Surah ‘Abasa (Bermuka Masam)
Surah ke-80. 42 ayat. Makkiyyah
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Ayat 1-16: Kisah seorang sahabat yang buta yang tiba kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam untuk mengenal agama dan teguran kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam alasannya ialah berpaling darinya.
عَبَسَ وَتَوَلَّى (١) أَنْ جَاءَهُ الأعْمَى (٢)وَمَا يُدْرِيكَ لَعَلَّهُ يَزَّكَّى (٣)أَوْ يَذَّكَّرُ فَتَنْفَعَهُ الذِّكْرَى (٤) أَمَّا مَنِ اسْتَغْنَى (٥) فَأَنْتَ لَهُ تَصَدَّى (٦) وَمَا عَلَيْكَ أَلا يَزَّكَّى (٧) وَأَمَّا مَنْ جَاءَكَ يَسْعَى (٨)وَهُوَ يَخْشَى (٩) فَأَنْتَ عَنْهُ تَلَهَّى (١٠)كَلا إِنَّهَا تَذْكِرَةٌ (١١) فَمَنْ شَاءَ ذَكَرَهُ (١٢) فِي صُحُفٍ مُكَرَّمَةٍ (١٣) مَرْفُوعَةٍ مُطَهَّرَةٍ (١٤) بِأَيْدِي سَفَرَةٍ (١٥) كِرَامٍ بَرَرَةٍ (١٦)
Terjemah Surat ‘Abasa Ayat 1-16
1. [1]Dia (Muhammad) berwajah masam dan berpaling,
2. alasannya ialah seorang buta telah tiba kepadanya[2].
3. [3]Dan tahukah engkau (Muhammad) barangkali beliau ingin menyucikan dirinya[4],
4. atau beliau (ingin) mendapat pengajaran, yang memberi manfaat kepadanya[5]?
5. adapun orang yang merasa dirinya serba cukup[6],
6. maka engkau (Muhammad) memberi perhatian kepadanya.
7. Padahal tidak ada (cela) atasmu kalau beliau tidak menyucikan diri (beriman).
8. Dan adapun orang yang tiba kepadamu dengan bersegera (untuk mendapat pengajaran),
9. sedang beliau takut (kepada Allah),
10. engkau (Muhammad) malah mengabaikannya.
11. Sekali-kali jangan (begitu)[7]! Sungguh, (ajaran-ajaran Allah) itu suatu peringatan[8],
12. maka barang siapa menghendaki, tentulah beliau akan memerhatikannya[9],
13. [10]di dalam kitab-kitab yang dimuliakan (di sisi Allah)[11],
14. yang ditinggikan[12] dan disucikan[13],
15. di tangan para utusan (malaikat)[14],
16. yang mulia lagi berbakti[15].
Ayat 17-23: Peringatan Allah kepada insan yang tidak tahu hakikat dirinya, dan bagaimana beliau hingga ingkar kepada Tuhannya padahal nikmat-nikmat terus turun melimpah kepadanya.
قُتِلَ الإنْسَانُ مَا أَكْفَرَهُ (١٧) مِنْ أَيِّ شَيْءٍ خَلَقَهُ (١٨) مِنْ نُطْفَةٍ خَلَقَهُ فَقَدَّرَهُ (١٩) ثُمَّ السَّبِيلَ يَسَّرَهُ (٢٠) ثُمَّ أَمَاتَهُ فَأَقْبَرَهُ (٢١) ثُمَّ إِذَا شَاءَ أَنْشَرَهُ (٢٢) كَلا لَمَّا يَقْضِ مَا أَمَرَهُ (٢٣
Terjemah Surat ‘Abasa Ayat 17-23
17. Celakalah manusia[16]! Alangkah kufurnya dia[17]!
18. Dari apakah Dia (Allah) menciptakannya?
19. Dari setetes mani, Dia menciptakannya kemudian menentukannya[18].
20. Kemudian jalannya Dia mudahkan[19],
21. kemudian Dia mematikannya kemudian menguburkannya[20],
22. kemudian bila Dia menghendaki, Dia membangkitkannya kembali[21].
