Kumpulan Tafsir At Takaatsur

Surah At Takaatsur (Bermegah-Megahan)

Surah ke-102. 8 ayat. Makkiyyah

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

Ayat 1-8: Surah ini membicarakan perihal sibuknya insan dengan hal-hal yang melalaikan dan ancaman yang akan mereka temui di akhirat.

أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ (١) حَتَّى زُرْتُمُ الْمَقَابِرَ (٢)كَلا سَوْفَ تَعْلَمُونَ (٣)ثُمَّ كَلا سَوْفَ تَعْلَمُونَ (٤)كَلا لَوْ تَعْلَمُونَ عِلْمَ الْيَقِينِ (٥) لَتَرَوُنَّ الْجَحِيمَ (٦) ثُمَّ لَتَرَوُنَّهَا عَيْنَ الْيَقِينِ (٧)ثُمَّ لَتُسْأَلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنِ النَّعِيمِ (٨)

1. [1]Bermegah-megahan telah melalaikan kamu[2],

2. Sampai kau masuk ke dalam kubur[3].

3. Janganlah begitu! Kelak kau akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu),

4. kemudian jangan begitu! Kelak kau akan mengetahui.

5. Janganlah begitu! Sekiranya kau mengetahui dengan pasti (akibat bermegah-megahan itu)[4],

6. pasti kau benar-benar akan melihat neraka Jahim[5],

7. kemudian kau benar-benar akan melihatnya dengan mata kepala sendiri[6],

8. kemudian kau benar-benar akan ditanya pada hari itu perihal kenikmatan (yang megah di dunia itu)[7].



KANDUNGAN AYAT :

[1] Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman menegur hamba-hamba-Nya yang dibentuk lalai oleh bermegah-megahan dari mengerjakan tujuan mereka diciptakan, yaitu beribadah kepada Allah Subhaanahu wa Ta'aala, mengenal-Nya, kembali kepada-Nya dan mengutamakan kecintaan kepada-Nya di atas segala sesuatu.

[2] Maksudnya, bermegah-megahan dalam hal banyak harta, anak, pengikut, kemuliaan, kedudukan dan semisalnya yang tujuannya bukan untuk mencari keridhaan Allah Subhaanahu wa Ta'aala.

[3] Kelalaianmu dan kesibukanmu dengannya (bermegah-megahan) berlanjut terus hingga kau masuk ke liang kubur. Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyebut masuk ke dalam kubur dengan “zurtum” (kamu menziarahi) memperlihatkan bahwa alam kubur atau alam barzakh bukan merupakan daerah terakhir, bahkan hanya sekedar diziarahi, kemudian ditinggalkan menuju ke daerah yang abadi (akhirat). Hal ini memperlihatkan adanya kebangkitan dan pembalasan terhadap amal di negeri yang abadi yang tidak fana’. Oleh lantaran itu, Allah Subhaanahu wa Ta'aala menakut-nakuti mereka dengan firman-Nya, “Janganlah begitu! Kelak kau akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu),-- kemudian jangan begitu! Kelak kau akan mengetahui.-- Janganlah begitu! Sekiranya kau mengetahui dengan pasti (akibat bermegah-megahan itu),”

[4] Yakni kalau sekiranya kau mengetahui hal yang akan terjadi di hadapan kau dengan pengetahuan yang masuk hingga ke hati, tentu kau tidak dibentuk lalai oleh bermegah-megahan dan tentu kau akan bersegera mengerjakan amal saleh.

[5] Kamu akan hingga pada hari Kiamat kemudian kau akan melihat neraka yang telah Allah siapkan untuk orang-orang kafir.

[6] Hal ini sebagaimana firman Allah Ta’ala, “Dan orang-orang yang berdosa melihat neraka, maka mereka meyakini, bahwa mereka akan jatuh ke dalamnya dan mereka tidak menemukan daerah berpaling dari padanya.” (Terj. Al Kahfi: 53)

