Surah Al Hadiid (Besi)
Surah ke-57. 29 ayat. Madaniyyah
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Ayat 1-6: Bertasbihnya makhluk kepada Allah Subhaanahu wa Ta'aala, dan klarifikasi perihal sifat dan kekuasaan Allah Subhaanahu wa Ta'aala; dimana di Tangan-Nya kerajaan segala sesuatu.
سَبَّحَ لِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ (١) لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ يُحْيِي وَيُمِيتُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (٢) هُوَ الأوَّلُ وَالآخِرُ وَالظَّاهِرُ وَالْبَاطِنُ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ (٣) هُوَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ يَعْلَمُ مَا يَلِجُ فِي الأرْضِ وَمَا يَخْرُجُ مِنْهَا وَمَا يَنْزِلُ مِنَ السَّمَاءِ وَمَا يَعْرُجُ فِيهَا وَهُوَ مَعَكُمْ أَيْنَ مَا كُنْتُمْ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ (٤) لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَإِلَى اللَّهِ تُرْجَعُ الأمُورُ (٥) يُولِجُ اللَّيْلَ فِي النَّهَارِ وَيُولِجُ النَّهَارَ فِي اللَّيْلِ وَهُوَ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ (٦)
Terjemah Surat Al Hadid Ayat 1-6
1. [1]Apa yang di langit dan di bumi bertasbih kepada Allah. Dialah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana[2].
2. Milik-Nyalah kerajaan langit dan bumi[3], Dia menghidupkan dan mematikan, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.
3. Dialah Yang Awal, Yang Akhir[4], Yang Zhahir dan Yang Bathin[5]; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu[6].
4. Dialah yang membuat langit dan bumi dalam enam hari[7]; kemudian Dia bersemayam di atas ´arsy[8]. Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi[9] dan apa yang keluar dari dalamnya[10], apa yang turun dari langit[11] dan apa yang naik ke sana[12]. Dan Dia bersama kamu[13] di mana saja kau berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kau kerjakan[14].
@ Allâh Azza wa Jalla yang membuat langit dan bumi dalam enam masa
@ Keberadaan Allâh Azza wa Jalla di atas ‘arsy.
@ Allâh Azza wa Jalla berada di atas seluruh makhluk-Nya.
@ Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar darinya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepada-Nya.
@ Allâh Subhanahu Wa Ta’ala Bersamamu, Dimanapun Kamu Berada
@ Kebersamaan Allâh Azza wa Jalla yang umum dengan seluruh makhluk-Nya dengan ilmu-Nya
@ Dia mengawasi kamu, menyaksikan kamu, menjaga dan mengetahui kamu.
@ Sifat bersamanya Allâh Azza wa Jalla dengan makhluk ini, tidak berarti Dzat Allâh bercampur dengan seluruh makhluk, sehingga dzat Allâh Azza wa Jalla berada di mana-mana. Juga tidak berarti Allâh Azza wa Jalla menyatu dengan sebagian makhluk-Nya. Karena lafazh ma’iyah (bersama) tidak berarti bercampur atau menyatu.
@ Pendapat ittihâdiyah, yang menyatakan Allâh Azza wa Jalla berada di mana-mana, menyatu dengan semua makhluk-Nya, demikian juga pendapat hulûliyah, yang menyatakan Allâh menyatu dengan sebagian makhluk-Nya, ialah pendapat yang bertentangan dengan al-Qur’an, al-Hadits, dan ijma’ Salaf.
@ Sifat bersamanya Allâh Azza wa Jalla dengan makhluk ini, tidak berarti Dzat Allâh bercampur dengan seluruh makhluk, sehingga dzat Allâh Azza wa Jalla berada di mana-mana. Juga tidak berarti Allâh Azza wa Jalla menyatu dengan sebagian makhluk-Nya. Karena lafazh ma’iyah (bersama) tidak berarti bercampur atau menyatu.
