Surah At Taghaabun (Hari Ditampakkan Kesalahan-Kesalahan)
Surah ke-64. 18 ayat. Madaniyyah
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Ayat 1-4: Menerangkan perihal keagungan Allah Subhaanahu wa Ta'aala, kekuasaan-Nya dan dalil-dalil terhadap keesaan-Nya, serta penyempurnaan penciptaan manusia.
يُسَبِّحُ لِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأرْضِ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (١) هُوَ الَّذِي خَلَقَكُمْ فَمِنْكُمْ كَافِرٌ وَمِنْكُمْ مُؤْمِنٌ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ (٢) خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ بِالْحَقِّ وَصَوَّرَكُمْ فَأَحْسَنَ صُوَرَكُمْ وَإِلَيْهِ الْمَصِيرُ (٣) يَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَيَعْلَمُ مَا تُسِرُّونَ وَمَا تُعْلِنُونَ وَاللَّهُ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ (٤)
Terjemah Surat At Taghaabun Ayat 1-4
1. [1]Apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi senantiasa bertasbih kepada Allah; milik-Nya semua kerajaan dan bagi-Nya segala puji; dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.
2. Dialah yang membuat kamu, kemudian di antara kau ada yang kafir dan di antara kau (juga) ada yang mukmin. Dan Allah Maha Melihat apa yang kau kerjakan.
3. [2]Dia membuat langit dan bumi[3] dengan (tujuan) yang benar[4], Dia membentuk rupamu kemudian memperbagus rupamu[5], dan kepada-Nya daerah kembali[6].
4. [7]Dia mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi[8], dan mengetahui apa yang kau rahasiakan dan apa yang kau nyatakan. Dan Allah Maha Mengetahui segala isi hati[9].
Ayat 5-6: Hukuman bagi umat-umat yang mendustakan para rasul Allah.
أَلَمْ يَأْتِكُمْ نَبَأُ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ قَبْلُ فَذَاقُوا وَبَالَ أَمْرِهِمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ (٥) ذَلِكَ بِأَنَّهُ كَانَتْ تَأْتِيهِمْ رُسُلُهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ فَقَالُوا أَبَشَرٌ يَهْدُونَنَا فَكَفَرُوا وَتَوَلَّوْا وَاسْتَغْنَى اللَّهُ وَاللَّهُ غَنِيٌّ حَمِيدٌ (٦)
Terjemah Surat At Taghaabun Ayat 5-6
5. [10]Apakah belum hingga kepadamu (orang-orang kafir) isu orang-orang kafir dahulu? Maka mereka telah mencicipi akhir jelek dari perbuatannya (di dunia) dan mereka memperoleh azab yang pedih.
6. Yang demikian itu[11] lantaran bekerjsama saat rasul-rasul tiba kepada mereka membawa keterangan-keterangan[12], kemudian mereka berkata, "Apakah (pantas) insan yang memberi petunjuk kepada kami?"[13] Lalu mereka ingkar dan berpaling[14]; padahal Allah tidak memerlukan (keimanan mereka). Dan Allah Mahakaya[15] lagi Maha Terpuji[16].
Ayat 7-10: Membicarakan perihal kebangkitan dan Kiamat yang pasti terjadi dan bagaimana kaum musyrik hingga mengingkarinya.
زَعَمَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنْ لَنْ يُبْعَثُوا قُلْ بَلَى وَرَبِّي لَتُبْعَثُنَّ ثُمَّ لَتُنَبَّؤُنَّ بِمَا عَمِلْتُمْ وَذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ (٧)فَآمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَالنُّورِ الَّذِي أَنْزَلْنَا وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ (٨)يَوْمَ يَجْمَعُكُمْ لِيَوْمِ الْجَمْعِ ذَلِكَ يَوْمُ التَّغَابُنِ وَمَنْ يُؤْمِنْ بِاللَّهِ وَيَعْمَلْ صَالِحًا يُكَفِّرْ عَنْهُ سَيِّئَاتِهِ وَيُدْخِلْهُ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ (٩)وَالَّذِينَ كَفَرُوا وَكَذَّبُوا بِآيَاتِنَا أُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ خَالِدِينَ فِيهَا وَبِئْسَ الْمَصِيرُ (١٠)
Terjemah Surat At Taghaabun Ayat 7-10
7. [17]Orang-orang yang kafir mengira, bahwa mereka tidak akan dibangkitkan. Katakanlah (Muhammad), "Tidak demikian, demi Tuhanku, kau pasti dibangkitkan, kemudian diberitakan semua yang telah kau kerjakan." Dan yang demikian itu gampang bagi Allah[18].
