Kumpulan Tafsir Al Qalam Ayat 1-16

Surah Al Qalam (Pena)

Surah ke-68. 52 ayat. Makkiyyah

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

Ayat 1-7: Sumpah Allah Subhaanahu wa Ta'aala terhadap ketinggian langsung Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, dan bersihnya Beliau dari tuduhan yang dikatakan orang-orang musyrik kepada Beliau.

ن وَالْقَلَمِ وَمَا يَسْطُرُونَ (١) مَا أَنْتَ بِنِعْمَةِ رَبِّكَ بِمَجْنُونٍ (٢) وَإِنَّ لَكَ لأجْرًا غَيْرَ مَمْنُونٍ (٣) وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيمٍ (٤)فَسَتُبْصِرُ وَيُبْصِرُونَ (٥) بِأَيِّكُمُ الْمَفْتُونُ (٦) إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ (٧)

Terjemah Surat Al Qalam Ayat 1-7

1. Nun. Demi pena[1] dan apa yang mereka tuliskan[2],

2. dengan karunia Tuhanmu engkau (Muhammad) bukanlah orang gila[3].

3. Dan bahwasanya engkau niscaya menerima pahala yang besar yang tidak putus-putusnya.

4. Dan bahwasanya engkau benar-benar berbudi pekerti yang luhur[4].

5. [5]Maka kelak engkau akan melihat dan mereka (orang-orang kafir) pun akan melihat,

6. Siapa di antara kau yang gila[6]?

7. Sungguh, Tuhanmu, Dialah yang paling mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya; dan Dia-lah yang paling mengetahui siapa orang yang menerima petunjuk[7].

Ayat 8-16: Sikap kaum musyrik terhadap dakwah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, azab yang disiapkan Allah Subhaanahu wa Ta'aala untuk mereka, dan larangan menaati ajuan mereka.







فَلا تُطِعِ الْمُكَذِّبِينَ (٨) وَدُّوا لَوْ تُدْهِنُ فَيُدْهِنُونَ (٩) وَلا تُطِعْ كُلَّ حَلافٍ مَهِينٍ (١٠) هَمَّازٍ مَشَّاءٍ بِنَمِيمٍ (١١) مَنَّاعٍ لِلْخَيْرِ مُعْتَدٍ أَثِيمٍ (١٢) عُتُلٍّ بَعْدَ ذَلِكَ زَنِيمٍ (١٣) أَنْ كَانَ ذَا مَالٍ وَبَنِينَ (١٤)إِذَا تُتْلَى عَلَيْهِ آيَاتُنَا قَالَ أَسَاطِيرُ الأوَّلِينَ (١٥) سَنَسِمُهُ عَلَى الْخُرْطُومِ (١٦)

Terjemah Surat Al Qalam Ayat 8-16

8. Maka janganlah engkau patuhi orang-orang yang mendustakan (ayat-ayat Allah)[8].

9. Mereka menginginkan biar engkau bersikap lunak[9] kemudian mereka bersikap lunak (pula)[10].

10. Dan janganlah engkau patuhi setiap orang yang suka bersumpah[11] dan suka menghina[12],

11. suka mencela[13], yang kian ke mari menghambur fitnah[14],

12. Yang merintangi segala yang baik[15], yang melampaui batas[16] dan banyak dosa,

13. yang bertabiat kasar[17], selain itu juga populer kejahatannya[18],

14. lantaran ia kaya dan banyak anak[19].

15. Apabila ayat-ayat Kami dibacakan kepadanya, ia berkata, "(Ini adalah) dongeng-dongeng orang dahulu."

16. [20]Kelak ia akan Kami beri tanda pada belalai(nya)[21].


[1] Yakni alat yang dipakai untuk mencatat di Lauh Mahfuzh segala sesuatu yang terjadi hingga hari Kiamat. Ada pula yang menafsirkan qalam (pena) di sini dengan semua pena yang dipakai untuk mencatat ilmu.

