Kumpulan Tafsir Al Muzzammil Ayat 10-20

Ayat 10-14: Perintah kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam untuk bersabar terhadap gangguan kaum musyrik dan tidak mempedulikan mereka hingga Allah Subhaanahu wa Ta'aala yang sendiri membalas mereka.

وَاصْبِرْ عَلَى مَا يَقُولُونَ وَاهْجُرْهُمْ هَجْرًا جَمِيلا (١٠) وَذَرْنِي وَالْمُكَذِّبِينَ أُولِي النَّعْمَةِ وَمَهِّلْهُمْ قَلِيلا (١١) إِنَّ لَدَيْنَا أَنْكَالا وَجَحِيمًا (١٢) وَطَعَامًا ذَا غُصَّةٍ وَعَذَابًا أَلِيمًا (١٣) يَوْمَ تَرْجُفُ الأرْضُ وَالْجِبَالُ وَكَانَتِ الْجِبَالُ كَثِيبًا مَهِيلا (١٤)

Tafsir Al Muzzammil Ayat 10-14

10. [1]Dan bersabarlah (Muhammad) terhadap apa yang mereka[2] katakan dan tinggalkanlah mereka dengan cara yang baik.

11. Dan biarkanlah Aku (yang bertindak) terhadap orang-orang yang mendustakan[3], yang mempunyai segala kenikmatan hidup[4], dan berilah mereka penangguhan sebentar[5].

12. Sungguh, di sisi Kami ada belenggu-belenggu (yang berat) dan neraka yang menyala-nyala[6],

13. dan (ada) makanan yang menyumbat di kerongkongan[7] dan azab yang pedih.

14. (Ingatlah) pada hari ketika bumi dan gunung-gunung berguncang keras, dan menjadilah gunung-gunung itu[8] ibarat onggokan pasir yang dicurahkan[9].

Ayat 15-19: Peringatan kepada kaum musyrik dengan azab yang menimpa orang-orang umat-umat terdahulu yang kafir lantaran kezaliman mereka.



إِنَّا أَرْسَلْنَا إِلَيْكُمْ رَسُولا شَاهِدًا عَلَيْكُمْ كَمَا أَرْسَلْنَا إِلَى فِرْعَوْنَ رَسُولا (١٥) فَعَصَى فِرْعَوْنُ الرَّسُولَ فَأَخَذْنَاهُ أَخْذًا وَبِيلا (١٦)فَكَيْفَ تَتَّقُونَ إِنْ كَفَرْتُمْ يَوْمًا يَجْعَلُ الْوِلْدَانَ شِيبًا (١٧) السَّمَاءُ مُنْفَطِرٌ بِهِ كَانَ وَعْدُهُ مَفْعُولا (١٨) إِنَّ هَذِهِ تَذْكِرَةٌ فَمَنْ شَاءَ اتَّخَذَ إِلَى رَبِّهِ سَبِيلا (١٩)

Tafsir Al Muzzammil Ayat 15-19

15. [10]Sesungguhnya Kami telah mengutus seorang rasul (Muhammad) kepada kamu, yang menjadi saksi terhadapmu, sebagaimana Kami telah mengutus seorang Rasul kepada Fir'aun.

16. Namun Fir'aun mendurhakai Rasul itu, maka Kami siksa ia dengan siksaan yang berat.

17. Lalu bagaimanakah kau akan sanggup menjaga dirimu (dari azab) kalau kau tetap kafir kepada hari yang mengakibatkan belum dewasa beruban[11].

18. Langit terbelah pada hari itu. Janji Allah pasti terlaksana.

19. Sungguh, ini[12] yaitu peringatan[13]. Barang siapa menghendaki, pasti ia mengambil jalan (yang lurus) kepada Tuhannya[14].

Ayat 20: Keringanan Allah Subhaanahu wa Ta'aala kepada Rasul-Nya dan kaum mukmin dalam melaksanakan qiyamullail.