8. [19]Maka berimanlah kau kepada Allah dan Rasul-Nya[20] dan kepada cahaya (Al-Quran) yang telah Kami turunkan[21]. Dan Allah Mahateliti terhadap apa yang kau kerjakan[22].
9. (Ingatlah) pada hari (ketika) Allah mengumpulkan kau pada hari berhimpun[23], itulah hari pengungkapan kesalahan-kesalahan[24]. [25]Dan barang siapa beriman kepada Allah dan bederma saleh[26] pasti Allah akan menghapus kesalahan-kesalahannya dan memasukkannya ke dalam nirwana yang mengalir di bawahnya sungai-sungai[27], mereka abadi di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang agung.
10. Dan orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami[28], mereka itulah penghuni neraka, mereka abadi di dalamnya. Dan itulah seburuk-buruk daerah kembali[29].
[1] Ayat yang mulia ini dan setelahnya mengandung sejumlah sifat-sifat Allah yang agung. Disebutkan di sana keberhakan-Nya untuk disembah, luasnya kekayaan-Nya, butuhnya semua makhluk kepada-Nya, dan bertasbihnya semua yang ada di langit dan di bumi dengan memuji Tuhannya, dan bahwa kerajaan semuanya milik Allah, sehingga tidak ada satu pun makhluk yang keluar dari milik-Nya, segala puji yakni untuk-Nya. Dia terpuji lantaran sifat-sifat tepat yang dimiliki-Nya, terpuji lantaran apa yang diwujudkan-Nya, terpuji lantaran hukum-hukum yang disyariatkan-Nya, dan nikmat-nikmat yang diberikan-Nya. Kekuasaan-Nya menyeluruh, dimana semua yang ada tidak lepas dari kekuasaan-Nya, sehingga tidak ada sesuatu pun yang sanggup melemahkan keinginan-Nya. Dia yang membuat semua hamba, di antara mereka ada yang mukmin dan ada yang kafir. Keimanan dan kekafiran mereka yakni dengan qadha’ Allah dan qadar-Nya, Dialah yang menghendaki hal itu (namun apa yang dikehendaki tidak mesti dicintai-Nya) dengan memperlihatkan kepada mereka kemampuan dan keinginan sehingga mereka sanggup melaksanakan apa yang mereka inginkan, dan Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan.
[2] Setelah Allah menyebutkan penciptaan-Nya kepada insan yang menerima beban perintah dan larangan, Dia menyebutkan penciptaan makhluk-makhluk yang lain.
[3] Dan semua yang ada di sana.
[4] Yakni dengan pesan yang tersirat (tepat) dan tujuan yang diinginkan Allah Subhaanahu wa Ta'aala.
[5] Oleh lantaran itu, insan yakni makhluk yang paling baik rupanya dan paling indah dipandang.
[6] Pada hari Kiamat, kemudian Dia membalas keimanan dan kekafiranmu dan menanyakan kepadamu perihal banyak sekali nikmat yang diberikan-Nya kepada kamu, apakah kau mensyukurinya atau tidak?
[7] Selanjutnya Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyebutkan perihal meratanya pengetahuan-Nya.
[8] Baik yang dirahasiakan maupun yang ditampakkan, yang mistik maupun yang nyata.
[9] Baik diam-diam yang baik maupun yang buruk, niat yang baik maupun yang jelek dan keyakinan. Jika apa yang tersembunyi dalam hati Allah mengetahuinya, maka orang yang pintar dan berpandangan tajam akan berusaha menjaga batinnya dari adat yang jelek serta menyifatinya dengan adat yang mulia.
