Kumpulan Tafsir An Naazi’Aat

Surah An Naazi’aat (Malaikat Yang Mencabut Nyawa)

Surah ke-79. 46 ayat. Makkiyyah

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

Ayat 1-5: Sumpah dengan para malaikat untuk menegaskan bahwa hari Kiamat yakni benar.

وَالنَّازِعَاتِ غَرْقًا (١) وَالنَّاشِطَاتِ نَشْطًا (٢) وَالسَّابِحَاتِ سَبْحًا (٣) فَالسَّابِقَاتِ سَبْقًا (٤) فَالْمُدَبِّرَاتِ أَمْرًا (٥)

Terjemah Surat An Naazi’aat Ayat 1-5

1. [1]Demi (malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan keras[2],

2. dan (malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan lemah lembut[3].

3. Demi (malaikat) yang turun dari langit dengan cepat[4],

4. dan (malaikat) yang mendahului dengan kencang[5],

5. dan (malaikat) yang mengatur urusan (dunia)[6].

Ayat 6-14: Membicarakan wacana hari Kiamat, keadaan kaum musyrik yang mengingkarinya, dan keadaan mereka pada hari Kiamat.

يَوْمَ تَرْجُفُ الرَّاجِفَةُ (٦) تَتْبَعُهَا الرَّادِفَةُ (٧)قُلُوبٌ يَوْمَئِذٍ وَاجِفَةٌ (٨)أَبْصَارُهَا خَاشِعَةٌ (٩)يَقُولُونَ أَئِنَّا لَمَرْدُودُونَ فِي الْحَافِرَةِ (١٠) أَئِذَا كُنَّا عِظَامًا نَخِرَةً (١١) قَالُوا تِلْكَ إِذًا كَرَّةٌ خَاسِرَةٌ (١٢) فَإِنَّمَا هِيَ زَجْرَةٌ وَاحِدَةٌ (١٣) فَإِذَا هُمْ بِالسَّاهِرَةِ (١٤

Terjemah Surat An Naazi’aat Ayat 6-14

6. (Sungguh, kau akan dibangkitkan) pada hari dikala tiupan pertama mengguncangkan alam,

7. (tiupan pertama) itu diiringi oleh tiupan kedua[7].

8. Hati insan pada waktu itu merasa sangat takut[8],

9. Pandangannya tunduk.

10. (orang-orang kafir) berkata (di dunia), "Apakah kita benar-benar akan dikembalikan kepada kehidupan semula[9]?

11. Apakah (akan dibangkitkan juga) apabila kita telah menjadi tulang belulang yang hancur?"

12. Mereka berkata, "Kalau demikian, itu yakni suatu pengembalian yang merugikan[10].”

13. [11]Maka pengembalian itu hanyalah dengan sekali tiupan saja.

14. Seketika itu mereka hidup kembali di bumi (yang baru)[12].

Ayat 15-26: Kisah Nabi Musa ‘alaihis salam dan Fir’aun sebagai penghibur bagi Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, dan eksekusi Allah Subhaanahu wa Ta'aala kepadanya sehingga menjadi pelajaran bagi generasi setelahnya.

هَلْ أتَاكَ حَدِيثُ مُوسَى (١٥) إِذْ نَادَاهُ رَبُّهُ بِالْوَادِي الْمُقَدَّسِ طُوًى (١٦) اذْهَبْ إِلَى فِرْعَوْنَ إِنَّهُ طَغَى (١٧) فَقُلْ هَلْ لَكَ إِلَى أَنْ تَزَكَّى (١٨) وَأَهْدِيَكَ إِلَى رَبِّكَ فَتَخْشَى (١٩) فَأَرَاهُ الآيَةَ الْكُبْرَى (٢٠) فَكَذَّبَ وَعَصَى (٢١) ثُمَّ أَدْبَرَ يَسْعَى (٢٢) فَحَشَرَ فَنَادَى (٢٣) فَقَالَ أَنَا رَبُّكُمُ الأعْلَى (٢٤) فَأَخَذَهُ اللَّهُ نَكَالَ الآخِرَةِ وَالأولَى (٢٥) إِنَّ فِي ذَلِكَ لَعِبْرَةً لِمَنْ يَخْشَى (٢٦)

Terjemah Surat An Naazi’aat Ayat 15-26

15. Sudahkah hingga kepadamu (Muhammad) kisah Musa?

16. Ketika Tuhan memanggilnya (Musa) di lembah suci yaitu lembah Thuwa[13];

17. "Pergilah engkau kepada Fir'aun! Sesungguhnya beliau telah melampaui batas (dalam kekafiran)[14],

18. Maka katakanlah (kepada Fir'aun), "Adakah keinginanmu untuk membersihkan diri (dari kesesatan)[15],

19. dan engkau akan kupimpin ke jalan Tuhanmu[16] semoga engkau takut kepada-Nya?"