Allah Subhaanahu wa Ta'aala bersumpah dengan pena dan apa yang mereka tulis lantaran hal itu termasuk gejala kekuasaan Allah yang besar yang berhak Allah bersumpah dengannya untuk mengatakan kebersihan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam dari tuduhan yang dilemparkan oleh musuh-musuh Beliau menyerupai tuduhan gila. Maka Allah Subhaanahu wa Ta'aala menafikan sifat abnormal dari Beliau lantaran nikmat Allah dan ihsan-Nya, yaitu dikaruniakan kepadanya nalar yang sempurna, pandangan yang anggun dan kata-kata yang tepat yang paling baik untuk ditulis. Hal ini merupakan kebahagiaan untuk Beliau di dunia, selanjutnya kebahagiaan untuk Beliau di darul abadi sebagaimana diterangkan di ayat selanjutnya ialah bahwa untuk Beliau pahala yang besar yang tidak akan putus, lantaran amal Beliau yang saleh dan akhlaknya yang sempurna. Oleh lantaran itu, Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman, “Dan bahwasanya engkau benar-benar berbudi pekerti yang luhur.”

[2] Baik natsr (tulisan bebas) maupun nazhm (tulisan bersusun menyerupai syair).

[3] Ayat ini merupakan bantahan terhadap ucapan orang-orang kafir bahwa Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam ialah orang gila.

[4] Kesimpulan adat Beliau ialah menyerupai yang dikatakan oleh Aisyah radhiyallahu 'anha, “Kaana khuluquhul Qur’aan,” (artinya: Akhlak Beliau ialah Al Qur’an). Beliau melaksanakan apa yang disebutkan dalam Al Qur’an menyerupai pada ayat-ayat berikut:

“Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh.” (Terj. Al A’raaf: 199)

“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kau berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kau bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kau telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.” (Terj. Ali Imran: 159)

“Sungguh telah tiba kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.” (Terj. At Taubah: 128)

dan ayat-ayat lainnya yang menyebutkan sifat-sifat Beliau yang mulia serta ayat-ayat lainnya yang mendorong untuk berakhlak mulia. Oleh lantaran itu, Beliau mempunyai adat yang paling tepat dan paling agung, dimana tidak ada satu pun adat mulia kecuali Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam menduduki peringkat tertinggi. Oleh lantaran itu, Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam orangnya mudah, bersahabat dengan manusia, memenuhi usul orang yang mengundangnya, memenuhi kebutuhan orang yang butuh, memberi orang yang meminta-minta dan tidak mengecewakannya. Apabila para sahabatnya menginginkan suatu perkara dari Beliau, maka Beliau menyetujui mereka serta mengikuti mereka kalau tidak ada larangannya, dan kalau ingin melaksanakan suatu langkah, maka Beliau mengajak para sahabatnya bermusyawarah terhadapnya. Beliau mendapatkan orang yang berbuat ihsan dan memaafkan orang yang bersalah dan tidaklah ada orang yang duduk dengan Beliau kecuali Beliau bersikap dengan perilaku yang sebaik-baiknya untuk Beliau. Oleh lantaran itu, Beliau tidak bermuka masam, tidak keras ucapannya, tidak menyembunyikan kegembiraannya, menjaga lisannya dari ucapan yang tidak berguna, tidak membalas orang yang bertindak garang terhadap diri Beliau, Beliau tidak murka kalau diri Beliau disakiti, tetapi murka kalau syariat Allah Subhaanahu wa Ta'aala dilanggar.

[5] Karena Allah Subhaanahu wa Ta'aala telah menempatkan Beliau pada posisi yang paling tinggi, sedangkan musuh-musuhnya menuduh Beliau sebagai orang yang gila, maka Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman, “Maka kelak engkau akan melihat dan mereka (orang-orang kafir) pun akan melihat,-- Siapa di antara kau yang gila?”

[6] Kamu ataukah mereka? Sungguh jelas, bahwa Beliau ialah insan yang paling mendapatkan petunjuk, paling menyempurnakan diri dan orang lain, sedangkan musuh-musuh Beliau ialah insan paling tersesat dan paling buruk, mereka telah menggelincirkan hamba-hamba Allah dan menyesatkan mereka dari jalan-Nya. Cukuplah pengetahuan Allah terhadapnya; Dia lebih mengetahui siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan siapa yang mendapatkan petunjuk, dan Dialah yang akan menghisab mereka dan memberi balasan.