[10] Setelah Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyebutkan sifat-sifat-Nya yang tepat dan agung, dimana dengan sifat-sifat itu Dia dikenal, diibadahi, dikerahkan pengorbanan untuk mencari keridhaan-Nya serta dihindari hal-hal yang mendatangkan kemurkaan-Nya, maka Dia memberitahukan apa yang dilakukan-Nya terhadap umat-umat terdahulu dimana berita-berita mereka selalu dibicarakan oleh orang-orang yang tiba kemudian, dan bahwa saat para rasul tiba kepada mereka dengan membawa kebenaran, namun mereka mendustakannya dan menentangnya, maka Allah Subhaanahu wa Ta'aala menimpakan kepada mereka akhir dari perbuatan mereka di dunia dan menghinakan mereka di sana, dan bagi mereka di darul abadi ada azab yang pedih.
[11] Yakni azab di dunia dan akhirat.
[12] Yakni ayat-ayat yang terang yang memperlihatkan mana yang benar dan mana yang batil, tetapi mereka membencinya dan menyombongkan diri.
[13] Maksud mereka, bila rasul itu manusia, maka tidak ada kelebihannya di atas kami dan lantaran karena apa Allah Subhaanahu wa Ta'aala melebihkan mereka di atas kami? Pertanyaan ini telah dijawab Allah Subhaanahu wa Ta'aala dalam ayat yang lain, “Rasul-rasul mereka berkata kepada mereka, "Kami tidak lain hanyalah insan ibarat kamu, akan tetapi Allah memberi karunia kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya. Dan tidak patut bagi Kami mendatangkan suatu bukti kepada kau melainkan dengan izin Allah. dan hanya kepada Allah sajalah hendaknya orang-orang mukmin bertawakkal.” (Terj. Ibrahim: 11) Mereka yang menolak ajakan rasul lantaran alasan demikian bekerjsama sama saja hendak mencegah karunia Allah dan nikmat-Nya kepada para nabi-Nya berupa nikmat menjadi para rasul(utusan)-Nya kepada manusia, mereka telah sombong untuk tunduk kepada mereka (para rasul) sehingga mereka ditimpa tragedi alam dengan menyembah batu, pohon, dsb.
[14] Dari taat kepada Allah.
[15] Dia tidak butuh kepada semua makhluk-Nya.
[16] Dalam perkataan-Nya, perbuatan-Nya dan sifat-sifat-Nya.
[17] Allah Subhaanahu wa Ta'aala memberitahukan perihal keras kepalanya orang-orang yang kafir, persangkaan mereka yang batil dan pendustaan mereka kepada kebangkitan tanpa ilmu dan petunjuk serta tanpa kitab yang menerangi, maka Allah Subhaanahu wa Ta'aala memerintahkan kepada insan yang paling mulia yaitu Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam untuk bersumpah dengan nama Tuhannya memastikan bahwa mereka akan dibangkitkan dan bahwa amal mereka yang jelek serta pendustaan mereka kepada kebenaran akan menerima balasan.
[18] Yakni betapa pun kebangkitan itu berat bagi makhluk, dimana bila mereka semua berkumpul untuk membangkitkan makhluk tentu tidak akan bisa, namun hal itu gampang bagi Allah ‘Azza wa Jalla yang apabila Dia menghendaki sesuatu, maka Dia hanya menyampaikan kepadanya, “Jadilah” maka jadilah ia. Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman, “Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusannya masing-masing).” (Terj. Az Zumar: 68).
[19] Setelah Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyebutkan pengingkaran orang-orang yang mengingkari kebangkitan dan bahwa hal itu sama saja mereka kafir kepada Allah dan ayat-ayat-Nya, maka Allah Subhaanahu wa Ta'aala memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk melaksanakan sesuatu yang sanggup menjaga seseorang dari kebinasaan dan kesengsaraan, yaitu beriman kepada Allah, Rasul-Nya dan kitab-Nya.
[20] Beriman kepada Allah, Rasul-Nya dan kitab-Nya menghendaki keyakinan yang pasti serta bederma terhadap konsekwensi dari pembenaran itu berupa mengerjakan perintah dan menjauhi larangan.
[21] Allah Subhaanahu wa Ta'aala menamai kitab-Nya dengan “cahaya” lantaran keadaannya yang menyinari gelapnya kebodohan dan kesesatan, dan dengannya seseorang sanggup berjalan di tengah kegelapan-kegelapan itu.