@ Pendapat ittihâdiyah, yang menyatakan Allâh Azza wa Jalla berada di mana-mana, menyatu dengan semua makhluk-Nya, demikian juga pendapat hulûliyah, yang menyatakan Allâh menyatu dengan sebagian makhluk-Nya, ialah pendapat yang bertentangan dengan al-Qur’an, al-Hadits, dan ijma’ Salaf.
@ Ayat Semisalnya [Al-Mujadilah/58: 7],[Thâhâ/20: 46], [At-Taubah/9: 40], [An-Nahl/16: 128], [Al-Anfâl/8: 46], [Al-Fath/48: 29], [An-Nisa/4: 146], [At-Taubah/9: 119]
, [Al-Anfal/8:75]
, [Al-Anfal/8:75]
5. Milik-Nyalah kerajaan langit dan bumi[15]. Dan hanya kepada Allah segala urusan dikembalikan[16].
6. Dia memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam[17]. Dan Dia Maha Mengetahui segala isi hati[18].
Ayat 7-12: Ajakan kepada kaum muslimin untuk bersikap gemar memberi dan bersedekah di jalan Allah untuk meninggikan Islam dan biar kaum muslimin memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat, dan bahwa segala sesuatu pada hakikatnya milik Allah Subhaanahu wa Ta'aala, maka jangan merasa berat menginfakkan hartanya di jalan Allah.
آمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَأَنْفِقُوا مِمَّا جَعَلَكُمْ مُسْتَخْلَفِينَ فِيهِ فَالَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَأَنْفَقُوا لَهُمْ أَجْرٌ كَبِيرٌ (٧) وَمَا لَكُمْ لا تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالرَّسُولُ يَدْعُوكُمْ لِتُؤْمِنُوا بِرَبِّكُمْ وَقَدْ أَخَذَ مِيثَاقَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ (٨) هُوَ الَّذِي يُنَزِّلُ عَلَى عَبْدِهِ آيَاتٍ بَيِّنَاتٍ لِيُخْرِجَكُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ وَإِنَّ اللَّهَ بِكُمْ لَرَءُوفٌ رَحِيمٌ (٩) وَمَا لَكُمْ أَلا تُنْفِقُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلِلَّهِ مِيرَاثُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ لا يَسْتَوِي مِنْكُمْ مَنْ أَنْفَقَ مِنْ قَبْلِ الْفَتْحِ وَقَاتَلَ أُولَئِكَ أَعْظَمُ دَرَجَةً مِنَ الَّذِينَ أَنْفَقُوا مِنْ بَعْدُ وَقَاتَلُوا وَكُلا وَعَدَ اللَّهُ الْحُسْنَى وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ (١٠) مَنْ ذَا الَّذِي يُقْرِضُ اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا فَيُضَاعِفَهُ لَهُ وَلَهُ أَجْرٌ كَرِيمٌ (١١) يَوْمَ تَرَى الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ يَسْعَى نُورُهُمْ بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِمْ بُشْرَاكُمُ الْيَوْمَ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا ذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ (١٢)
Terjemah Surat Al Hadid Ayat 7-12
7. [19]Berimanlah[20] kau kepada Allah dan Rasul-Nya dan infakkanlah (di jalan Allah) sebagian dari harta yang Dia telah menjadikan kau sebagai penguasanya (amanah)[21]. Maka orang-orang yang beriman di antara kau dan meinfakkannya (hartanya di jalan Allah) memperoleh pahala yang besar[22].
8. [23]Dan mengapa kau tidak beriman kepada Allah, padahal Rasul mengajak kau beriman kepada Tuhanmu? Dan Dia telah mengambil janji(setia)mu[24], kalau kau orang-orang mukmin[25].
9. Dialah yang menurunkan ayat-ayat yang terang[26] (Al Quran) kepada hamba-Nya (Muhammad) untuk mengeluarkan kamu[27] dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman)[28]. Dan sungguh, terhadap kau Allah Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.
