Ayat 75-87: Sumpah Allah Subhaanahu wa Ta'aala terhadap keagungan Al Qur’an, dan bahwa ia turun dari Rabbul ‘aalamin dan klarifikasi terhadap hal yang akan menimpa insan saat sakratul maut.
فَلا أُقْسِمُ بِمَوَاقِعِ النُّجُومِ (٧٥) وَإِنَّهُ لَقَسَمٌ لَوْ تَعْلَمُونَ عَظِيمٌ (٧٦) إِنَّهُ لَقُرْآنٌ كَرِيمٌ (٧٧) فِي كِتَابٍ مَكْنُونٍ (٧٨) لا يَمَسُّهُ إِلا الْمُطَهَّرُونَ (٧٩)تَنْزِيلٌ مِنْ رَبِّ الْعَالَمِينَ (٨٠) أَفَبِهَذَا الْحَدِيثِ أَنْتُمْ مُدْهِنُونَ (٨١)وَتَجْعَلُونَ رِزْقَكُمْ أَنَّكُمْ تُكَذِّبُونَ (٨٢) فَلَوْلا إِذَا بَلَغَتِ الْحُلْقُومَ (٨٣) وَأَنْتُمْ حِينَئِذٍ تَنْظُرُونَ (٨٤) وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْكُمْ وَلَكِنْ لا تُبْصِرُونَ (٨٥)فَلَوْلا إِنْ كُنْتُمْ غَيْرَ مَدِينِينَ (٨٦) تَرْجِعُونَهَا إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ (٨٧)
Terjemah Surat Al Waqiah Ayat 75-87
75. [1]Maka saya bersumpah dengan daerah beredarnya bintang-bintang.
76. Dan bekerjsama itu benar-benar sumpah yang besar sekiranya kau mengetahui[2],
77. dan (ini) bekerjsama Al Alquran yang sangat mulia,
78. dalam kitab yang terpelihara (Lauh Mahfuzh)[3],
79. tidak ada yang menyentuhnya selain hamba-hamba yang disucikan[4].
80. Diturunkan dari Tuhan seluruh alam[5].
81. Apakah kau menganggap remeh informasi ini (Al Qur’an)?[6]
82. [7]Dan kau mengakibatkan rezeki yang kau terima (dari Allah) justru untuk mendustakan-Nya[8].
83. Maka kalau begitu mengapa (tidak mencegah) saat nyawa telah hingga di kerongkongan,
84. dan kau saat itu melihat,
85. dan Kami lebih bersahabat kepadanya[9] daripada kamu, tetapi kau tidak melihat,
86. maka mengapa jikalau kau memang tidak dikuasai (oleh Allah)[10],
87. kau tidak mengembalikannya (nyawa itu)[11] jikalau kau orang yang benar?[12]
Ayat 88-96: Penjelasan wacana daerah kembali tiga golongan di atas, dan bahwa Kiamat ialah hak dan yakin.
فَأَمَّا إِنْ كَانَ مِنَ الْمُقَرَّبِينَ (٨٨) فَرَوْحٌ وَرَيْحَانٌ وَجَنَّةُ نَعِيمٍ (٨٩) وَأَمَّا إِنْ كَانَ مِنْ أَصْحَابِ الْيَمِينِ (٩٠) فَسَلامٌ لَكَ مِنْ أَصْحَابِ الْيَمِينِ (٩١) وَأَمَّا إِنْ كَانَ مِنَ الْمُكَذِّبِينَ الضَّالِّينَ (٩٢) فَنُزُلٌ مِنْ حَمِيمٍ (٩٣) وَتَصْلِيَةُ جَحِيمٍ (٩٤) إِنَّ هَذَا لَهُوَ حَقُّ الْيَقِينِ (٩٥) فَسَبِّحْ بِاسْمِ رَبِّكَ الْعَظِيمِ (٩٦)
Terjemah Surat Al Waqiah Ayat 88-96
88. [13]Jika ia (orang yang mati) itu termasuk yang didekatkan (kepada Allah)[14],
89. maka ia memperoleh ketenteraman[15] dan rezeki[16] serta nirwana (yang penuh) kenikmatan[17].
90. Dan adapun jikalau ia termasuk golongan kanan[18],
91. maka, “Salam[19] bagimu (wahai) dari golongan kanan!”[20] (sambut malaikat).