[22] Lalu Dia akan membalas amalmu yang baik dan yang buruk.
[23] Yaitu hari Kiamat. Pada hari itu, Allah Subhaanahu wa Ta'aala mengumpulkan orang-orang yang terdahulu dan yang tiba kemudian, menempatkan mereka pada daerah yang menegangkan dan Dia memberitahukan kepada mereka amal yang mereka kerjakan, saat itulah tampak perbedaan antara makhluk, dimana sebagian kaum ditempatkan ke tempat-tempat yang tinggi (surga) yang penuh kesenangan dan sebagian kaum ditempatkan ke daerah yang rendah (neraka) yang menjadi daerah kesedihan, kegundahan, kesengsaraan dan azab yang keras sebagai hasil dari apa yang mereka kerjakan untuk diri mereka.
[24] Ada pula yang menafsirkan bahwa dikatakan hari Kiamat dengan ‘taghaabun’ lantaran pada hari itu orang-orang mukmin mengalahkan orang-orang kafir dengan mengambil daerah tinggal dan calon istri mereka di nirwana yang sudah disiapkan bila mereka beriman.
[25] Seakan-akan ada pertanyaan, “Karena apa mereka memperoleh keberuntungan dan kenikmatan atau kesengsaraan dan azab?” Maka pada lanjutan ayat ini Allah Subhaanahu wa Ta'aala sebutkan sebabnya.
[26] Yang wajib maupun yang sunat, baik berupa memenuhi hak Allah maupun hak hamba-hamba-Nya.
[27] Di dalamnya terdapat apa yang disenangi jiwa, yummy dipandang mata, disukai hati dan menjadi final cita-cita.
[28] Mereka mengingkarinya tanpa sandaran syar’i maupun ‘aqli (akal), bahkan tiba kepada mereka dalil-dalil dan bukti, namun mereka tetap mendustakan dan menentangnya.
[29] Hal itu, lantaran di neraka menghimpun semua keburukan, kesengsaraan dan azab.
Surah ke-64. 18 ayat. Madaniyyah
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Ayat 1-4: Menerangkan perihal keagungan Allah Subhaanahu wa Ta'aala, kekuasaan-Nya dan dalil-dalil terhadap keesaan-Nya, serta penyempurnaan penciptaan manusia.
يُسَبِّحُ لِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأرْضِ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (١) هُوَ الَّذِي خَلَقَكُمْ فَمِنْكُمْ كَافِرٌ وَمِنْكُمْ مُؤْمِنٌ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ (٢) خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ بِالْحَقِّ وَصَوَّرَكُمْ فَأَحْسَنَ صُوَرَكُمْ وَإِلَيْهِ الْمَصِيرُ (٣) يَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَيَعْلَمُ مَا تُسِرُّونَ وَمَا تُعْلِنُونَ وَاللَّهُ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ (٤)
Terjemah Surat At Taghaabun Ayat 1-4
1. [1]Apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi senantiasa bertasbih kepada Allah; milik-Nya semua kerajaan dan bagi-Nya segala puji; dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.
2. Dialah yang membuat kamu, kemudian di antara kau ada yang kafir dan di antara kau (juga) ada yang mukmin. Dan Allah Maha Melihat apa yang kau kerjakan.
3. [2]Dia membuat langit dan bumi[3] dengan (tujuan) yang benar[4], Dia membentuk rupamu kemudian memperbagus rupamu[5], dan kepada-Nya daerah kembali[6].
4. [7]Dia mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi[8], dan mengetahui apa yang kau rahasiakan dan apa yang kau nyatakan. Dan Allah Maha Mengetahui segala isi hati[9].
Ayat 5-6: Hukuman bagi umat-umat yang mendustakan para rasul Allah.