10. Dan mengapa kau tidak menginfakkan hartamu di jalan Allah, padahal milik Allah semua pusaka langit dan bumi?[29] [30]Tidak sama orang yang menginfakkan (hartanya di jalan Allah) di antara kau dan berperang sebelum penaklukan (Mekah)[31]. Mereka lebih tingi derajatnya daripada orang-orang yang menginfakkan (hartanya) dan berperang sesudah itu. [32]Allah menjanjikan kepada masing-masing[33] mereka (balasan) yang lebih baik (surga). Dan Allah Mahateliti apa yang kau kerjakan[34].
11. [35]Barang siapa meminjamkan kepada Allah[36] santunan yang baik[37], maka Allah akan mengembalikannya berlipat-ganda untuknya[38], dan baginya pahala yang mulia.
12. [39]Pada hari engkau akan melihat orang-orang yang beriman pria dan perempuan, betapa cahaya mereka bersinar di depan dan di samping kanan mereka[40], (dikatakan kepada meraka), "Pada hari ini ada isu bangga untukmu, (yaitu) surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka awet di dalamnya. Demikian itulah kemenangan yang agung[41].”
[1] Allah Subhaanahu wa Ta'aala memberitahukan perihal keagungan-Nya, kebesaran-Nya dan luasnya kerajaan-Nya, yaitu bahwa semua yang ada di langit dan di bumi baik makhluk hidup yang sanggup berbicara maupun yang membisu dan lainnya serta benda-benda mati bertasbih dengan memuji Tuhannya serta mensucikan-Nya dari segala yang tidak layak dengan keagungan-Nya, dan bahwa semuanya taat kepada Allah Tuhannya dan tunduk kepada keperkasaan-Nya, dimana tampak di sana atsar (pengaruh) hikmah(kebijaksanaan)-Nya. Oleh lantaran itu, Dia berfirman, “Dialah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.”
[2] Dalam ayat ini terdapat klarifikasi meratanya rasa butuh makhluk baik yang berada di alam serpihan atas maupun alam serpihan bawah kepada Tuhannya dalam semua keadaannya. Demikian pula terdapat klarifikasi meratanya keperkasaan-Nya kepada segala sesuatu dan meratanya kebijaksanaan-Nya pada ciptaan-Nya dan pada perintah-Nya. Dan pada ayat selanjutnya, Dia memberitahukan perihal meratanya kepemilikan-Nya.
[3] Dia yang menciptakannya, memberi rezeki dan mengaturnya dengan kekuasaan-Nya.
[4] Yang dimaksud dengan Al Awal ialah, yang tidak ada sesuatu pun sebelum-Nya, Al Akhir ialah yang tidak ada sesuatu pun setelah-Nya.
[5] Maksud Azh Zhahir ialah, yang tidak ada sesuatu pun di atas-Nya, dan Al Bathin ialah yang tidak ada sesuatu pun di bawah-Nya. Dengan demikian, nama-Nya Azh Zhaahir memperlihatkan tingginya Dia di atas semua makhluk-Nya, sedangkan nama-Nya Al Baathin memperlihatkan bahwa ilmu-Nya mencakup segala sesuatu dan bahwa tidak ada sesuatu pun yang menghalangi-Nya, pendengaran-Nya mengena kepada semua bunyi dan penglihatan-Nya menembus semua makhluk-Nya (Lihat Anwaarul Hilaalain fit Ta’aqqubaat ‘alal Jalaalain oleh Dr. Abdurrahman Al Khumais).
[6] Ilmu-Nya mencakup segala yang tampak maupun yang tersembunyi, yang samar maupun yang tertutup, perkara yang dahulu maupun yang akan datang.
[7] Dimulai dari hari Ahad dan diakhiri pada hari Jum’at. Adapun hari Sabtu, tidak terjadi penciptaan, lantaran ia ialah hari ketujuh, sehingga dari sanalah dinamakan Sabtu, yang artinya berhenti.