92. Dan adapun jikalau ia termasuk golongan orang yang mendustakan dan sesat[21],
93. maka ia disambut siraman air yang mendidih,
94. dan dibakar di dalam neraka[22].
95. Sungguh, inilah[23] keyakinan yang benar[24].
96. Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Mahabesar[25].
[1] Allah Subhaanahu wa Ta'aala bersumpah dengan bintang dan mawaaqi’, yakni jatuhnya di daerah tenggelamnya dan apa yang Allah adakan pada waktu itu berupa kejadian-kejadian yang memperlihatkan kebesaran-Nya, keagungan-Nya dan keesaan-Nya. Dan pada ayat selanjutnya, Dia perbesar perkara sumpah ini.
[2] Sumpah ini dipandang besar lantaran pada bintang dan peredarannya serta jatuhnya di daerah tenggelamnya terdapat ayat-ayat dan pelajaran yang tidak sanggup dijumlahkan. Sedangkan isi sumpahnya ialah mengukuhkan Al Qur’an, dan bahwa ia ialah benar tanpa ada keraguan lagi. Demikian pula bahwa Al Qur’an ialah bacaan yang mulia, yang banyak kebaikan dan pengetahuannya. Bahkan setiap kebaikan dan ilmu diambil dan digali darinya.
[3] Yakni tertutup dari penglihatan makhluk, yaitu Lauh Mahfuzh. Maksudnya, Al Qur’an ini tertulis dalam Lauh Mahfuzh, dimuliakan di sisi Allah dan di sisi para malaikat-Nya. Bisa juga maksud ‘kitab yang terpelihara’ ialah kitab yang berada di tangan-tangan para malaikat, dimana Allah menurunkan mereka dengan membawa wahyu-Nya. Sedangkan maksud ‘terpelihara’ ialah tertutup dari setan, dimana mereka tidak sanggup merubahnya, mengurangi dan mencurinya.
[4] Yakni tidak ada yang menyentuh Al Qur’an selain hamba-hamba yang disucikan, yaitu para malaikat yang yang mulia, dimana Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyucikan mereka dari dosa-dosa dan cacat. Menurut sebagian ulama, ayat ini mengingatkan, bahwa dihentikan menyentuh Al Qur’an kecuali orang yang suci. Oleh lantaran itu, ada yang berpendapat, bahwa ayat ini meskipun bentuknya berita, namun terdapat larangan, yaitu dihentikan menyentuh Al Qur’an kecuali orang yang suci.
[5] Maksudnya, Al Qur’an yang telah disebutkan sifatnya itu turun dari Allah Tuhan Yang Mengurus seluruh alam; Dia mengurus hamba-hamba-Nya dengan nikmat-nikmat dunia dan agama, dimana di antara kepengurusan-Nya kepada mereka yang paling besarnya ialah dengan menurunkan Al Qur’an ini yang di dalamnya terdapat petunjuk bagi mereka supaya mereka sanggup hidup senang di dunia dan akhirat. Hal ini menunjukkan, bahwa Allah Subhaanahu wa Ta'aala sehabis membuat mereka, maka Dia tidak membiarkan mereka begitu saja, bahkan tetap mengurus mereka dengan nikmat-nikmat-Nya baik nikmat dunia berupa rezeki maupun nikmat agama berupa petunjuk. Dengan Al Qur’an Allah berikan rahmat kepada hamba-hamba-Nya yang mereka tidak sanggup untuk mensyukurinya. Oleh lantaran itu, mereka harus menjunjung tinggi isi Al Qur’an, mengamalkannya dan mendakwahkannya.
[6] Maksudnya, apakah terhadap kitab yang agung dan peringatan yang bijaksana ini kau meremehkan; kau menyembunyikannya lantaran takut kepada manusia, takut celaan dan cercaan mereka? Ini tidaklah pantas. Yang pantas diremehkan ialah informasi yang tidak sanggup mendapatkan amanah orang yang menceritakannya. Adapun Al Qur’anul Karim, maka ia ialah kebenaran, dimana tidak ada yang melawannya kecuali ia akan kalah. Oleh lantaran itu, ia layak untuk diberitakan dan disampaikan secara terang-terangan.