[7] Seperti nikmat sehat, nikmat waktu luang, nikmat keamanan, nikmat makan, nikmat minum dan lain-lain. Kamu akan ditanya, apakah kau sudah bersyukur terhadapnya dan memenuhi hak Allah di sana ataukah kau malah memakai kenikmatan itu untuk bermaksiat kepada-Nya dan tertipu dengannya sehingga kau tidak melaksanakan perilaku syukur? Sehingga kau diberi eksekusi terhadapnya. Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman, “Dan (ingatlah) hari (ketika) orang-orang kafir dihadapkan ke neraka (kepada mereka dikatakan), "Kamu telah menghabiskan rezekimu yang baik dalam kehidupan duniamu (saja) dan kau telah bersenang-senang dengannya; maka pada hari ini kau dibalasi dengan azab yang menghinakan lantaran kau telah menyombongkan diri di muka bumi tanpa hak dan lantaran kau telah fasik.” (Terj. Al Ahqaaf: 20).
=======================================
al Ustadz Abu Muawiyyah Askari bin Jamal

1.Surat at Takatsur 1Archive1.3 MB
2.Surat at Takatsur 2Archive1.4 MB

Ayat 1



Ayat 2



Ayat 3-4



Ayat 5-7



Ayat 8



=============================================

AYAT DAN TAFSIRNYA

Firman Allâh Azza wa Jalla :

أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ

Bermegah-megahan telah melalaikan kamu.

Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Kecintaan terhadap dunia, kenikmatannya dan keindahannya, telah melalaikan kau dari mencari akhirat. Dan itu terus terjadi pada kau sehingga janjkematian mendatangimu dan kau mendatangi kuburan serta menjadi penghuninya”. [Tafsir Ibnu Katsir, surat at-Takâtsur, ayat 1]

Syaikh Al-‘Utsaimin rahimahullah berkata, “At-Takâtsur (bermegah-megahan) meliputi berbangga dengan banyaknya harta, qabilah, kedudukan, ilmu, dan semua yang memungkinkan terjadi saling berbangga dengannya. Ini ditunjukkan oleh perkataan pemilik sebuah kebun kepada kawannya:

أَنَا أَكْثَرُ مِنْكَ مَالًا وَأَعَزُّ نَفَرًا

Hartaku lebih banyak dari pada hartamu dan pengikut-pengikutku lebih besar lengan berkuasa [Al-Kahfi/18: 34. Tafsir Juz ‘Amma, hlm: 305-306]

Beliau rahimahullah juga berkata, “Makna ”telah melalaikan kamu” yaitu, telah menyibukkan kau sehingga kau lalai dari yang lebih penting, yaitu dzikrullah dan melaksanakan ketaatan kepada-Nya. Perkataan ini ditujukan kepada seluruh umat, namun itu dikecualikan orang yang disibukkan oleh perkara-perkara alam abadi dari perkara-perkara dunia, dan mereka ini sedikit”. [Tafsir Juz ‘Amma, hlm: 305]

Ayat ini juga telah dijelaskan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada para Sahabat sebagaimana disebutkan di dalam hadits-hadits berikut:

عَنْ مُطَرِّفٍ عَنْ أَبِيهِ قَالَ أَتَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ يَقْرَأُ أَلْهَاكُمْ التَّكَاثُرُ قَالَ يَقُولُ ابْنُ آدَمَ مَالِي مَالِي قَالَ وَهَلْ لَكَ يَا ابْنَ آدَمَ مِنْ مَالِكَ إِلَّا مَا أَكَلْتَ فَأَفْنَيْتَ أَوْ لَبِسْتَ فَأَبْلَيْتَ أَوْ تَصَدَّقْتَ فَأَمْضَيْتَ

Dari Mutharrif, dari bapaknya, dia berkata, “Aku mendatangi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dikala Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang membaca ayat “Al-hâkumut Takâtsur”, Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Anak Adam mengatakan, ‘Hartaku, hartaku!’, Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda lagi, “Bukankah engkau tidak mempunyai harta kecuali harta yang telah engkau makan, sehingga engkau habiskan; Atau apa yang telah engkau pakai, sehingga engkau menjadikannya usang; Atau apa yang telah engkau sedekahkan, sehingga engkau meneruskan (yaitu terus memilikinya hingga hari kiamat-pen)”. [HR. Muslim, no. 2958]

Di dalam riwayat lain, Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan:

وَمَا سِوَى ذَلِكَ فَهُوَ ذَاهِبٌ وَتَارِكُهُ لِلنَّاسِ

Dan selain itu, maka dia akan mati dan akan meninggalkan hartanya untuk insan (ahli waris-pen)”. [HR. Muslim, no. 2959, dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu]

Begitulah sifat insan umumnya, rakus dan bakhil terhadap harta, hingga janjkematian menjemputnya, kecuali orang-orang yang dirahmati oleh Allâh Azza wa Jalla .