23. Sekali-kali jangan begitu! Dia (manusia) itu belum melakukan apa yang Dia (Allah) perintahkan kepadanya.
Ayat 24-32: Bukti-bukti kekuasaan Allah Subhaanahu wa Ta'aala di alam semesta.
فَلْيَنْظُرِ الإنْسَانُ إِلَى طَعَامِهِ (٢٤) أَنَّا صَبَبْنَا الْمَاءَ صَبًّا (٢٥) ثُمَّ شَقَقْنَا الأرْضَ شَقًّا (٢٦) فَأَنْبَتْنَا فِيهَا حَبًّا (٢٧)وَعِنَبًا وَقَضْبًا (٢٨)وَزَيْتُونًا وَنَخْلا (٢٩) وَحَدَائِقَ غُلْبًا (٣٠) وَفَاكِهَةً وَأَبًّا (٣١) مَتَاعًا لَكُمْ وَلأنْعَامِكُمْ (٣٢
Terjemah Surat ‘Abasa Ayat 24-32
24. [22]Maka hendaklah insan itu memperhatikan makanannya,
25. Kamilah yang telah mencurahkan air melimpah (dari langit),
26. kemudian Kami belah bumi dengan sebaik-baiknya,
27. kemudian di sana Kami tumbuhkan biji-bijian,
28. dan anggur dan sayur-sayuran,
29. dan zaitun dan pohon kurma[23],
30. dan kebun-kebun (yang) rindang,
31. dan buah-buahan[24] serta rerumputan[25],
32. (Semua itu) untuk kesenanganmu dan untuk hewan-hewan ternakmu[26].
Ayat 33-42: Kedahsyatan hari Kiamat, keadaan kaum mukmin dan kaum kafir pada hari itu.
فَإِذَا جَاءَتِ الصَّاخَّةُ (٣٣) يَوْمَ يَفِرُّ الْمَرْءُ مِنْ أَخِيهِ (٣٤) وَأُمِّهِ وَأَبِيهِ (٣٥) وَصَاحِبَتِهِ وَبَنِيهِ (٣٦) لِكُلِّ امْرِئٍ مِنْهُمْ يَوْمَئِذٍ شَأْنٌ يُغْنِيهِ (٣٧) وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ مُسْفِرَةٌ (٣٨) ضَاحِكَةٌ مُسْتَبْشِرَةٌ (٣٩)وَوُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ عَلَيْهَا غَبَرَةٌ (٤٠) تَرْهَقُهَا قَتَرَةٌ (٤١) أُولَئِكَ هُمُ الْكَفَرَةُ الْفَجَرَةُ (٤٢
Terjemah Surat ‘Abasa Ayat 33-42
33. Maka apabila tiba bunyi yang memekakkan (tiupan sangkakala yang kedua)
34. pada hari itu insan lari dari saudaranya,
35. dan dari ibu dan bapaknya,
36. dan dari istri dan anak-anaknya.
37. Setiap orang dari mereka pada hari itu memiliki urusan yang menyibukkan[27].
38. Pada hari itu ada wajah-wajah yang berseri-seri,
39. tertawa dan bangga ria,
40. dan pada hari itu ada (pula) wajah-wajah yang tertutup bubuk (suram),
41. tertutup oleh kegelapan (ditimpa kehinaan dan kesusahan)[28].