[7] Imam Muslim meriwayatkan dengan sanadnya yang hingga kepada Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma, ia berkata, “Orang-orang menerima siraman hujan pada zaman Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, (maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda), “Pada pagi hari ini di antara insan ada yang bersyukur dan ada yang kufur.” Mereka (yang bersyukur) berkata, “Ini ialah rahmat (dari Allah).” Sebagian mereka (yang kufur) berkata, “Sungguh, bintang ini dan itu telah benar.” Maka turunlah ayat ini, “Maka saya bersumpah dengan daerah beredarnya bintang-bintang. Sampai ayat, “Dan kau mengakibatkan rezeki yang kau terima (dari Allah) justru untuk mendustakan-Nya.”
Imam Nawawi berkata, “Syaikh Abu ‘Amr rahimahullah, yakni Ibnu Shalaah berkata, “Bukanlah maksudnya, bahwa semua ayat ini turun berkenaan ucapan ‘benar bintang ini dan itu’, lantaran perkara wacana itu dan tafsirnya tidak menghendaki demikian, bahkan hanya turun berkenaan firman Allah Ta’ala, “Dan kau mengakibatkan rezeki yang kau terima (dari Allah) justru untuk mendustakan-Nya.” (Terj. Al Waaqi’ah: 82) Selebihnya turun tidak berkenaan dengan itu, akan tetapi bersamaan waktu turunnya sehingga disebutkan semuanya lantaran karena itu.” Syaikh Abu ‘Amr rahimahullah juga berkata, “Di antara hal yang memperlihatkan demikian ialah bahwa pada sebagian riwayat dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma wacana hal ini terbatas pada pecahan ini (ayat 82) saja.”
[8] Yaitu lantaran menyandarkan turunnya hujan kepada bintang ini dan itu, padahal hujan turun lantaran karunia Allah dan rahmat-Nya. Hal ini sama saja mendustakan dan mengkufuri nikmat Allah lantaran menyandarkan nikmat kepada selain yang memberinya. Oleh lantaran itu, mengapa kau tidak bersyukur kepada Allah atas ihsan-Nya kepada kau lantaran sudah menurunkan kepadamu karunia-Nya, padahal perilaku kufur dan mendustakan sanggup mencabut nikmat itu dan menggantinya dengan azab.
[9] Yakni dengan ilmu Kami dan malaikat Kami.
[10] Bisa juga diartikan, “Maka mengapa jikalau kau memang tidak akan diberi balasan,”
[11] Ke dalam jasad.
[12] Ketika itu, kau di antara dua pilihan; membenarkan apa yang dibawa Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam atau tetap membangkang sehabis mengetahui kebenarannya dan kau akan memperoleh daerah kembali yang buruk.
[13] Allah Subhaanahu wa Ta'aala di awal surah telah menyebutkan tiga golongan; golongan orang-orang yang didekatkan, golongan kanan dan golongan kiri (golongan yang mendustakan lagi sesat) dan keadaan mereka di akhirat. Selanjutnya di simpulan surah ini, Allah menyebutkan keadaan mereka menjelang wafat.
[14] Menurut Syaikh As Sa’diy, yaitu mereka yang mengerjakan perkara wajib dan sunat, meninggalkan yang haram dan yang makruh dan perkara mubah yang berlebihan.
[15] Yakni ketenangan, kegembiraan dan kenikmatan lahir-batin.
[16] Raihaan pada ayat tersebut ialah nama yang meliputi segala kenikmatan yang diterima badan, berupa makanan, minuman, dan lain-lain.
[17] Yakni yang menggabung rauh (ketenteraman) dan raihaan, dimana di dalamnya terdapat sesuatu yang belum pernah dilihat oleh mata, didengar oleh telinga, dan terlintas di hati manusia.
Orang yang didekatkan dengan Allah, maka akan diberi kabar gembira dengan kabar gembira itu yang membuat ruhnya melayang dari jasad lantaran gembira dan senang. Hal ini sebagaimana firman Allah Ta’ala, “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, "Tuhan Kami ialah Allah" lalu mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan, "Janganlah kau takut dan janganlah merasa sedih; dan bergembiralah dengan nirwana yang telah dijanjikan Allah kepadamu".--- Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat; di dalamnya kau memperoleh apa yang kau inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kau minta.---Sebagai hidangan (bagimu) dari Tuhan yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Terj. Fushshilat: 30-32) Dalam ayat lain Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman, “Bagi mereka informasi gembira di dalam kehidupan di dunia dan (dalam kehidupan} di akhirat. (Terj. Yuunus: 64).