20. Lalu (Musa) memperlihatkan kepadanya mukjizat yang besar[17].

21. Tetapi beliau (Fir´aun) mendustakan[18] dan mendurhakai[19].

22. Kemudian beliau berpaling[20] seraya berusaha menantang (Musa)[21].

23. Kemudian beliau mengumpulkan (pembesar-pembesarnya) kemudian berseru (memanggil kaumnya).

24. (seraya) berkata, "Akulah tuhanmu yang paling tinggi[22].”

25. Maka Allah menghukumnya dengan azab di alam abadi dan azab di dunia.

26. Sungguh, pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang yang takut (kepada Allah)[23].

Ayat 27-33: Membangkitkan insan yakni gampang bagi Allah Subhaanahu wa Ta'aala, dan mengingatkan kaum musyrik terhadap kelemahan mereka dan besarnya nikmat yang diberikan Allah Subhaanahu wa Ta'aala kepada mereka.

أَأَنْتُمْ أَشَدُّ خَلْقًا أَمِ السَّمَاءُ بَنَاهَا (٢٧) رَفَعَ سَمْكَهَا فَسَوَّاهَا (٢٨)وَأَغْطَشَ لَيْلَهَا وَأَخْرَجَ ضُحَاهَا (٢٩) وَالأرْضَ بَعْدَ ذَلِكَ دَحَاهَا (٣٠) أَخْرَجَ مِنْهَا مَاءَهَا وَمَرْعَاهَا (٣١) وَالْجِبَالَ أَرْسَاهَا (٣٢) مَتَاعًا لَكُمْ وَلأنْعَامِكُمْ (٣٣

Terjemah Surat An Naazi’aat Ayat 27-33

27. [24]Apakah penciptaan kamu[25] yang lebih ahli ataukah langit? Allah telah membangunnya.

28. Dia telah meninggikan bangunannya kemudian menyempurnakannya,

29. dan Dia mengakibatkan malamnya (gelap gulita), dan mengakibatkan siangnya (terang benderang)[26].

30. Dan sesudah itu bumi[27] Dia hamparkan[28].

31. Darinya Dia pancarkan mata air, dan (ditumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya.

32. Dan gunung-gunung Dia pancangkan dengan teguh[29].

33. (Semua itu) untuk kesenanganmu dan untuk hewan-hewan ternakmu.

Ayat 34-41: Peristiwa yang akan disaksikan pada hari Kiamat, keadaan orang-orang kafir dan keadaan orang-orang mukmin.

فَإِذَا جَاءَتِ الطَّامَّةُ الْكُبْرَى (٣٤) يَوْمَ يَتَذَكَّرُ الإنْسَانُ مَا سَعَى (٣٥) وَبُرِّزَتِ الْجَحِيمُ لِمَنْ يَرَى (٣٦) فَأَمَّا مَنْ طَغَى (٣٧) وَآثَرَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا (٣٨) فَإِنَّ الْجَحِيمَ هِيَ الْمَأْوَى (٣٩)وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى (٤٠)فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى (٤١)

Terjemah Surat An Naazi’aat Ayat 34-41

34. Maka apabila malapetaka besar (hari Kiamat) telah datang[30].

35. Yaitu pada hari (ketika) insan teringat akan apa yang telah dikerjakannya[31],

36. dan neraka diperlihatkan dengan terperinci kepada setiap orang yang melihat.

37. Maka adapun orang yang melampaui batas[32],

38. dan lebih mengutamakan kehidupan dunia[33],

39. maka sungguh, nerakalah daerah tinggalnya.

40. Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya[34] dan menahan diri dari (keinginan) hawa nafsunya,

41. maka sungguh, surgalah[35] daerah tinggal(nya).