أَلَمْ يَأْتِكُمْ نَبَأُ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ قَبْلُ فَذَاقُوا وَبَالَ أَمْرِهِمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ (٥) ذَلِكَ بِأَنَّهُ كَانَتْ تَأْتِيهِمْ رُسُلُهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ فَقَالُوا أَبَشَرٌ يَهْدُونَنَا فَكَفَرُوا وَتَوَلَّوْا وَاسْتَغْنَى اللَّهُ وَاللَّهُ غَنِيٌّ حَمِيدٌ (٦)
Terjemah Surat At Taghaabun Ayat 5-6
5. [10]Apakah belum hingga kepadamu (orang-orang kafir) isu orang-orang kafir dahulu? Maka mereka telah mencicipi akhir jelek dari perbuatannya (di dunia) dan mereka memperoleh azab yang pedih.
6. Yang demikian itu[11] lantaran bekerjsama saat rasul-rasul tiba kepada mereka membawa keterangan-keterangan[12], kemudian mereka berkata, "Apakah (pantas) insan yang memberi petunjuk kepada kami?"[13] Lalu mereka ingkar dan berpaling[14]; padahal Allah tidak memerlukan (keimanan mereka). Dan Allah Mahakaya[15] lagi Maha Terpuji[16].
Ayat 7-10: Membicarakan perihal kebangkitan dan Kiamat yang pasti terjadi dan bagaimana kaum musyrik hingga mengingkarinya.
زَعَمَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنْ لَنْ يُبْعَثُوا قُلْ بَلَى وَرَبِّي لَتُبْعَثُنَّ ثُمَّ لَتُنَبَّؤُنَّ بِمَا عَمِلْتُمْ وَذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ (٧)فَآمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَالنُّورِ الَّذِي أَنْزَلْنَا وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ (٨)يَوْمَ يَجْمَعُكُمْ لِيَوْمِ الْجَمْعِ ذَلِكَ يَوْمُ التَّغَابُنِ وَمَنْ يُؤْمِنْ بِاللَّهِ وَيَعْمَلْ صَالِحًا يُكَفِّرْ عَنْهُ سَيِّئَاتِهِ وَيُدْخِلْهُ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ (٩)وَالَّذِينَ كَفَرُوا وَكَذَّبُوا بِآيَاتِنَا أُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ خَالِدِينَ فِيهَا وَبِئْسَ الْمَصِيرُ (١٠)
Terjemah Surat At Taghaabun Ayat 7-10
7. [17]Orang-orang yang kafir mengira, bahwa mereka tidak akan dibangkitkan. Katakanlah (Muhammad), "Tidak demikian, demi Tuhanku, kau pasti dibangkitkan, kemudian diberitakan semua yang telah kau kerjakan." Dan yang demikian itu gampang bagi Allah[18].
8. [19]Maka berimanlah kau kepada Allah dan Rasul-Nya[20] dan kepada cahaya (Al-Quran) yang telah Kami turunkan[21]. Dan Allah Mahateliti terhadap apa yang kau kerjakan[22].
9. (Ingatlah) pada hari (ketika) Allah mengumpulkan kau pada hari berhimpun[23], itulah hari pengungkapan kesalahan-kesalahan[24]. [25]Dan barang siapa beriman kepada Allah dan bederma saleh[26] pasti Allah akan menghapus kesalahan-kesalahannya dan memasukkannya ke dalam nirwana yang mengalir di bawahnya sungai-sungai[27], mereka abadi di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang agung.
10. Dan orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami[28], mereka itulah penghuni neraka, mereka abadi di dalamnya. Dan itulah seburuk-buruk daerah kembali[29].
[1] Ayat yang mulia ini dan setelahnya mengandung sejumlah sifat-sifat Allah yang agung. Disebutkan di sana keberhakan-Nya untuk disembah, luasnya kekayaan-Nya, butuhnya semua makhluk kepada-Nya, dan bertasbihnya semua yang ada di langit dan di bumi dengan memuji Tuhannya, dan bahwa kerajaan semuanya milik Allah, sehingga tidak ada satu pun makhluk yang keluar dari milik-Nya, segala puji yakni untuk-Nya. Dia terpuji lantaran sifat-sifat tepat yang dimiliki-Nya, terpuji lantaran apa yang diwujudkan-Nya, terpuji lantaran hukum-hukum yang disyariatkan-Nya, dan nikmat-nikmat yang diberikan-Nya. Kekuasaan-Nya menyeluruh, dimana semua yang ada tidak lepas dari kekuasaan-Nya, sehingga tidak ada sesuatu pun yang sanggup melemahkan keinginan-Nya. Dia yang membuat semua hamba, di antara mereka ada yang mukmin dan ada yang kafir. Keimanan dan kekafiran mereka yakni dengan qadha’ Allah dan qadar-Nya, Dialah yang menghendaki hal itu (namun apa yang dikehendaki tidak mesti dicintai-Nya) dengan memperlihatkan kepada mereka kemampuan dan keinginan sehingga mereka sanggup melaksanakan apa yang mereka inginkan, dan Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan.