[18] Menurut Syaikh As Sa’diy, yaitu mereka yang mengerjakan kewajiban dan meninggalkan hal yang haram, meskipun terjadi pengurangan pada sebagian hak yang tidak merusak tauhid dan keyakinan mereka.
[19] Yakni selamat dari azab.
[20] Bisa maksudnya, “Salam bagimu dari saudara-saudaramu yang berada di golongan kanan,” yakni mereka (golongan kanan) akan mengucapkan salam dan menyambutnya saat ia hingga dan bertemu dengan mereka. Atau maksudnya, “Salam bagimu dari musibah, cobaan dan azab lantaran engkau termasuk golongan kanan yang selamat dari dosa-dosa yang membinasakan.”
[21] Yaitu mereka yang mendustakan kebenaran dan tersesat dari petunjuk.
[22] Yang mengepung mereka, dimana apinya memperabukan hingga ke hati, dan apabila mereka meminta minuman lantaran sangat haus, maka mereka mereka diberi minuman menyerupai besi yang mendidih yang menghanguskan wajah (lihat Al Kahfi: 29).
[23] Yakni pemberian jawaban terhadap kebaikan dan keburukan yang dilakukan hamba serta rinciannya.
[24] Yang tidak ada keraguan lagi, bahkan benar dan niscaya terjadi. Allah Subhaanahu wa Ta'aala telah memperlihatkan buktinya baik dari dalil ‘aqli (akal) maupun naqli yang memperlihatkan demikian sehingga hal itu di kalangan orang-orang yang berilmu seolah-olah dirasakan oleh mereka dan disaksikannya. Maka mereka memuji Allah Subhaanahu wa Ta'aala atas nikmat yang dikaruniakan-Nya kepada mereka berupa hidayah irsyad (petunjuk) maupun hidayah taufiq (bantuan dari Allah untuk menjalankan petunjuk itu). Oleh lantaran itu, Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman, “Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Mahabesar.”
[25] Maka Mahasuci Allah Tuhan kita Yang Mahaagung dari apa yang diucapkan orang-orang yang zalim dan ingkar dengan ketinggian yang besar, dan segala puji bagi Allah Tuhan seluruh alam dengan kebanggaan yang banyak, baik lagi diberkahi.
فَلا أُقْسِمُ بِمَوَاقِعِ النُّجُومِ (٧٥) وَإِنَّهُ لَقَسَمٌ لَوْ تَعْلَمُونَ عَظِيمٌ (٧٦) إِنَّهُ لَقُرْآنٌ كَرِيمٌ (٧٧) فِي كِتَابٍ مَكْنُونٍ (٧٨) لا يَمَسُّهُ إِلا الْمُطَهَّرُونَ (٧٩)تَنْزِيلٌ مِنْ رَبِّ الْعَالَمِينَ (٨٠) أَفَبِهَذَا الْحَدِيثِ أَنْتُمْ مُدْهِنُونَ (٨١)وَتَجْعَلُونَ رِزْقَكُمْ أَنَّكُمْ تُكَذِّبُونَ (٨٢) فَلَوْلا إِذَا بَلَغَتِ الْحُلْقُومَ (٨٣) وَأَنْتُمْ حِينَئِذٍ تَنْظُرُونَ (٨٤) وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْكُمْ وَلَكِنْ لا تُبْصِرُونَ (٨٥)فَلَوْلا إِنْ كُنْتُمْ غَيْرَ مَدِينِينَ (٨٦) تَرْجِعُونَهَا إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ (٨٧)
Terjemah Surat Al Waqiah Ayat 75-87
75. [1]Maka saya bersumpah dengan daerah beredarnya bintang-bintang.
76. Dan bekerjsama itu benar-benar sumpah yang besar sekiranya kau mengetahui[2],
77. dan (ini) bekerjsama Al Alquran yang sangat mulia,
78. dalam kitab yang terpelihara (Lauh Mahfuzh)[3],
79. tidak ada yang menyentuhnya selain hamba-hamba yang disucikan[4].
80. Diturunkan dari Tuhan seluruh alam[5].
81. Apakah kau menganggap remeh informasi ini (Al Qur’an)?[6]
82. [7]Dan kau mengakibatkan rezeki yang kau terima (dari Allah) justru untuk mendustakan-Nya[8].