Ayat 42-46: Membicarakan wacana hari Kiamat, kapan terjadinya dan pengingkaran kaum musyrik terhadapnya.

يَسْأَلُونَكَ عَنِ السَّاعَةِ أَيَّانَ مُرْسَاهَا (٤٢) فِيمَ أَنْتَ مِنْ ذِكْرَاهَا (٤٣) إِلَى رَبِّكَ مُنْتَهَاهَا (٤٤) إِنَّمَا أَنْتَ مُنْذِرُ مَنْ يَخْشَاهَا (٤٥)كَأَنَّهُمْ يَوْمَ يَرَوْنَهَا لَمْ يَلْبَثُوا إِلا عَشِيَّةً أَوْ ضُحَاهَا (٤٦)

Terjemah Surat An Naazi’aat Ayat 42-46

42. [36]Mereka (orang-orang kafir) bertanya kepadamu (Muhammad) wacana hari Kiamat, “Kapankah terjadinya?[37]

43. Untuk apa engkau perlu menyebutkan (waktunya)?[38]

44. Kepada Tuhanmulah dikembalikan kesudahannya (ketentuan waktunya)[39].

45. Engkau (Muhammad) hanyalah pemberi peringatan bagi siapa yang takut kepadanya (hari Kiamat)[40].

46. Pada hari dikala mereka melihat hari Kiamat itu (karena suasananya hebat), mereka merasa seolah-olah hanya (sebentar saja) tinggal (di dunia) pada waktu sore atau pagi hari[41].

KANDUNGAN AYAT

[1] Allah Subhaanahu wa Ta'aala bersumpah dengan para malaikat yang mulia dan perbuatan mereka yang memperlihatkan sempurnanya ketundukan mereka kepada perintah Allah dan segeranya mereka melaksanakan perintah-Nya. Isi sumpahnya kemungkinan memutuskan kebangkitan dan pembalasan berdasarkan disebutkannya keadaan hari Kiamat setelahnya.

[2] Yaitu dikala mencabut nyawa orang-orang kafir.

[3] Yaitu dikala mencabut nyawa orang-orang mukmin.

[4] Ada pula yang menafsirkan dengan malaikat yang terbang di udara naik dan turun.

[5] Mereka sangat segera memenuhi perintah Allah, mendahului para setan dikala memberikan wahyu kepada para rasul Allah sehingga mereka (para setan) tidak sanggup mencurinya.

[6] Allah Subhaanahu wa Ta'aala menugaskan kepada mereka untuk mengatur banyak urusan alam semesta, baik alam cuilan bawah maupun alam cuilan atas; mereka mengurus hujan, tumbuhan, angin, gunung-gunung, janin, hewan-hewan, surga, neraka dan lain-lain. Berikut ini di antara tugas-tugas malaikat:

- Jibril, ditugaskan memberikan wahyu.

- Mika’il, ditugaskan mengurus hujan dan tumbuh-tumbuhan.

- Israfil, ditugaskan meniup sangkakala. Tiupan pertama menghancurkan alam dan tiupan kedua membangkitkan makhluk yang sudah mati. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda, “Bagaimana saya bisa bersenang-senang sedangkan peniup sangkakala (Israfil) sudah memasukkan sangkakala ke mulutnya dan sudah mendapat ketetapan, kapan diperintah untuk ditiup.” (HR. Tirmidzi, ia berkata: “Hadits hasan”)

Dalam riwayat Muslim disebutkan bahwa Malaikat Israfil juga di samping sudah menaruh sangkakala di mulutnya, dahinya sudah menunduk (tanda sudah siap meniup).

- Malaikat maut beserta para pembantunya, ditugaskan untuk mencabut nyawa.

- Munkar dan Nakir, ditugaskan untuk menanyakan insan yang berada di kubur wacana Tuhannya, agamanya dan nabinya. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

إِذَا قُبِرَ أَحَدُكُمْ أَوِ الْإِنْسَانُ أَتَاهُ مَلَكَانِ أَسْوَدَانِ أَزْرَقَانِ يُقَالُ لِأَحَدِهِمَا الْمُنْكَرُ وَلِلْاخَرِ النَّكِيْرُ

"Apabila salah seorang di antara kau atau seorang insan dikubur, maka akan didatangi oleh dua malaikat berwarna hitam-biru, yang satu berjulukan Munkar, sedangkan yang satu lagi berjulukan Nakir." (HR. Tirmidzi dan dihasankan oleh Syaikh Al Albani, lih. Ash Shahiihah: 1391)

- Al Kiraamul Kaatibun (malaikat mulia pencatat amal), ditugaskan untuk mencatat amal manusia.