Hari di sini berdasarkan sebagian ulama menyerupai hari di dunia, namun ada yang beropini bahwa satu hari tersebut lamanya 1.000 tahun sebagaimana dinyatakan Mujahid dan Imam Ahmad, wallahu a’lam.
[8] Bersemayam di atas 'Arsy ialah satu sifat Allah yang wajib kita imani, sesuai dengan kebesaran Allah ‘Azza wa Jalla, di atas semua makhluk-Nya.
[9] Seperti air hujan, benih, orang-orang yang telah mati dan lainnya.
[10] Seperti tumbuhan, binatang dan barang tambang.
[11] Seperti malaikat, taqdir, rezeki, rahmat dan azab.
[12] Seperti malaikat, ruh, amal-amal, doa-doa hamba dan lainnya.
[13] Dengan ilmu-Nya. Hal ini menyerupai dalam firman Allah Ta’ala, “Tidakkah kau perhatikan, bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi? Tidak ada pembicaraan belakang layar antara tiga orang, melainkan Dia-lah keempatnya. Dan tidak ada (pembicaraan antara) lima orang, melainkan Dia-lah keenamnya. Dan tidak ada (pula) pembicaraan antara jumlah yang kurang dari itu atau lebih banyak, melainkan Dia bersama mereka di mana pun mereka berada. Kemudian Dia akan memberitahukan kepada mereka pada hari selesai zaman apa yang telah mereka kerjakan. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu.” (Terj. Al Mujaadilah: 7) Oleh lantaran itu, pada selesai ayat Allah Subhaanahu wa Ta'aala menjanjikan untuk menawarkan jawaban terhadap amal yang dikerjakan hamba.
[14] Yakni Dia melihat amal yang muncul dari kau dan apa yang muncul dari amal itu, baik atau buruk, kemudian Dia akan menawarkan jawaban terhadapnya dan menjaganya untukmu.
[15] Yakni milik-Nya, ciptaan-Nya dan hamba-Nya. Dia bertindak pada mereka dengan apa yang Dia kehendaki berupa perkara qadari maupun syar’i yang berjalan di atas pesan tersirat (kebijaksanaan) Rabbani.
[16] Baik amal maupun orang-orang yang mengerjakannya, kemudian Dia akan memperlihatkan amalan itu kepada mereka. Dia akan memisahkan yang baik dan yang jelek dan akan memberi jawaban kepada orang yang berbuat ihsan lantaran ihsannya dan orang yang berbuat jelek lantaran keburukannya.
[17] Yang dimaksud dengan memasukkan malam ke dalam siang ialah menjadikan malam lebih panjang dari siang, dan memasukkan siang ke dalam malam ialah menjadikan siang lebih panjang dari malam sebagaimana yang terjadi pada trend panas dan dingin. Namun berdasarkan Syaikh As Sa’diy, Dia (Allah) akan memasukkan malam ke dalam siang sehingga malam mencakup mereka (manusia) dengan kegelapannya, dan mereka pun sanggup tenang dan beristirahat, kemudian Dia masukkan siang ke dalam malam, kemudian menyingkirlah kegelapan yang menimpa bumi dan alam sekitarnya pun menjadi terang sehingga para hamba sanggup beraktifitas serta bangkit untuk maslahat dan penghidupan mereka. Allah Subhaanahu wa Ta'aala senantiasa memasukkan malam ke dalam siang dan siang ke dalam malam serta mempergilir di antara keduanya dalam hal bertambah usang dan berkurangnya, usang dan singkat sehingga tegaklah musim-musim itu dan zaman pun berlalu dengan lurus, serta terwujudlah aneka macam maslahat dari itu, maka Mahasuci Allah Rabbul ‘aaalamiin, dan Mahatinggi Dia Yang Maha Mulia lagi Pemurah, dimana Dia telah melimpahkan kepada hamba-hamba-Nya nikmat-nikmat yang tampak maupun tersembunyi.
[18] Sehingga Dia memberi taufiq orang yang Dia ketahui layak mendapatkannya dan menelantarkan orang yang Dia ketahui tidak cocok mendapat hidayah.