83. Maka kalau begitu mengapa (tidak mencegah) saat nyawa telah hingga di kerongkongan,
84. dan kau saat itu melihat,
85. dan Kami lebih bersahabat kepadanya[9] daripada kamu, tetapi kau tidak melihat,
86. maka mengapa jikalau kau memang tidak dikuasai (oleh Allah)[10],
87. kau tidak mengembalikannya (nyawa itu)[11] jikalau kau orang yang benar?[12]
Ayat 88-96: Penjelasan wacana daerah kembali tiga golongan di atas, dan bahwa Kiamat ialah hak dan yakin.
فَأَمَّا إِنْ كَانَ مِنَ الْمُقَرَّبِينَ (٨٨) فَرَوْحٌ وَرَيْحَانٌ وَجَنَّةُ نَعِيمٍ (٨٩) وَأَمَّا إِنْ كَانَ مِنْ أَصْحَابِ الْيَمِينِ (٩٠) فَسَلامٌ لَكَ مِنْ أَصْحَابِ الْيَمِينِ (٩١) وَأَمَّا إِنْ كَانَ مِنَ الْمُكَذِّبِينَ الضَّالِّينَ (٩٢) فَنُزُلٌ مِنْ حَمِيمٍ (٩٣) وَتَصْلِيَةُ جَحِيمٍ (٩٤) إِنَّ هَذَا لَهُوَ حَقُّ الْيَقِينِ (٩٥) فَسَبِّحْ بِاسْمِ رَبِّكَ الْعَظِيمِ (٩٦)
Terjemah Surat Al Waqiah Ayat 88-96
88. [13]Jika ia (orang yang mati) itu termasuk yang didekatkan (kepada Allah)[14],
89. maka ia memperoleh ketenteraman[15] dan rezeki[16] serta nirwana (yang penuh) kenikmatan[17].
90. Dan adapun jikalau ia termasuk golongan kanan[18],
91. maka, “Salam[19] bagimu (wahai) dari golongan kanan!”[20] (sambut malaikat).
92. Dan adapun jikalau ia termasuk golongan orang yang mendustakan dan sesat[21],
93. maka ia disambut siraman air yang mendidih,
94. dan dibakar di dalam neraka[22].
95. Sungguh, inilah[23] keyakinan yang benar[24].
96. Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Mahabesar[25].
[1] Allah Subhaanahu wa Ta'aala bersumpah dengan bintang dan mawaaqi’, yakni jatuhnya di daerah tenggelamnya dan apa yang Allah adakan pada waktu itu berupa kejadian-kejadian yang memperlihatkan kebesaran-Nya, keagungan-Nya dan keesaan-Nya. Dan pada ayat selanjutnya, Dia perbesar perkara sumpah ini.
[2] Sumpah ini dipandang besar lantaran pada bintang dan peredarannya serta jatuhnya di daerah tenggelamnya terdapat ayat-ayat dan pelajaran yang tidak sanggup dijumlahkan. Sedangkan isi sumpahnya ialah mengukuhkan Al Qur’an, dan bahwa ia ialah benar tanpa ada keraguan lagi. Demikian pula bahwa Al Qur’an ialah bacaan yang mulia, yang banyak kebaikan dan pengetahuannya. Bahkan setiap kebaikan dan ilmu diambil dan digali darinya.
[3] Yakni tertutup dari penglihatan makhluk, yaitu Lauh Mahfuzh. Maksudnya, Al Qur’an ini tertulis dalam Lauh Mahfuzh, dimuliakan di sisi Allah dan di sisi para malaikat-Nya. Bisa juga maksud ‘kitab yang terpelihara’ ialah kitab yang berada di tangan-tangan para malaikat, dimana Allah menurunkan mereka dengan membawa wahyu-Nya. Sedangkan maksud ‘terpelihara’ ialah tertutup dari setan, dimana mereka tidak sanggup merubahnya, mengurangi dan mencurinya.
[4] Yakni tidak ada yang menyentuh Al Qur’an selain hamba-hamba yang disucikan, yaitu para malaikat yang yang mulia, dimana Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyucikan mereka dari dosa-dosa dan cacat. Menurut sebagian ulama, ayat ini mengingatkan, bahwa dihentikan menyentuh Al Qur’an kecuali orang yang suci. Oleh lantaran itu, ada yang berpendapat, bahwa ayat ini meskipun bentuknya berita, namun terdapat larangan, yaitu dihentikan menyentuh Al Qur’an kecuali orang yang suci.