- Al Mu’aqqibaat (malaikat yang mengiringi manusia), ditugaskan untuk menjaga insan dalam semua keadaan mereka secara bergiliran, ada malaikat yang bertugas di malam hari dan ada yang bertugas di siang hari, dan mereka berkumpul di waktu shalat Subuh dan Ashar.

- Ada juga malaikat yang ditugaskan menjaga surga.

- Ada malaikat yang ditugaskan menjaga neraka, mereka disebut malaikat zabaaniyah, pemukanya yakni malaikat Malik.

- Ada pula malaikat yang menjaga gunung.

- Ada pula malaikat yang berpindah-pindah mencari majlis dzikr (majlis ilmu).

- Ada pula malaikat yang berada di pintu-pintu masjid pada setiap hari Jum’at, mencatat siapa yang tiba pertama, kedua, dst. Dan sesudah khatib naik mimbar, mereka tutup catatan mereka.

- Ada pula malaikat yang bershaf-shaf beribadah dan bertasbih siang dan malam tanpa bosan-bosannya.

- Ada pula malaikat yang berkelana memberikan shalawat kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dari umatnya.

- Ada pula malaikat yang dikirim kepada setiap janin, ditiupnya ruh ke dalam janin dan diperintahkan mencatat empat hal: amalnya, rezekinya, ajalnya dan apakah ia senang atau celaka.

- Ada juga malaikat ra’d (guruh) sebagaimana dalam hadits berikut:

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ أَقْبَلَتْ يَهُودُ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالُوا يَا أَبَا الْقَاسِمِ أَخْبِرْنَا عَنِ الرَّعْدِ مَا هُوَ قَالَ مَلَكٌ مِنَ الْمَلَائِكَةِ مُوَكَّلٌ بِالسَّحَابِ مَعَهُ مَخَارِيقُ مِنْ نَارٍ يَسُوقُ بِهَا السَّحَابَ حَيْثُ شَاءَ اللَّهُ فَقَالُوا فَمَا هَذَا الصَّوْتُ الَّذِي نَسْمَعُ قَالَ زَجْرُهُ بِالسَّحَابِ إِذَا زَجَرَهُ حَتَّى يَنْتَهِيَ إِلَى حَيْثُ أُمِرَ فَقَالُوْا صَدَقْتَ

Dari Ibnu Abbas ia berkata: “Pernah tiba beberapa orang yahudi kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan berkata, “Wahai Abul Qaasim, beritahukanlah kami wacana guruh! Apa bergotong-royong dia?” Beliau menjawab, “Dia yakni salah satu malaikat Allah yang ditugaskan mengurus awan mendung, di tangannnya ada beberapa sabetan dari api, digiringnya awan dengan sabetan itu ke daerah yang Allah kehendaki.” Mereka bertanya lagi, “Lalu apa bunyi yang kami dengar ini?” Beliau menjawab, “Penggiringannya kepada awan dikala beliau menggiringnya hingga tiba ke daerah yang diperintahkan.” Orang-orang Yahudi berkata, “Engkau benar.” (HR. Tirmidzi, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Tirmidzi 3/262 dan Ash Shahiihah no. 1872)

- Dll.

[7] Jarak antara keduanya 40. Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