[2] Setelah Allah menyebutkan penciptaan-Nya kepada insan yang menerima beban perintah dan larangan, Dia menyebutkan penciptaan makhluk-makhluk yang lain.
[3] Dan semua yang ada di sana.
[4] Yakni dengan pesan yang tersirat (tepat) dan tujuan yang diinginkan Allah Subhaanahu wa Ta'aala.
[5] Oleh lantaran itu, insan yakni makhluk yang paling baik rupanya dan paling indah dipandang.
[6] Pada hari Kiamat, kemudian Dia membalas keimanan dan kekafiranmu dan menanyakan kepadamu perihal banyak sekali nikmat yang diberikan-Nya kepada kamu, apakah kau mensyukurinya atau tidak?
[7] Selanjutnya Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyebutkan perihal meratanya pengetahuan-Nya.
[8] Baik yang dirahasiakan maupun yang ditampakkan, yang mistik maupun yang nyata.
[9] Baik diam-diam yang baik maupun yang buruk, niat yang baik maupun yang jelek dan keyakinan. Jika apa yang tersembunyi dalam hati Allah mengetahuinya, maka orang yang pintar dan berpandangan tajam akan berusaha menjaga batinnya dari adat yang jelek serta menyifatinya dengan adat yang mulia.
[10] Setelah Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyebutkan sifat-sifat-Nya yang tepat dan agung, dimana dengan sifat-sifat itu Dia dikenal, diibadahi, dikerahkan pengorbanan untuk mencari keridhaan-Nya serta dihindari hal-hal yang mendatangkan kemurkaan-Nya, maka Dia memberitahukan apa yang dilakukan-Nya terhadap umat-umat terdahulu dimana berita-berita mereka selalu dibicarakan oleh orang-orang yang tiba kemudian, dan bahwa saat para rasul tiba kepada mereka dengan membawa kebenaran, namun mereka mendustakannya dan menentangnya, maka Allah Subhaanahu wa Ta'aala menimpakan kepada mereka akhir dari perbuatan mereka di dunia dan menghinakan mereka di sana, dan bagi mereka di darul abadi ada azab yang pedih.
[11] Yakni azab di dunia dan akhirat.
[12] Yakni ayat-ayat yang terang yang memperlihatkan mana yang benar dan mana yang batil, tetapi mereka membencinya dan menyombongkan diri.
[13] Maksud mereka, bila rasul itu manusia, maka tidak ada kelebihannya di atas kami dan lantaran karena apa Allah Subhaanahu wa Ta'aala melebihkan mereka di atas kami? Pertanyaan ini telah dijawab Allah Subhaanahu wa Ta'aala dalam ayat yang lain, “Rasul-rasul mereka berkata kepada mereka, "Kami tidak lain hanyalah insan ibarat kamu, akan tetapi Allah memberi karunia kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya. Dan tidak patut bagi Kami mendatangkan suatu bukti kepada kau melainkan dengan izin Allah. dan hanya kepada Allah sajalah hendaknya orang-orang mukmin bertawakkal.” (Terj. Ibrahim: 11) Mereka yang menolak ajakan rasul lantaran alasan demikian bekerjsama sama saja hendak mencegah karunia Allah dan nikmat-Nya kepada para nabi-Nya berupa nikmat menjadi para rasul(utusan)-Nya kepada manusia, mereka telah sombong untuk tunduk kepada mereka (para rasul) sehingga mereka ditimpa tragedi alam dengan menyembah batu, pohon, dsb.
[14] Dari taat kepada Allah.
[15] Dia tidak butuh kepada semua makhluk-Nya.