[5] Maksudnya, Al Qur’an yang telah disebutkan sifatnya itu turun dari Allah Tuhan Yang Mengurus seluruh alam; Dia mengurus hamba-hamba-Nya dengan nikmat-nikmat dunia dan agama, dimana di antara kepengurusan-Nya kepada mereka yang paling besarnya ialah dengan menurunkan Al Qur’an ini yang di dalamnya terdapat petunjuk bagi mereka supaya mereka sanggup hidup senang di dunia dan akhirat. Hal ini menunjukkan, bahwa Allah Subhaanahu wa Ta'aala sehabis membuat mereka, maka Dia tidak membiarkan mereka begitu saja, bahkan tetap mengurus mereka dengan nikmat-nikmat-Nya baik nikmat dunia berupa rezeki maupun nikmat agama berupa petunjuk. Dengan Al Qur’an Allah berikan rahmat kepada hamba-hamba-Nya yang mereka tidak sanggup untuk mensyukurinya. Oleh lantaran itu, mereka harus menjunjung tinggi isi Al Qur’an, mengamalkannya dan mendakwahkannya.
[6] Maksudnya, apakah terhadap kitab yang agung dan peringatan yang bijaksana ini kau meremehkan; kau menyembunyikannya lantaran takut kepada manusia, takut celaan dan cercaan mereka? Ini tidaklah pantas. Yang pantas diremehkan ialah informasi yang tidak sanggup mendapatkan amanah orang yang menceritakannya. Adapun Al Qur’anul Karim, maka ia ialah kebenaran, dimana tidak ada yang melawannya kecuali ia akan kalah. Oleh lantaran itu, ia layak untuk diberitakan dan disampaikan secara terang-terangan.
[7] Imam Muslim meriwayatkan dengan sanadnya yang hingga kepada Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma, ia berkata, “Orang-orang menerima siraman hujan pada zaman Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, (maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda), “Pada pagi hari ini di antara insan ada yang bersyukur dan ada yang kufur.” Mereka (yang bersyukur) berkata, “Ini ialah rahmat (dari Allah).” Sebagian mereka (yang kufur) berkata, “Sungguh, bintang ini dan itu telah benar.” Maka turunlah ayat ini, “Maka saya bersumpah dengan daerah beredarnya bintang-bintang. Sampai ayat, “Dan kau mengakibatkan rezeki yang kau terima (dari Allah) justru untuk mendustakan-Nya.”
Imam Nawawi berkata, “Syaikh Abu ‘Amr rahimahullah, yakni Ibnu Shalaah berkata, “Bukanlah maksudnya, bahwa semua ayat ini turun berkenaan ucapan ‘benar bintang ini dan itu’, lantaran perkara wacana itu dan tafsirnya tidak menghendaki demikian, bahkan hanya turun berkenaan firman Allah Ta’ala, “Dan kau mengakibatkan rezeki yang kau terima (dari Allah) justru untuk mendustakan-Nya.” (Terj. Al Waaqi’ah: 82) Selebihnya turun tidak berkenaan dengan itu, akan tetapi bersamaan waktu turunnya sehingga disebutkan semuanya lantaran karena itu.” Syaikh Abu ‘Amr rahimahullah juga berkata, “Di antara hal yang memperlihatkan demikian ialah bahwa pada sebagian riwayat dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma wacana hal ini terbatas pada pecahan ini (ayat 82) saja.”
[8] Yaitu lantaran menyandarkan turunnya hujan kepada bintang ini dan itu, padahal hujan turun lantaran karunia Allah dan rahmat-Nya. Hal ini sama saja mendustakan dan mengkufuri nikmat Allah lantaran menyandarkan nikmat kepada selain yang memberinya. Oleh lantaran itu, mengapa kau tidak bersyukur kepada Allah atas ihsan-Nya kepada kau lantaran sudah menurunkan kepadamu karunia-Nya, padahal perilaku kufur dan mendustakan sanggup mencabut nikmat itu dan menggantinya dengan azab.
[9] Yakni dengan ilmu Kami dan malaikat Kami.
[10] Bisa juga diartikan, “Maka mengapa jikalau kau memang tidak akan diberi balasan,”
[11] Ke dalam jasad.