مَا بَيْنَ النَّفْخَتَيْنِ أَرْبَعُونَ قَالَ أَرْبَعُونَ يَوْمًا قَالَ أَبَيْتُ قَالَ أَرْبَعُونَ شَهْرًا قَالَ أَبَيْتُ قَالَ أَرْبَعُونَ سَنَةً قَالَ أَبَيْتُ قَالَ ثُمَّ يُنْزِلُ اللَّهُ مِنْ السَّمَاءِ مَاءً فَيَنْبُتُونَ كَمَا يَنْبُتُ الْبَقْلُ لَيْسَ مِنْ الْإِنْسَانِ شَيْءٌ إِلَّا يَبْلَى إِلَّا عَظْمًا وَاحِدًا وَهُوَ عَجْبُ الذَّنَبِ وَمِنْهُ يُرَكَّبُ الْخَلْقُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Jarak antara kedua tiupan empat puluh.” Abu Hurairah bertanya, “(Apakah) empat puluh hari.” Beliau menjawab, “Aku belum bisa memastikan.” Abu Hurairah bertanya, “(Apakah) empat puluh bulan.” Beliau menjawab, “Aku belum bisa memastikan.” Abu Hurairah bertanya, “(Apakah) empat puluh tahun.” Beliau menjawab, “Aku belum bisa memastikan.” Beliau bersabda, “Kemudian Allah menurunkan air (hujan) dari langit, maka mereka pun tumbuh sebagaimana tumbuhnya tanaman. Tidak ada sesuatu pun dari jasad insan kecuali telah hancur kecuali satu tulang, yaitu tulang ekornya, dan dari sanalah insan tersusun kembali pada hari Kiamat.” (HR. Bukhari dan Muslim)

[8] Karena melihat kejadian dahsyat di hadapannya.

[9] Setelah orang-orang kafir mendengar adanya hari kebangkitan sesudah mati, maka mereka merasa heran dan mengejeknya, lantaran berdasarkan mereka tidak ada hari kebangkitan itu. Itulah sebabnya mereka bertanya demikian.

[10] Mereka menganggap tidak mungkin kebangkitan itu lantaran tidak tahunya mereka terhadap kekuasaan Allah dan tidak takutnya mereka kepada kebesaran-Nya.

[11] Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman pertanda wacana mudahnya perkara itu.

[12] Allah Subhaanahu wa Ta'aala mengumpulkan mereka, dan mereka berdiri menunggu keputusan-Nya. Ketika itu, Dia memutuskan mereka dengan adil dan memperlihatkan jawaban kepada mereka.

[13] Yaitu daerah dimana Allah Subhaanahu wa Ta'aala berbicara dengan Nabi Musa serta memperlihatkan risalah kenabian kepada Beliau dan wahyu-Nya.

[14] Yakni laranglah beliau dari bersikap melampaui batas, melaksanakan kemusyrikan dan kedurhakaan dengan kata-kata yang lembut dan ucapan yang halus semoga beliau sadar atau merasa takut.

[15] Bisa juga diartikan dengan membersihkan diri dari syirk, yaitu dengan bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah. Atau membersihkan diri dari noda syirk dan kekafiran dengan menggantinya dengan dogma dan amal saleh.

[16] Yakni saya tunjukkan kepadamu jalan kepada-Nya serta saya terangkan daerah terletak keridhaan-Nya dari daerah terletak kemurkaan-Nya.

[17] Yaitu tangan yang bercahaya atau tongkat yang bermetamorfosis ular.

[18] Yakni mendustakan Nabi Musa ‘alaihis salam.

[19] Yakni mendurhakai Allah Subhaanahu wa Ta'aala.

[20] Dari beriman.

[21] Bisa juga diartikan berusaha mengadakan kerusakan di bumi atau berusaha menentang yang hak dan memeranginya.

[22] Maksudnya, tidak ada yang kuasa di atasku. Lalu kaumnya menaatinya dan mengakui kebatilannya itu lantaran pengaruhnya.

[23] Hal itu, lantaran orang yang takut kepada Allah, dialah yang sanggup mengambil manfaat dari ayat-ayat dan pelajaran-pelajaran yang disampaikan. Ketika beliau melihat eksekusi yang menimpa Fir’aun, maka beliau mengetahui bahwa setiap orang yang sombong dan durhaka kepada Allah, bahkan berani menentang Allah, maka Allah akan menghukumnya di dunia dan akhirat. Akan tetapi, orang yang telah hilang rasa takut kepada Allah dari hatinya, maka ia tetap tidak akan beriman meskipun didatangkan setiap ayat kepadanya.

[24] Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman menyebutkan dalil yang terperinci kepada orang-orang yang mengingkari kebangkitan dan menganggap tidak mungkin Allah akan menghidupkan kembali insan yang telah mati dan menjadi tulang-belulang.

[25] Wahai orang yang mengingkari kebangkitan.

[26] Sehingga insan sanggup bertebaran di bumi untuk maslahat agama dan dunia mereka.

[27] Bumi telah diciptakan sebelum langit namun belum dihamparkan. Bumi dihamparkan sesudah langit diciptakan.