42. Mereka itulah orang-orang kafir yang durhaka[29].
[1] Tirmidzi meriwayatkan dengan sanadnya yang hingga kepada ‘Aisyah radhiyallahu 'anha ia berkata, “Turun ayat ‘Abasa wa tawalla berkenaan dengan Ibnu Ummi Maktum seorang yang buta, ia tiba kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dengan berkata, “Wahai Rasulullah, bimbinglah aku.” Ketika itu di bersahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam ada salah seorang pembesar kaum musyrikin, maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berpaling darinya dan menghadap kepada yang lain (orang musyrik) sambil berkata, “Apakah menurutmu apa yang saya ucapkan salah?” Orang itu menjawab, “Tidak.” Karena inilah (ayat tersebut) turun.” (Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Tirmidzi (3331) dan Syaikh Muqbil dalam Ash Shahiihul Musnad Min Asbaabin Nuzuul hal. 264-265)
[2] Orang buta itu berjulukan Abdullah bin Ummi Maktum. Dia tiba kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam meminta diberitahukan wacana pedoman Islam; kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bermuka masam dan berpaling darinya, alasannya ialah Beliau sedang menghadapi pembesar Quraisy dengan cita-cita biar pembesar tersebut mau masuk Islam. Maka turunlah surat ini sebagi teguran kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.
[3] Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyebutkan faedah memperhatikan orang itu.
[4] Dari dosa atau dari budpekerti yang tercela.
[5] Dengan mengamalkannya. Ayat ini memperlihatkan bahwa sepatutnya seorang alim memperlihatkan perhatian lebih kepada penuntut ilmu yang butuh yang memang lebih semangat daripada yang lain. Dari ayat ini diambil sebuah kaedah, yaitu:
لاَ يُتْرَكُ أَمْرٌ مَعْلُوْمٌ لِأَمْرٍ مَوْهُوْمٍ، وَلاَ مَصْلَحَةٌ مُتَحَقِّقَةٌ لِمَصْلَحَةٍ مُتَوَهِّمَةٌ
“Perkara yang terang tidaklah ditinggalkan alasannya ialah kasus yang belum jelas, dan maslahat yang memang terwujud tidaklah ditinggalkan alasannya ialah maslahat yang masih dikira-kira.”
[6] Yaitu pembesar-pembesar Quraisy yang sedang dihadapi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam yang diharapkannya sanggup masuk Islam.
[7] Kata “Kalla” di ayat tersebut sanggup diartikan “haqqan” (Tentu atau pasti).
[8] Kepada semua makhluk. Dengannya Allah Subhaanahu wa Ta'aala memperingatkan hamba-hamba-Nya, menandakan apa yang mereka butuhkan serta menandakan yang benar dari yang salah sehingga mereka tidak tersesat.
[9] Dan mengamalkannya.
[10] Maksudnya, surat atau nasihat ini ada di dalam kitab-kitab yang dimuliakan.
[11] Yaitu Lauh Mahfuzh atau kitab-kitab para nabi.
[12] Kedudukannya.
[13] Dari disentuh oleh setan.
[14] Yang menjadi mediator antara Allah dengan hamba-hamba-Nya. Ada yang menafsirkan safarah dengan malaikat para penulis.
[15] Yakni taat kepada Allah Subhaanahu wa Ta'aala. Bararah juga sanggup diartikan baiknya hati dan amal mereka. Semua ini merupakan bentuk penjagaan Allah terhadap kitab-Nya, yaitu dengan mengutus para malaikat yang mulia dan berpengaruh kepada para rasul, dan tidak memperlihatkan kesempatan bagi setan untuk menyentuh atau mencurinya. Kitab ini terang mengharuskan untuk diimani dan diterima, akan tetapi insan tidak menghendaki selain tetap bersikap kufur. Oleh alasannya ialah itu, pada ayat selanjutnya Dia berfirman, “Celakalah manusia! Alangkah kufurnya dia!”
[16] Yakni orang-orang kafir.
[17] Kepada nikmat Allah, dan alangkah kerasnya penentangannya kepada kebenaran sehabis jelas, padahal siapakah dia? Dia hanyalah makhluk yang diciptakan dari sesuatu yang paling lemah; dari air yang hina kemudian Allah memilih fase-fase kejadiannya dan menyempurnakannya.
[18] Yang dimaksud dengan menentukannya ialah memilih fase-fase kejadiannya (dari mani menjadi segumpal darah kemudian menjadi segumpal daging dst.), umurnya, rezekinya, dan nasibnya.
[19] Memudahkan jalan maksudnya memudahkan kelahirannya atau memberi persediaan kepadanya untuk menjalani jalan yang benar atau jalan yang sesat.