Firman Allâh Azza wa Jalla :

حَتَّىٰ زُرْتُمُ الْمَقَابِرَ

Sampai kau mengunjungi (masuk ke dalam) kuburan.

Ada tiga penafsiran kalimat ini (Lihat Tafsir al-Qurthubi):
Yaitu hingga janjkematian mendatangimu, sehingga kau berada di kuburan sebagai orang-orang yang mengunjungi kuburan, kemudian kau akan kembali dari kuburan menuju nirwana atau neraka, sebagaimana kembalinya orang yang berkunjung menuju rumahnya.
Yaitu bermegah-megah telah melalaikan kau sehingga kau menghitung orang-orang yang telah mati. Namun penafsiran ini lemah lantaran jauh dari rangkaian ayat. [Tafsir Juz ‘Amma, hlm. 307, syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah]
Ini merupakan ancaman, yaitu kau menyibukkan diri dengan segala yang sanggup pergunakan untuk membanggakan sehingga kau mendatangi kuburan (mati), kemudian kau melihat siksa Allâh Azza wa Jalla yang akan menimpa kamu. Ini sesungguhnya semakna dengan penafsiran pertama.

Dan yang paling sempurna yaitu penafsiran yang pertama sebagaimana dijelaskan oleh Imam Ibnu Katsir rahimahullah dengan perkataannya, “Yang benar, maksud firman Allâh Azza wa Jalla yang artinya, ”Kamu mengunjungi kuburan” yaitu kau berada di kuburan dan dikubur di dalamnya. Sebagaimana tersebut dalam hadits shahih bahwa Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam menengok seorang pria baduwi yang sakit, Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لَا بَأْسَ طَهُورٌ إِنْ شَاءَ اللَّهُ

Tidak mengapa, insya Allâh sebagai pembersih dosa

Laki-laki itu mengatakan, “Engkau berkata sebagai pembersih dosa?! Bahkan ini yaitu demam yang bergejolak pada seorang pria bau tanah yang akan menghantarkannya ke kuburan!” Beliau bersabda, “Ya, kalau begitu“. [HR. Al-Bukhâri, no. 3616]

Syaikh al-‘Utsaimin rahimahullah berkata, “Firman Allâh, (yang artinya), ‘Sampai kau mengunjungi kuburan”, maksudnya hingga kau mati. Manusia itu mempunyai tabiat sedang bermegah-megahan dengan banyaknya (perkara dunia) hingga mati. Bahkan setiap umur bertambah tua, angan-anganpun bertambah. Maka insan itu bertambah bau tanah umurnya, namun angan-angannya muda. Sehingga ada orang yang berumur 90 tahun misalnya, engkau mendapatinya mempunyai banyak angan-angan dan panjang angan-angan yang tidak ada pada seorang cowok yang berumur 15 tahun. Inilah makna ayat yang mulia ini, yaitu bahwa kau telah menjadi lalai terhadap alam abadi hingga kau mati dengan lantaran bermegah-megah dengan banyaknya (kesenangan dunia)”. [Tafsir Juz ‘Amma, hlm. 306]

Ayat ini juga mengisyaratkan semoga insan banyak mengingat kematian, lantaran barapapun harta yang berhasil dia kumpulkan di dunia ini, capat atau lambat, semua harta itu pasti akan dia tinggalkan seiring dengan janjkematian yang datang.

Firman Allâh Azza wa Jalla :

كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُونَ

Janganlah begitu, kelak kau akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu),

Kalla sanggup berarti sebenarnya, dan berarti larangan. Yaitu berhentilah dari bermegah-megah ini!