[19] Allah Subhaanahu wa Ta'aala memerintahkan hamba-hamba-Nya beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan apa yang dibawanya. Demikian pula memrintahkan mereka bersedekah di jalan-Nya dari harta yang Dia jadikan pada tangan mereka dan menjadikan mereka menguasainya biar Dia melihat apa yang mereka lakukan dengannya. Setelah Dia memerintahkan demikian, Dia mendorong mereka untuk melakukannya dengan menyebutkan pahala bagi orang yang melakukannya.
[20] Menurut sebagian mufassir ialah perintah untuk tetap beriman.
[21] Yang dimaksud dengan menguasai di sini ialah penguasaan yang bukan secara mutlak. Hak milik pada hakikatnya ialah pada Allah. Oleh lantaran itu, insan menginfakkan hartanya harus mengikuti hukum-hukum yang telah disyariatkan Allah Subhaanahu wa Ta'aala, lantaran itu dihentikan kikir dan boros.
Menurut sebagian mufassir bahwa ayat ini turun berkenaan dengan perang Tabuk yang dikala itu membutuhkan banyak biaya.
[22] Orang yang menggabung antara beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dengan bersedekah di jalan-Nya, bagi mereka pahala yang besar, dimana yang paling besarnya ialah memperoleh keridhaan Tuhan mereka, mendapat kawasan kemuliaan-Nya (surga) dengan kenikmatan yang awet yang ada di dalamnya.
[23] Selanjutnya Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyebutkan lantaran yang mendorong mereka beriman.
[24] Yaitu dengan berbai’at kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Atau maksudnya, perjanjian ruh Bani Adam sebelum dilahirkan ke dunia bahwa Dia mengakui, bahwa Tuhannya ialah Allah dan tidak menyembah selain kepada-Nya (lihat surah Al A’raaf: 172).
[25] Yakni, apa yang menghalangimu untuk beriman, padahal Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam ialah rasul yang paling utama dan da’i paling mulia yang mengajak kau kepada Allah. Yang demikian mengharuskan seseorang untuk segera memenuhi seruannya dan menyambutnya, dan lagi Dia (Allah) telah mengambil perjanjian dari kau untuk beriman kalau kau memang orang-orang mukmin. Di samping itu, lantaran kelembutan dan perhatian-Nya kepada kamu, Dia tidak membatasi dengan undangan rasul yang mulia saja, bahkan Dia menguatkan rasul tersebut dengan mukjizat-mukjizat yang memperlihatkan kebenaran yang dibawanya, terutama sekali ialah dengan Al Qur’an.
[26] Yang memperlihatkan kepada logika bahwa apa yang dibawanya ialah benar.
[27] Dengan rasul yang diutus-Nya dan apa yang diturunkan-Nya kepadanya berupa kitab (Al Qur’an) dan pesan tersirat (As Sunnah).
[28] Yakni dari gelapnya kebodohan dan kekafiran kepada cahaya ilmu dan keimanan. Ini termasuk rahmat dan kasih-Nya kepada kamu, dimana Dia lebih sayang kepadamu daripada sayangnya ibu kepada anaknya.
[29] Maksudnya, apa yang menghalangimu untuk bersedekah di jalan Allah, yakni di semua jalan kebaikan, padahal kau tidak mempunyai apa-apa, bahkan milik Allah-lah pusaka langit dan bumi, dimana semua harta akan berpindah dari tanganmu atau kau yang memindahkannya kemudian kepemilikan akan kembali kepada Pemiliknya yang sebenarnya, yaitu Allah Subhaanahu wa Ta'aala. Oleh lantaran itu, berinfaklah selama harta itu masih ada pada kau dan Dia berjanji akan menggantinya untukmu dengan yang lebih baik.
[30] Selanjutnya Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyebutkan tingkatan amal sesuai keadaan dan pesan tersirat Allah Subhaanahu wa Ta'aala.