[20] Allah Subhaanahu wa Ta'aala memuliakannya dengan menguburkannya dan tidak menjadikannya menyerupai makhluk yang lain yang jasadnya tidak dikubur.
[21] Yakni membangkitkannya sehabis mati untuk diberikan balasan. Allah Subhaanahu wa Ta'aala Dialah yang sendiri mengatur insan dengan pengaturan-pengaturan ini, namun insan belum melakukan perintah Allah dan apa yang diwajibkan-Nya, bahkan selalu meremehkan sebagaimana diterangkan dalam ayat selanjutnya.
[22] Selanjutnya Allah Subhaanahu wa Ta'aala mengarahkan insan biar memperhatikan dan memikirkan makanannya, dan bagaimana kuliner itu hingga kepadanya sehabis melalui banyak tahapan alasannya ialah kemudahan-Nya.
[23] Disebutkan secara lebih khusus nama-nama flora itu alasannya ialah banyak faedah dan manfaatnya.
[24] Untuk dimakan dengan nikmat oleh manusia.
[25] Untuk dimakan binatang ternak mereka.
[26] Allah Subhaanahu wa Ta'aala membuat semua itu dan menundukkannya untukmu. Oleh alasannya ialah itu, hendaknya kau bersyukur kepada Allah, membenarkan berita-berita yang disampaikan-Nya serta rela mengorbankan pikiran dan tenagamu untuk menjalankan perintah-perintah-Nya.
[27] Yaitu keselamatan dirinya. Ketika itu, insan terbagi menjadi dua golongan; golongan yang berbahagia dan golongan yang sengsara. Golongan yang berbahagia wajah mereka berseri-seri, sedangkan golongan yang sengsara, wajah mereka tertutup bubuk dan kegelapan.
[28] Mereka ini telah berputus asa dari semua kebaikan dan dikenali kesengsaraannya.
[29] Yaitu mereka yang kafir kepada nikmat Allah, mendustakan ayat-ayat-Nya dan berani mengerjakan larangan-larangan-Nya.
Surah ke-80. 42 ayat. Makkiyyah
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Ayat 1-16: Kisah seorang sahabat yang buta yang tiba kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam untuk mengenal agama dan teguran kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam alasannya ialah berpaling darinya.
عَبَسَ وَتَوَلَّى (١) أَنْ جَاءَهُ الأعْمَى (٢)وَمَا يُدْرِيكَ لَعَلَّهُ يَزَّكَّى (٣)أَوْ يَذَّكَّرُ فَتَنْفَعَهُ الذِّكْرَى (٤) أَمَّا مَنِ اسْتَغْنَى (٥) فَأَنْتَ لَهُ تَصَدَّى (٦) وَمَا عَلَيْكَ أَلا يَزَّكَّى (٧) وَأَمَّا مَنْ جَاءَكَ يَسْعَى (٨)وَهُوَ يَخْشَى (٩) فَأَنْتَ عَنْهُ تَلَهَّى (١٠)كَلا إِنَّهَا تَذْكِرَةٌ (١١) فَمَنْ شَاءَ ذَكَرَهُ (١٢) فِي صُحُفٍ مُكَرَّمَةٍ (١٣) مَرْفُوعَةٍ مُطَهَّرَةٍ (١٤) بِأَيْدِي سَفَرَةٍ (١٥) كِرَامٍ بَرَرَةٍ (١٦)
Terjemah Surat ‘Abasa Ayat 1-16
1. [1]Dia (Muhammad) berwajah masam dan berpaling,
2. alasannya ialah seorang buta telah tiba kepadanya[2].
3. [3]Dan tahukah engkau (Muhammad) barangkali beliau ingin menyucikan dirinya[4],
4. atau beliau (ingin) mendapat pengajaran, yang memberi manfaat kepadanya[5]?
5. adapun orang yang merasa dirinya serba cukup[6],
6. maka engkau (Muhammad) memberi perhatian kepadanya.