[28] Menurut Syaikh As Sa’diy, maksudnya menyimpankan di dalamnya banyak sekali manfaatnya. Manfaat tersebut diterangkan lebih lanjut oleh ayat berikutnya.

[29] Dengan demikian, Tuhan yang bisa membuat langit yang besar dan kuat serta benda-benda langit yang ada di dalamnya, demikian pula yang membuat bumi serta segala kebutuhan makhluk dan banyak sekali manfaat bagi mereka, niscaya bisa membangkitkan makhluk sesudah mereka mati, kemudian Dia akan memperlihatkan jawaban terhadap amal mereka, maka barang siapa yang berbuat baik, beliau akan mendapat surga, sebaliknya barang siapa yang berbuat buruk, maka janganlah ia cela selain dirinya.

[30] Ketika itu seorang ibu lalai terhadap anaknya, demikian pula kawan, ia juga lalai terhadap kawannya dan orang yang cinta juga lalai kepada kekasihnya.

[31] Selama di dunia baik atau buruk. Pada hari itu, ia berangan-angan ditambah kebaikannya dan bersedih lantaran banyak keburukannya dan sedikit kebaikannya. Ia pun mengetahui bahwa sumber keberuntungan dan kerugiannya terletak pada apa yang beliau usahakan dikala di dunia. Ketika itu, semua alasannya dan kekerabatan yang terjalin di dunia terputus selain amal.

[32] Dengan berani melaksanakan dosa-dosa besar dan tidak berhenti terhadap batasan yang Allah tetapkan.

[33] Daripada akhirat, sehingga kerja kerasnya tertuju kepadanya, waktunya habis untuk memperoleh kesenangan dunia, lupa dengan alam abadi dan tidak bersedekah untuknya, serta mengikuti hawa nafsunya.

[34] Ia takut dikala berdiri di hadapan Tuhannya, dimana rasa takut ini kuat dalam hatinya sehingga ia tahan dirinya dari harapan hawa nafsunya, dan hawa nafsunya menjadi lebih mengikuti apa yang dibawa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam serta ia lawan hawa nafsunya yang menghalanginya dari kebaikan.

[35] Yang merupakan daerah yang penuh kebaikan, kegembiraan dan kenikmatan.

[36] Ibnu Jarir berkata: Telah menceritakan kepadaku Ya’qub bin Ibrahim ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Sufyan bin ‘Uyaynah dari Az Zuhriy dari Urwah dari Aisyah ia berkata, “Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam senantiasa ditanya wacana hari Kiamat (kapan waktunya), hingga Allah ‘Azza wa Jalla menurunkan, “Untuk apa engkau perlu menyebutkan (waktunya)?-- Kepada Tuhanmulah dikembalikan kesudahannya (ketentuan waktunya).”

[37] Kata-kata ini mereka ucapkan yakni sebagai olok-olokan saja, bukan lantaran mereka percaya akan hari berbangkit.

[38] Yakni engkau tidak mempunyai pengetahuan terhadapnya sehingga untuk apa engkau perlu menyebutkannya.

[39] Hal ini sebagaimana firman Allah Ta’ala, “Mereka menanyakan kepadamu wacana kiamat, "Kapankah terjadinya?" Katakanlah, "Sesungguhnya pengetahuan wacana Kiamat itu yakni pada sisi Tuhanku; tidak seorang pun yang sanggup menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. Kiamat itu sangat berat (huru haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi. Kiamat itu tidak akan tiba kepadamu melainkan dengan tiba-tiba.” Mereka bertanya kepadamu seolah-olah kau benar-benar mengetahuinya. Katakanlah, "Sesungguhnya pengetahuan wacana bari simpulan zaman itu yakni di sisi Allah, tetapi kebanyakan insan tidak mengetahui.” (Terj. Al A’raaf: 187)

[40] Yakni peringatanmu hanyalah bermanfaat bagi orang yang takut terhadap kedatangan hari Kiamat dan takut berhadap dengan Tuhannya. Adapun orang yang tidak beriman, maka tidak bermanfaat peringatan itu, bahkan hanya menegakkan hujjah saja atasnya.

[41] Karena hebatnya suasana hari berbangkit itu mereka merasa bahwa hidup di dunia hanya sebentar saja.

Posting Komentar untuk "Kumpulan Tafsir An Naazi’Aat"