[31] Sebagian mufassir menafsirkan penaklukan di sini dengan perjanjian Hudaibiyah. Hal itu, lantaran dengan adanya perjanjian hening itu agama Islam menjadi tersebar, kaum muslimin sanggup bercampur baur dengan orang-orang kafir dan sanggup mendakwahi mereka sehingga dikala itu banyak insan yang masuk ke dalam agama Allah, padahal sebelumnya kaum muslimin tidak sanggup berdakwah pada selain kawasan yang sudah masuk Islam menyerupai Madinah dan sekitarnya, namun sesudah ada perjanjian itu, kaum muslimin sanggup memperluas dakwah mereka. Demikian juga sebelum ada perjanjian itu, orang yang masuk ke dalam agama Islam disakiti dan diancam, berbeda dengan setelahnya. Oleh lantaran itulah, orang yang masuk Islam sebelum penaklukkan Fat-h (penaklukkan), bersedekah dan berperang lebih besar derajat, pahala dan akibatnya daripada orang yang masuk Islam setelahnya.
[32] Oleh lantaran kelebihan yang Allah berikan kepada orang-orang yang masuk Islam sebelum Fat-h (penaklukkan) sanggup saja mengakibatkan kesan terdapat kekurangan dan cela pada orang-orang yang yang masuk Islam sesudah Fat-h, maka Allah Subhaanahu wa Ta'aala menghilangkan kesan ini dengan firman-Nya pada lanjutan ayat di atas.
[33] Yang masuk Islam sebelum dan sesudah Fat-h. Ayat ini memperlihatkan keutamaan para sobat semuanya radhiyallahu 'anhum, lantaran Allah bersaksi terhadap keimanan mereka dan menjanjikan mereka surga.
[34] Dia akan menawarkan jawaban kepada masing-masing di antara kau sesuai yang Dia ketahui dari amalmu.
[35] Selanjutnya Allah Subhaanahu wa Ta'aala mendorong untuk bersedekah di jalan-Nya, lantaran jihad membutuhkan infak dan pengorbanan harta.
[36] Yaitu dengan menginfakkan hartanya di jalan Allah.
[37] Yaitu mengeluarkannya lantaran Allah dari harta yang baik dan dengan kerelaan hatinya.
[38] Dari sepuluh menjadi lebih dari tujuh ratus sebagaimana yang diterangkan di surah Al Baqarah: 261. Ini termasuk kemurahan Allah Subhaanahu wa Ta'aala, lantaran Dia menamainya pinjaman, padahal semua harta ialah milik-Nya dan semua hamba ialah hamba-Nya, namun Dia menyebutnya santunan dan menjanjikan ganti yang berlipat-ganda, sedangkan Dia Maha Pemurah lagi Maha Pemberi. Pelipatgandaan tersebut ialah pada hari Kiamat, hari dimana insan tampak sekali kefakirannya dan butuh kepada jawaban yang baik.
[39] Allah Subhaanahu wa Ta'aala pertanda keutamaan kepercayaan dan betapa orang-orang yang memiliknya sangat senang sekali memilikinya pada hari Kiamat.
[40] Pada hari Kiamat, dikala matahari digulung dan bulan diredupkan cahayanya sedangkan insan berada dalam kegelapan, dan jembatan telah dibentangkan di atas neraka Jahanam, maka dikala itu engkau akan melihat orang-orang mukmin pria dan wanita bersinar cahayanya di depan dan di sebelah kanan mereka, kemudian mereka berjalan dengan cahaya mereka pada kawasan yang sungguh menegangkan itu. Masing-masing mendapat cahaya sesuai kadar keimanannya, dan dikala itu mereka diberi kabar bangga dengan kabar bangga yang paling besar.
[41] Demi Allah, sungguh bagus kabar bangga ini di hati mereka dan sungguh nikmat dalam diri mereka, lantaran mereka mendapat semua yang diinginkan dan selamat dari keburukan dan apa yang ditakuti.
Posting Komentar untuk "Kumpulan Tafsir Al Hadid Ayat 1-12"