya maka ia akan menerima imbalan yang sama sekali tak diduga. Renungkan, hanya alasannya yaitu memberi sebuah kebahagian pada seorang anak kecil dengan memberinya buntut singkong goreng, si tukang gorengan ini sanggup naik haji. Semoga kita juga sanggup lapang dada dalam bersedekah...
Tanpa terasa, sudah lebih dari 20 tahun ia menjalankan usahanya sebagai tukang gorengan tanpa ada perubahan yang berarti.
Pada suatu hari tiba seorang laki-laki dengan kendaraan beroda empat glamor menghampiri gerobak gorengannya. Pria itu bertanya, "Ada gorengan buntut singkong, pak?"
Si tukang goreng menjawab, "Gak ada, mas".
"Saya kangen sama buntut singkongnya, pak. Dulu waktu kecil, saat ayah aku gres meninggal, tidak ada yang membiayai hidup saya. Teman-teman mengejek aku alasannya yaitu tidak sanggup membeli jajanan. Tapi waktu itu bapak selalu memberi buntut singkong goreng setiap aku bermain di erat gerobak bapak" kata laki-laki itu.
Tukang gorengan terperangah. "Yang aku berikan dulu itu hanya buntut singkong. Kenapa kau masih ingat saya?"
"Bapak bukan sekedar memberi buntut singkong, tapi juga memberi sebuah kebahagian dan impian bagi saya. Saya mustahil sanggup membalas kebaikan kebijaksanaan bapak. Tapi, aku ingin memberangkatkan bapak untuk naik haji ke tanah suci. Semoga bapak bahagia." lanjut laki-laki itu.
Si tukang goreng hampir tidak percaya alasannya yaitu hanya sebuah kebaikan / sedekah kecil tapi mendatangkan berkah yang begitu besar baginya.
Kisah ini mengatakan sebuah teladan kecil dimana apabila seseorang melaksanakan sedekah atau kebaikan dengan lapang dada walau hanya kecil atau apapun bentuknya maka ia akan menerima imbalan yang sama sekali tak diduga. Renungkan, hanya alasannya yaitu memberi sebuah kebahagian pada seorang anak kecil dengan memberinya buntut singkong goreng, si tukang gorengan ini sanggup naik haji. Semoga kita juga sanggup lapang dada dalam bersedekah...
Posting Komentar untuk "Naik Haji Alasannya Yaitu Tulus Bersedekah"