7. Padahal tidak ada (cela) atasmu kalau beliau tidak menyucikan diri (beriman).
8. Dan adapun orang yang tiba kepadamu dengan bersegera (untuk mendapat pengajaran),
9. sedang beliau takut (kepada Allah),
10. engkau (Muhammad) malah mengabaikannya.
11. Sekali-kali jangan (begitu)[7]! Sungguh, (ajaran-ajaran Allah) itu suatu peringatan[8],
12. maka barang siapa menghendaki, tentulah beliau akan memerhatikannya[9],
13. [10]di dalam kitab-kitab yang dimuliakan (di sisi Allah)[11],
14. yang ditinggikan[12] dan disucikan[13],
15. di tangan para utusan (malaikat)[14],
16. yang mulia lagi berbakti[15].
Ayat 17-23: Peringatan Allah kepada insan yang tidak tahu hakikat dirinya, dan bagaimana beliau hingga ingkar kepada Tuhannya padahal nikmat-nikmat terus turun melimpah kepadanya.
قُتِلَ الإنْسَانُ مَا أَكْفَرَهُ (١٧) مِنْ أَيِّ شَيْءٍ خَلَقَهُ (١٨) مِنْ نُطْفَةٍ خَلَقَهُ فَقَدَّرَهُ (١٩) ثُمَّ السَّبِيلَ يَسَّرَهُ (٢٠) ثُمَّ أَمَاتَهُ فَأَقْبَرَهُ (٢١) ثُمَّ إِذَا شَاءَ أَنْشَرَهُ (٢٢) كَلا لَمَّا يَقْضِ مَا أَمَرَهُ (٢٣
Terjemah Surat ‘Abasa Ayat 17-23
17. Celakalah manusia[16]! Alangkah kufurnya dia[17]!
18. Dari apakah Dia (Allah) menciptakannya?
19. Dari setetes mani, Dia menciptakannya kemudian menentukannya[18].
20. Kemudian jalannya Dia mudahkan[19],
21. kemudian Dia mematikannya kemudian menguburkannya[20],
22. kemudian bila Dia menghendaki, Dia membangkitkannya kembali[21].
23. Sekali-kali jangan begitu! Dia (manusia) itu belum melakukan apa yang Dia (Allah) perintahkan kepadanya.
Ayat 24-32: Bukti-bukti kekuasaan Allah Subhaanahu wa Ta'aala di alam semesta.
فَلْيَنْظُرِ الإنْسَانُ إِلَى طَعَامِهِ (٢٤) أَنَّا صَبَبْنَا الْمَاءَ صَبًّا (٢٥) ثُمَّ شَقَقْنَا الأرْضَ شَقًّا (٢٦) فَأَنْبَتْنَا فِيهَا حَبًّا (٢٧)وَعِنَبًا وَقَضْبًا (٢٨)وَزَيْتُونًا وَنَخْلا (٢٩) وَحَدَائِقَ غُلْبًا (٣٠) وَفَاكِهَةً وَأَبًّا (٣١) مَتَاعًا لَكُمْ وَلأنْعَامِكُمْ (٣٢
Terjemah Surat ‘Abasa Ayat 24-32
24. [22]Maka hendaklah insan itu memperhatikan makanannya,
25. Kamilah yang telah mencurahkan air melimpah (dari langit),
26. kemudian Kami belah bumi dengan sebaik-baiknya,
27. kemudian di sana Kami tumbuhkan biji-bijian,
28. dan anggur dan sayur-sayuran,
29. dan zaitun dan pohon kurma[23],
30. dan kebun-kebun (yang) rindang,
31. dan buah-buahan[24] serta rerumputan[25],
32. (Semua itu) untuk kesenanganmu dan untuk hewan-hewan ternakmu[26].
Ayat 33-42: Kedahsyatan hari Kiamat, keadaan kaum mukmin dan kaum kafir pada hari itu.