[12] Ketika itu, kau di antara dua pilihan; membenarkan apa yang dibawa Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam atau tetap membangkang sehabis mengetahui kebenarannya dan kau akan memperoleh daerah kembali yang buruk.
[13] Allah Subhaanahu wa Ta'aala di awal surah telah menyebutkan tiga golongan; golongan orang-orang yang didekatkan, golongan kanan dan golongan kiri (golongan yang mendustakan lagi sesat) dan keadaan mereka di akhirat. Selanjutnya di simpulan surah ini, Allah menyebutkan keadaan mereka menjelang wafat.
[14] Menurut Syaikh As Sa’diy, yaitu mereka yang mengerjakan perkara wajib dan sunat, meninggalkan yang haram dan yang makruh dan perkara mubah yang berlebihan.
[15] Yakni ketenangan, kegembiraan dan kenikmatan lahir-batin.
[16] Raihaan pada ayat tersebut ialah nama yang meliputi segala kenikmatan yang diterima badan, berupa makanan, minuman, dan lain-lain.
[17] Yakni yang menggabung rauh (ketenteraman) dan raihaan, dimana di dalamnya terdapat sesuatu yang belum pernah dilihat oleh mata, didengar oleh telinga, dan terlintas di hati manusia.
Orang yang didekatkan dengan Allah, maka akan diberi kabar gembira dengan kabar gembira itu yang membuat ruhnya melayang dari jasad lantaran gembira dan senang. Hal ini sebagaimana firman Allah Ta’ala, “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, "Tuhan Kami ialah Allah" lalu mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan, "Janganlah kau takut dan janganlah merasa sedih; dan bergembiralah dengan nirwana yang telah dijanjikan Allah kepadamu".--- Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat; di dalamnya kau memperoleh apa yang kau inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kau minta.---Sebagai hidangan (bagimu) dari Tuhan yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Terj. Fushshilat: 30-32) Dalam ayat lain Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman, “Bagi mereka informasi gembira di dalam kehidupan di dunia dan (dalam kehidupan} di akhirat. (Terj. Yuunus: 64).
[18] Menurut Syaikh As Sa’diy, yaitu mereka yang mengerjakan kewajiban dan meninggalkan hal yang haram, meskipun terjadi pengurangan pada sebagian hak yang tidak merusak tauhid dan keyakinan mereka.
[19] Yakni selamat dari azab.
[20] Bisa maksudnya, “Salam bagimu dari saudara-saudaramu yang berada di golongan kanan,” yakni mereka (golongan kanan) akan mengucapkan salam dan menyambutnya saat ia hingga dan bertemu dengan mereka. Atau maksudnya, “Salam bagimu dari musibah, cobaan dan azab lantaran engkau termasuk golongan kanan yang selamat dari dosa-dosa yang membinasakan.”
[21] Yaitu mereka yang mendustakan kebenaran dan tersesat dari petunjuk.
[22] Yang mengepung mereka, dimana apinya memperabukan hingga ke hati, dan apabila mereka meminta minuman lantaran sangat haus, maka mereka mereka diberi minuman menyerupai besi yang mendidih yang menghanguskan wajah (lihat Al Kahfi: 29).
[23] Yakni pemberian jawaban terhadap kebaikan dan keburukan yang dilakukan hamba serta rinciannya.
[24] Yang tidak ada keraguan lagi, bahkan benar dan niscaya terjadi. Allah Subhaanahu wa Ta'aala telah memperlihatkan buktinya baik dari dalil ‘aqli (akal) maupun naqli yang memperlihatkan demikian sehingga hal itu di kalangan orang-orang yang berilmu seolah-olah dirasakan oleh mereka dan disaksikannya. Maka mereka memuji Allah Subhaanahu wa Ta'aala atas nikmat yang dikaruniakan-Nya kepada mereka berupa hidayah irsyad (petunjuk) maupun hidayah taufiq (bantuan dari Allah untuk menjalankan petunjuk itu). Oleh lantaran itu, Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman, “Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Mahabesar.”
[25] Maka Mahasuci Allah Tuhan kita Yang Mahaagung dari apa yang diucapkan orang-orang yang zalim dan ingkar dengan ketinggian yang besar, dan segala puji bagi Allah Tuhan seluruh alam dengan kebanggaan yang banyak, baik lagi diberkahi.
Posting Komentar untuk "Kumpulan Tafsir Al Waqiah Ayat 75-96"