[7] Dalam ayat ini terdapat ancaman bagi orang-orang yang sesat, kesepakatan kebaikan untuk orang-orang yang mendapatkan petunjuk, menjelaskan kebijaksanaan Allah, dimana Dia memberi petunjuk orang yang layak memperoleh hidayah tidak selainnya.

[8] Hal itu, lantaran mereka tidak layak diikuti, lantaran mereka tidaklah menyuruh kecuali yang sesuai hawa nafsu mereka, dan mereka tidak menginginkan selain kebatilan. Oleh lantaran itu, menaati mereka sama saja mempersiapkan dirinya kepada sesuatu yang membahayakannya, dan hal ini umum kepada setiap orang yang mendustakan dan pada setiap ketaatan yang timbul dari mendustakan, meskipun susunan ayatnya untuk sesuatu yang khusus, yaitu kaum musyrikin meminta kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam untuk membisu tidak mencela sesembahan dan agama mereka sehingga mereka pun akan membisu terhadap Beliau. Oleh lantaran itu, Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman, “Mereka menginginkan biar engkau bersikap lunak kemudian mereka bersikap lunak (pula).”

[9] Yakni setuju dengan yang mereka pegang, baik dengan ucapan, perbuatan maupun dengan mendiamkan, sehingga mereka akan bersikap lunak terhadap Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam.

[10] Akan tetapi Beliau diperintahkan untuk menandakan perintah Allah dan menandakan agama-Nya.

[11] Karena tidak ada orang yang menyerupai itu kecuali ia sebagai pendusta, dan tidak ada yang menyerupai itu kecuali orang yang keadaannya hina.

[12] Mahiin sanggup juga diartikan ‘hina’, yakni dirinya hina, tidak ada kemauan kepada kebaikan, bahkan keinginannya hanya tertuju kepada hawa nafsunya yang hina.

[13] Yakni banyak mencela insan baik dengan menggunjing, menghina maupun dengan lainnya.

[14] Yakni mengadu domba.

[15] Yakni bakhil terhadap hartanya tidak mau menunaikan hak yang seharusnya ditunaikan menyerupai nafkah yang wajib, kaffarat, zakat, dsb.

[16] Terhadap insan dengan menzalimi harta, darah dan kehormatan mereka.

[17] Yakni kasar, keras, berakhlak jelek dan tidak mau tunduk kepada kebenaran.

[18] Yakni diragukan keturunannya, tidak ada asalnya yang menghasilkan kebaikan, bahkan akhlaknya ialah seburuk-buruk akhlak, tidak dibutuhkan kebaikannya, bahkan populer kejahatannya.

Kesimpulan ayat di atas dan ayat-ayat sebelumnya ialah bahwa Allah Subhaanahu wa Ta'aala melarang menaati setiap orang yang banyak bersumpah lagi pendusta, hina dirinya dan jelek akhlaknya, khususnya adat yang mengandung ujub terhadap diri, sombong terhadap kebenaran, merendahkan insan menyerupai ghibah dan namimah (adu domba), mencela insan dan banyak melaksanakan maksiat. Ayat-ayat di atas meskipun turun berkenaan dengan sebagian kaum musyrikin menyerupai Walid bin Mughirah atau selainnya namun umum kepada setiap orang yang mempunyai sifat ini, lantaran Al Qur’an turun untuk memberi hidayah kepada manusia, baik untuk generasi pertama mereka maupun generasi yang tiba kemudian, bahkan terkadang turun sebagian ayat lantaran satu lantaran atau pada orang tertentu biar terperinci kaidah keumumannya dan sanggup diketahui permisalan juz’iyyah(satuan)nya bahwa ia masuk ke dalam kaidah umum.

[19] Orang yang mempunyai banyak anak dan harta lebih gampang menerima pengikut. Tetapi kalau ia mempunyai sifat-sifat menyerupai tersebut pada ayat 10-13, maka tidak patut diikuti.

[20] Selanjutnya Allah Subhaanahu wa Ta'aala mengancam orang yang menyerupai itu sifatnya, bahwa Allah Subhaanahu wa Ta'aala akan menandai hidungnya untuk diazab dengan azab yang tampak jelas.

[21] Yang dimaksud dengan ‘belalai’ di sini ialah hidung. Dipakai kata belalai di sini sebagai penghinaan.

Posting Komentar untuk "Kumpulan Tafsir Al Qalam Ayat 1-16"