Firman Allâh Subhanahu wa Ta’ala , yang artinya, “kelak kau akan mengetahui”, yakni kau akan mengetahui tanggapan jelek prilakumu, bahwa bermegah-megah ini tidak memperlihatkan manfaat kepada kamu”. [Tafsir Juz ‘Amma, hlm. 307, karya Syaikh Muhamad bin Shalih al-‘Utsaimin rahimahullah]

Al-Farrâ’ rahimahullah mengatakan, “Yaitu, urusannya tidak sebagaimana yang kau lakukan, yaitu kau saling berbangga dan saling bermegah-megah dengan banyaknya jumlah, kau akan mengetahui akibatnya”. [Tafsir al-Qurthubi, dengan ringkas]

Firman Allâh Azza wa Jalla :

ثُمَّ كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُونَ

Dan janganlah begitu, kelak kau akan mengetahui.

Tentang pengulangan kalimat ini ada beberapa klarifikasi Ulama’ perihal maknanya:
Sebagai bentuk penekanan.
Kamu akan mengetahui siksaan di dalam kubur dan kau akan mengetahui siksaan di akhirat. Sehingga ayat ini memuat gosip perihal siksa kubur dan akhirat.
Kamu akan mengetahui pada waktu melihat pribadi bahwa apa yang Aku beritakan itu haq, dan kau akan mengetahui pada waktu berdiri dari kubur bahwa apa yang Aku janjikan itu benar.
Kamu akan mengetahui, jikalau janjkematian telah turun kepada kamu, dan para Malaikat mendatangimu untuk mencabut nyawa. Dan kau akan mengetahui jikalau kau telah memasuki kubur kamu, malakikat Munkar dan Nakir mendatangimu, kengerian pertanyaan kubur menyelimuti kamu, dan jawaban terputus darimu. [Tafsir al-Qurthubi, dengan sedikit ringkas]

Firman Allâh Azza wa Jalla :

كَلَّا لَوْ تَعْلَمُونَ عِلْمَ الْيَقِينِ

Janganlah begitu, jikalau kau mengetahui dengan pengetahuan yang yakin,

Al-Imam Al-Qurthubi rahimahullah berkata, “Allâh Azza wa Jalla mengulangi kata ‘kalla’, ini sebagai larangan dan peringatan, seakan-akan Allâh Azza wa Jalla berfirman, “Janganlah kau lakukan, lantaran kau akan menyesal; janganlah kau lakukan lantaran kau melaksanakan kasus yang menimbulkan siksaan“. [Tafsir al-Qurthubi, dengan sedikit ringkas]

Syaikh as-Sa’di rahimahullah berkata, “Yaitu, seandainya kau mengetahui dengan pengetahuan yang hingga ke dalam hatimu perihal apa yang ada di hadapanmu, maka pasti prilaku bermegah-megahan tidak akan sanggup melalaikankamu, dan kau benar-benar akan bergegas melaksanakan amal-amal shalih. Tetapi ketiadaan ilmu yang hakiki telah menjadikan kau ibarat apa yang kau lihat”. [Tafsir Taisîr al-Karîmirrahmân]

Syaikh al-‘Utsaimin rahimahullah berkata, “Yakni: sebetulnya jikalau kau mengetahui dengan pengetahuan yang yakin, kau benar-benar mengetahui bahwa kau dalam kesesatan, tetapi kau tidak mengetahui dengan pengetahuan yang yakin, lantaran kau lalai dan bermain-main di dunia ini. Jika kau mengetahui dengan pengetahuan yang yakin, sesungguhnya kau benar-benar menyadari bahwa kau berada di dalam kesesatan dan kesalahan yang besar”. [Tafsir Juz ‘Amma, hlm. 308]

Sesungguhnya orang yang telah mati benar-benar telah mengetahui hakekat berita-berita Allâh dan RosulNya.

Firman Allâh Azza wa Jalla :

لَتَرَوُنَّ الْجَحِيمَ

Niscaya kau benar-benar akan melihat neraka Jahiim,

Syaikh as-Sa’di rahimahullah berkata, “Yaitu, hari final zaman benar-benar akan tiba kemudian kau akan melihat neraka Jahim yang telah Allâh siapkan bagi orang-orang kafir”. [Tafsir Taisîr al-Karîmirrahmân]

Mengenai kata “kamu” dalam ayat ini, berdasarkan sebagian Ulama diarahkan untuk orang kafir. Seperti firman Allâh Azza wa Jalla :

وَرَأَى الْمُجْرِمُونَ النَّارَ فَظَنُّوا أَنَّهُمْ مُوَاقِعُوهَا وَلَمْ يَجِدُوا عَنْهَا مَصْرِفًا