[16] Dalam perkataan-Nya, perbuatan-Nya dan sifat-sifat-Nya.
[17] Allah Subhaanahu wa Ta'aala memberitahukan perihal keras kepalanya orang-orang yang kafir, persangkaan mereka yang batil dan pendustaan mereka kepada kebangkitan tanpa ilmu dan petunjuk serta tanpa kitab yang menerangi, maka Allah Subhaanahu wa Ta'aala memerintahkan kepada insan yang paling mulia yaitu Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam untuk bersumpah dengan nama Tuhannya memastikan bahwa mereka akan dibangkitkan dan bahwa amal mereka yang jelek serta pendustaan mereka kepada kebenaran akan menerima balasan.
[18] Yakni betapa pun kebangkitan itu berat bagi makhluk, dimana bila mereka semua berkumpul untuk membangkitkan makhluk tentu tidak akan bisa, namun hal itu gampang bagi Allah ‘Azza wa Jalla yang apabila Dia menghendaki sesuatu, maka Dia hanya menyampaikan kepadanya, “Jadilah” maka jadilah ia. Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman, “Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusannya masing-masing).” (Terj. Az Zumar: 68).
[19] Setelah Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyebutkan pengingkaran orang-orang yang mengingkari kebangkitan dan bahwa hal itu sama saja mereka kafir kepada Allah dan ayat-ayat-Nya, maka Allah Subhaanahu wa Ta'aala memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk melaksanakan sesuatu yang sanggup menjaga seseorang dari kebinasaan dan kesengsaraan, yaitu beriman kepada Allah, Rasul-Nya dan kitab-Nya.
[20] Beriman kepada Allah, Rasul-Nya dan kitab-Nya menghendaki keyakinan yang pasti serta bederma terhadap konsekwensi dari pembenaran itu berupa mengerjakan perintah dan menjauhi larangan.
[21] Allah Subhaanahu wa Ta'aala menamai kitab-Nya dengan “cahaya” lantaran keadaannya yang menyinari gelapnya kebodohan dan kesesatan, dan dengannya seseorang sanggup berjalan di tengah kegelapan-kegelapan itu.
[22] Lalu Dia akan membalas amalmu yang baik dan yang buruk.
[23] Yaitu hari Kiamat. Pada hari itu, Allah Subhaanahu wa Ta'aala mengumpulkan orang-orang yang terdahulu dan yang tiba kemudian, menempatkan mereka pada daerah yang menegangkan dan Dia memberitahukan kepada mereka amal yang mereka kerjakan, saat itulah tampak perbedaan antara makhluk, dimana sebagian kaum ditempatkan ke tempat-tempat yang tinggi (surga) yang penuh kesenangan dan sebagian kaum ditempatkan ke daerah yang rendah (neraka) yang menjadi daerah kesedihan, kegundahan, kesengsaraan dan azab yang keras sebagai hasil dari apa yang mereka kerjakan untuk diri mereka.
[24] Ada pula yang menafsirkan bahwa dikatakan hari Kiamat dengan ‘taghaabun’ lantaran pada hari itu orang-orang mukmin mengalahkan orang-orang kafir dengan mengambil daerah tinggal dan calon istri mereka di nirwana yang sudah disiapkan bila mereka beriman.
[25] Seakan-akan ada pertanyaan, “Karena apa mereka memperoleh keberuntungan dan kenikmatan atau kesengsaraan dan azab?” Maka pada lanjutan ayat ini Allah Subhaanahu wa Ta'aala sebutkan sebabnya.
[26] Yang wajib maupun yang sunat, baik berupa memenuhi hak Allah maupun hak hamba-hamba-Nya.
[27] Di dalamnya terdapat apa yang disenangi jiwa, yummy dipandang mata, disukai hati dan menjadi final cita-cita.
[28] Mereka mengingkarinya tanpa sandaran syar’i maupun ‘aqli (akal), bahkan tiba kepada mereka dalil-dalil dan bukti, namun mereka tetap mendustakan dan menentangnya.
[29] Hal itu, lantaran di neraka menghimpun semua keburukan, kesengsaraan dan azab.
Posting Komentar untuk "Kumpulan Tafsir At Taghaabun Ayat 1-10"