فَإِذَا جَاءَتِ الصَّاخَّةُ (٣٣) يَوْمَ يَفِرُّ الْمَرْءُ مِنْ أَخِيهِ (٣٤) وَأُمِّهِ وَأَبِيهِ (٣٥) وَصَاحِبَتِهِ وَبَنِيهِ (٣٦) لِكُلِّ امْرِئٍ مِنْهُمْ يَوْمَئِذٍ شَأْنٌ يُغْنِيهِ (٣٧) وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ مُسْفِرَةٌ (٣٨) ضَاحِكَةٌ مُسْتَبْشِرَةٌ (٣٩)وَوُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ عَلَيْهَا غَبَرَةٌ (٤٠) تَرْهَقُهَا قَتَرَةٌ (٤١) أُولَئِكَ هُمُ الْكَفَرَةُ الْفَجَرَةُ (٤٢
Terjemah Surat ‘Abasa Ayat 33-42
33. Maka apabila tiba bunyi yang memekakkan (tiupan sangkakala yang kedua)
34. pada hari itu insan lari dari saudaranya,
35. dan dari ibu dan bapaknya,
36. dan dari istri dan anak-anaknya.
37. Setiap orang dari mereka pada hari itu memiliki urusan yang menyibukkan[27].
38. Pada hari itu ada wajah-wajah yang berseri-seri,
39. tertawa dan bangga ria,
40. dan pada hari itu ada (pula) wajah-wajah yang tertutup bubuk (suram),
41. tertutup oleh kegelapan (ditimpa kehinaan dan kesusahan)[28].
42. Mereka itulah orang-orang kafir yang durhaka[29].
[1] Tirmidzi meriwayatkan dengan sanadnya yang hingga kepada ‘Aisyah radhiyallahu 'anha ia berkata, “Turun ayat ‘Abasa wa tawalla berkenaan dengan Ibnu Ummi Maktum seorang yang buta, ia tiba kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dengan berkata, “Wahai Rasulullah, bimbinglah aku.” Ketika itu di bersahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam ada salah seorang pembesar kaum musyrikin, maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berpaling darinya dan menghadap kepada yang lain (orang musyrik) sambil berkata, “Apakah menurutmu apa yang saya ucapkan salah?” Orang itu menjawab, “Tidak.” Karena inilah (ayat tersebut) turun.” (Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Tirmidzi (3331) dan Syaikh Muqbil dalam Ash Shahiihul Musnad Min Asbaabin Nuzuul hal. 264-265)
[2] Orang buta itu berjulukan Abdullah bin Ummi Maktum. Dia tiba kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam meminta diberitahukan wacana pedoman Islam; kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bermuka masam dan berpaling darinya, alasannya ialah Beliau sedang menghadapi pembesar Quraisy dengan cita-cita biar pembesar tersebut mau masuk Islam. Maka turunlah surat ini sebagi teguran kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.
[3] Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyebutkan faedah memperhatikan orang itu.
[4] Dari dosa atau dari budpekerti yang tercela.
[5] Dengan mengamalkannya. Ayat ini memperlihatkan bahwa sepatutnya seorang alim memperlihatkan perhatian lebih kepada penuntut ilmu yang butuh yang memang lebih semangat daripada yang lain. Dari ayat ini diambil sebuah kaedah, yaitu:
لاَ يُتْرَكُ أَمْرٌ مَعْلُوْمٌ لِأَمْرٍ مَوْهُوْمٍ، وَلاَ مَصْلَحَةٌ مُتَحَقِّقَةٌ لِمَصْلَحَةٍ مُتَوَهِّمَةٌ
“Perkara yang terang tidaklah ditinggalkan alasannya ialah kasus yang belum jelas, dan maslahat yang memang terwujud tidaklah ditinggalkan alasannya ialah maslahat yang masih dikira-kira.”
[6] Yaitu pembesar-pembesar Quraisy yang sedang dihadapi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam yang diharapkannya sanggup masuk Islam.
[7] Kata “Kalla” di ayat tersebut sanggup diartikan “haqqan” (Tentu atau pasti).
[8] Kepada semua makhluk. Dengannya Allah Subhaanahu wa Ta'aala memperingatkan hamba-hamba-Nya, menandakan apa yang mereka butuhkan serta menandakan yang benar dari yang salah sehingga mereka tidak tersesat.