Dan orang-orang yang berdosa melihat neraka, maka mereka meyakini, bahwa mereka akan jatuh ke dalamnya dan mereka tidak menemukan daerah berpaling dari padanya. [Al-Kahfi/18: 53]

Sebagian lain menyatakan bahwa kata ‘kamu’ itu untuk umum, semua manusia. Sehingga neraka itu disiapkan untuk orang-orang kafir sebagai daerah tinggal menetap, dan untuk orang-orang beriman sebagai daerah lewat. Allâh Azza wa Jalla berfirman:

وَإِنْ مِنْكُمْ إِلَّا وَارِدُهَا ۚ كَانَ عَلَىٰ رَبِّكَ حَتْمًا مَقْضِيًّا ﴿٧١﴾ ثُمَّ نُنَجِّي الَّذِينَ اتَّقَوْا وَنَذَرُ الظَّالِمِينَ فِيهَا جِثِيًّا

Dan tidak ada seorangpun dari kamu, melainkan akan mendatangi neraka itu. Hal itu bagi Tuhanmu yaitu suatu kemestian yang sudah ditetapkan. Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa dan membiarkan orang-orang yang zhalim di dalam neraka dalam keadaan berlutut. [Maryam/19: 71-72]

Karena seluruh insan akan melewati neraka. Adapun orang-orang kafir mereka akan masuk dan tidak keluar, sedangkan orang-orang beriman, mereka akan melewati sirâth (jalan/jembatan di atas jurang neraka Jahannam) dengan kecepatan yang sesuai dengan amalannya dikala di dunia, kemudian di antara mereka sekedar lewat tanpa memasukinya, dan sebagian yang lain memasukinya sementara hingga Allâh Azza wa Jalla ijinkan untuk memasuki nirwana sesudah higienis dari dosa-dosa. Kita memohon derma kepada Allâh dari siksa neraka.

Firman Allâh Azza wa Jalla :

ثُمَّ لَتَرَوُنَّهَا عَيْنَ الْيَقِينِ

Dan sesungguhnya kau benar-benar akan melihatnya dengan ‘ainul yaqin.

Yaitu (kamu) akan melihat neraka dengan mata kepala sendiri sehingga menjadikan keyakinan yang kuat. [Lihat Terjemah Depag].

Syaikh al-‘Utsaimin rahimahulllah berkata, “Ayat ini menguatkan (kejadian bahwa insan akan) melihat neraka. Kapan itu dilihat? Akan dilihat pada hari kiamat. Neraka akan didatangkan diseret dengan 70 ribu kendali, setiap satu kendali diseret oleh 70 ribu Malaikat. Sedangkan Malaikat yaitu makhluk yang besar dan kuat, sehingga neraka itu juga sangat besar, semoga Allâh melindungi kita darinya.” [Tafsir Juz ‘Amma, hlm. 309, karya Syaikh al-‘Utsaimin rahimahullah]

Apa yang dikatakan oleh Syaikh al-‘Utsaimin ini disebutkan di dalam hadits shahih sebagai berikut:

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُؤْتَى بِجَهَنَّمَ يَوْمَئِذٍ لَهَا سَبْعُونَ أَلْفَ زِمَامٍ مَعَ كُلِّ زِمَامٍ سَبْعُونَ أَلْفَ مَلَكٍ يَجُرُّونَهَا

Dari Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu anhu, dia berkata, “Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Pada hari itu (hari kiamat) Jahannam akan didatangkan, padanya terdapat 70 ribu kendali, setiap satu kendali ada 70 ribu Malaikat, para Malaikat itu menyeretnya. [HR. Muslim, no. 2842; Tirmidzi, no. 2573]

Setelah kita mengetahui berita-berita yang haq dari Allâh Azza wa Jalla dan Rasul-Nya ibarat ini, maka janganlah kita terpedaya dengan kehidupan sementara di dunia ini, kemudian tersibukkan dengannya, dan melalaikan kehidupan hakiki di akhirat. Hanya Allâh daerah memohon pertolongan.

Firman Allâh Subhanahu wa Ta’ala :

ثُمَّ لَتُسْأَلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنِ النَّعِيمِ

Kemudian kau pasti akan ditanyai pada hari itu perihal kenikmatan.

Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Yaitu, kemudian pada hari itu kau akan ditanya perihal syukur terhadap (nikmat-nikmat) yang Allâh telah berikan kepada kamu, yang berupa kesehatan, keamanan, rezeki, dan lainnya”. [Tafsir al-Qur’ânil ‘Azhîm]

Dengan demikian maka kenikmatan yang akan ditanyakan pada hari final zaman itu umum meliputi seluruh kenikmatan, seperti: waktu luang, kelengkapan panca indra, kelezatan makanan dan minuman, makan pagi, siang, dan malam, kenyangnya perut, segarnya minuman, naungan daerah tinggal, keseimbangan badan, kenikmatan tidur, kebahagiaan jiwa, dan lainnya dari nikmat Allâh yang tidak terbatas. [Lihat Tafsir Al-Qurthubi]

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memberitakan kepada kita perihal masalah-masalah yang akan ditanyakan pada hari kiamat. Antara lain yang disebutkan di bawah ini:

عَنْ ابْنِ مَسْعُودٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا تَزُولُ قَدَمُ ابْنِ آدَمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ عِنْدِ رَبِّهِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ خَمْسٍ عَنْ عُمُرِهِ فِيمَ أَفْنَاهُ وَعَنْ شَبَابِهِ فِيمَ أَبْلَاهُ وَمَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَ أَنْفَقَهُ وَمَاذَا عَمِلَ فِيمَا عَلِمَ

Dari Ibnu Mas’ud dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , dia bersabda: “Tidaklah telapak kaki hamba akan bergeser dari hadapan Robbnya pada hari final zaman hingga dia ditanya perihal lima perkara: “Tentang umurnya untuk apa dia habiskan; perihal masa mudanya untuk apa dia pergunakan; perihal hartanya, dari mana dia mendapatkannya; dan untuk apa dia belanjakan; dan apa yang telah dia amalkan dari apa yang telah dia ketahui”. [HR. Tirmidzi, no: 2416; Ditakhrij dan dishohihkan oleh Syaikh Al-Albani di dalam Silsilah Ash-Shohihah, no. 946]

Di dalam hadits yang lain Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ أَوَّلَ مَا يُسْأَلُ عَنْهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَعْنِي الْعَبْدَ مِنْ النَّعِيمِ أَنْ يُقَالَ لَهُ أَلَمْ نُصِحَّ لَكَ جِسْمَكَ وَنُرْوِيَكَ مِنْ الْمَاءِ الْبَارِدِ

Sesungguhnya pertama kali yang akan ditanyakan kepada hamba pada hari final zaman perihal kenikmatan yaitu akan dikatakan kepadanya (Allâh): “Bukankah Kami telah menjadikan badanmu sehat dan bukankah Kami telah menjadikanmu puas dengan air yang sejuk?” [HR. Tirmidzi, no. 3358, dari Abu Huroiroh; dishohihkan oleh syaikh Al-Albani]

Kalau pertanyaan ini sudah pasti akan terjadi, lantaran merupakan gosip Allâh dan rasul-Nya, maka apakah kita sudah mempersiapkan jawabannya?

FAEDAH-FAEDAH AYAT

Kecintaan terhadap dunia, kenikmatannya, dan keindahannya, telah melalaikan banyak insan dari mencari akhirat.
Manusia itu mempunyai tabiat bermegah-megah dengan banyaknya kenikmatan dan harta di dunia hingga janjkematian menjemputnya.
Anjuran banyak mengingat kematian, lantaran barapapun harta yang berhasil dikumpulkan di dunia ini pasti akan dia tinggalkan dengan datangnya kematian.
Larangan bermegah-megah urusan dunia.
Urgensi ilmu agama. Karena dengan ilmu yang yakin insan mengetahui bahwa hikmah penciptaan yaitu untuk beribadah kepada Allâh semata, sehingga dia tidak lalai dan bermain-main saja di dunia ini.
Manusia benar-benar akan melihat neraka pada hari kiamat.
Manuisa akan ditanya perihal seluruh kenikmatan dari Allâh pada hari kiamat, perihal syukurnya dan keyakinannya kepada hari kiamat.


Posting Komentar untuk "Kumpulan Tafsir At Takaatsur"