[9] Dan mengamalkannya.
[10] Maksudnya, surat atau nasihat ini ada di dalam kitab-kitab yang dimuliakan.
[11] Yaitu Lauh Mahfuzh atau kitab-kitab para nabi.
[12] Kedudukannya.
[13] Dari disentuh oleh setan.
[14] Yang menjadi mediator antara Allah dengan hamba-hamba-Nya. Ada yang menafsirkan safarah dengan malaikat para penulis.
[15] Yakni taat kepada Allah Subhaanahu wa Ta'aala. Bararah juga sanggup diartikan baiknya hati dan amal mereka. Semua ini merupakan bentuk penjagaan Allah terhadap kitab-Nya, yaitu dengan mengutus para malaikat yang mulia dan berpengaruh kepada para rasul, dan tidak memperlihatkan kesempatan bagi setan untuk menyentuh atau mencurinya. Kitab ini terang mengharuskan untuk diimani dan diterima, akan tetapi insan tidak menghendaki selain tetap bersikap kufur. Oleh alasannya ialah itu, pada ayat selanjutnya Dia berfirman, “Celakalah manusia! Alangkah kufurnya dia!”
[16] Yakni orang-orang kafir.
[17] Kepada nikmat Allah, dan alangkah kerasnya penentangannya kepada kebenaran sehabis jelas, padahal siapakah dia? Dia hanyalah makhluk yang diciptakan dari sesuatu yang paling lemah; dari air yang hina kemudian Allah memilih fase-fase kejadiannya dan menyempurnakannya.
[18] Yang dimaksud dengan menentukannya ialah memilih fase-fase kejadiannya (dari mani menjadi segumpal darah kemudian menjadi segumpal daging dst.), umurnya, rezekinya, dan nasibnya.
[19] Memudahkan jalan maksudnya memudahkan kelahirannya atau memberi persediaan kepadanya untuk menjalani jalan yang benar atau jalan yang sesat.
[20] Allah Subhaanahu wa Ta'aala memuliakannya dengan menguburkannya dan tidak menjadikannya menyerupai makhluk yang lain yang jasadnya tidak dikubur.
[21] Yakni membangkitkannya sehabis mati untuk diberikan balasan. Allah Subhaanahu wa Ta'aala Dialah yang sendiri mengatur insan dengan pengaturan-pengaturan ini, namun insan belum melakukan perintah Allah dan apa yang diwajibkan-Nya, bahkan selalu meremehkan sebagaimana diterangkan dalam ayat selanjutnya.
[22] Selanjutnya Allah Subhaanahu wa Ta'aala mengarahkan insan biar memperhatikan dan memikirkan makanannya, dan bagaimana kuliner itu hingga kepadanya sehabis melalui banyak tahapan alasannya ialah kemudahan-Nya.
[23] Disebutkan secara lebih khusus nama-nama flora itu alasannya ialah banyak faedah dan manfaatnya.
[24] Untuk dimakan dengan nikmat oleh manusia.
[25] Untuk dimakan binatang ternak mereka.
[26] Allah Subhaanahu wa Ta'aala membuat semua itu dan menundukkannya untukmu. Oleh alasannya ialah itu, hendaknya kau bersyukur kepada Allah, membenarkan berita-berita yang disampaikan-Nya serta rela mengorbankan pikiran dan tenagamu untuk menjalankan perintah-perintah-Nya.
[27] Yaitu keselamatan dirinya. Ketika itu, insan terbagi menjadi dua golongan; golongan yang berbahagia dan golongan yang sengsara. Golongan yang berbahagia wajah mereka berseri-seri, sedangkan golongan yang sengsara, wajah mereka tertutup bubuk dan kegelapan.
[28] Mereka ini telah berputus asa dari semua kebaikan dan dikenali kesengsaraannya.
[29] Yaitu mereka yang kafir kepada nikmat Allah, mendustakan ayat-ayat-Nya dan berani mengerjakan larangan-larangan-Nya.
Posting Komentar untuk "Kumpulan Tafsir ‘Abasa"