إِنَّ رَبَّكَ يَعْلَمُ أَنَّكَ تَقُومُ أَدْنَى مِنْ ثُلُثَيِ اللَّيْلِ وَنِصْفَهُ وَثُلُثَهُ وَطَائِفَةٌ مِنَ الَّذِينَ مَعَكَ وَاللَّهُ يُقَدِّرُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ عَلِمَ أَنْ لَنْ تُحْصُوهُ فَتَابَ عَلَيْكُمْ فَاقْرَءُوا مَا تَيَسَّرَ مِنَ الْقُرْآنِ عَلِمَ أَنْ سَيَكُونُ مِنْكُمْ مَرْضَى وَآخَرُونَ يَضْرِبُونَ فِي الأرْضِ يَبْتَغُونَ مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَآخَرُونَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَاقْرَءُوا مَا تَيَسَّرَ مِنْهُ وَأَقِيمُوا الصَّلاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَأَقْرِضُوا اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا وَمَا تُقَدِّمُوا لأنْفُسِكُمْ مِنْ خَيْرٍ تَجِدُوهُ عِنْدَ اللَّهِ هُوَ خَيْرًا وَأَعْظَمَ أَجْرًا وَاسْتَغْفِرُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ (٢٠)

Tafsir Al Muzzammil Ayat 20

20. [15]Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwa engkau (Muhammad) bangun (shalat) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang yang bersamamu. Allah tetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kau tidak sanggup menentukan batas-batas waktu-waktu itu[16], maka Dia memberi dispensasi kepadamu, lantaran itu bacalah apa yang gampang (bagimu) dari Al Qur’an[17]; [18]Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kau orang-orang yang sakit[19], dan yang lain berjalan di bumi mencari sebagian karunia Allah[20]; dan yang lain berperang di jalan Allah, maka bacalah apa yang gampang (bagimu) dari Al Qur’an[21] [22]dan laksanakanlah shalat[23], tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik[24]. [25]Kebaikan apa saja yang kau perbuat untuk dirimu pasti kau memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai akhir yang paling baik dan yang paling besar pahalanya[26]. Dan mohonlah ampunan kepada Allah; sungguh, Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang[27].


[1] Setelah Allah Subhaanahu wa Ta'aala memerintahkan shalat secara khusus kepada Nabi-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam dan berdzikr secara umum sehingga seorang hamba mempunyai kemampuan untuk memikul beban dan mengerjakan pekerjaan yang berat, maka Allah Subhaanahu wa Ta'aala memerintahkan Beliau bersabar terhadap apa yang diucapkan oleh orang-orang yang menentang Beliau, mencaci-maki Beliau dan mencaci-maki apa yang Beliau bawa, dan supaya Beliau tetap terus melaksanakan perintah Allah, tidak berhenti hanya lantaran ada yang menghalangi, dan supaya Beliau menghajr (meninggalkan) mereka dengan cara yang baik yang sesuai maslahat yang tidak ada gangguan padanya. Maka Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam meninggalkan mereka dan berpaling dari mereka dan dari ucapan mereka yang menyakitkan serta memerintahkan Beliau untuk berdebat dengan cara yang baik.

[2] Kaum kafir Mekkah.

[3] Seperti para tokoh mereka (kaum kafir Mekkah).

[4] Mereka bersikap melampaui batas ketika Allah Subhaanahu wa Ta'aala meluaskan rezeki-Nya dan melimpahkan karunia-Nya, ibarat yang difirmankan Allah Subhaanahu wa Ta'aala, “Ketahuilah! Sesungguhnya insan benar-benar melampaui batas,-- Karena ia melihat dirinya serba cukup.” (Terj. Al ‘Alaq: 6-7)

[5] Oleh lantaran itu, tidak usang kemudian para tokoh mereka terbunuh di perang Badar.

[6] Yang disiapkan untuk mereka yang mendustakan itu.

[7] Yakni tidak keluar dari verbal dan tidak turun ke perut. Entah makanan itu zaqqum, dhari’ (pohon yang berduri), ghisliin (campuran darah dan nanah), atau duri dari neraka. Hal itu, lantaran pahitnya makanan itu, atau baunya yang tidak sedap dan menyakitkannya makanan tersebut.

[8] Yang sebelumnya kokoh, berpengaruh dan keras.

[9] Setelah itu dilumatkan menjadi debu yang berhamburan.

[10] Dalam ayat ini Allah Subhaanahu wa Ta'aala memerintahkan insan untuk memuji-Nya dan bersyukur kepada-Nya lantaran Dia telah mengutus Nabi yang ummi sebagai pemberi kabar besar hati dan peringatan, yang menjadi saksi terhadap ummat atas amal yang mereka kerjakan. Demikian pula memerintahkan mereka untuk tidak kafir kepada Beliau ibarat yang dilakukan Fir’aun yang kafir kepada Nabi Musa ‘alaihis salam yang diutus-Nya kepadanya dikala ia mengajak Fir’aun menyembah Allah, namun ia menolaknya dan mendurhakainya, maka Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyiksanya dengan siksaan yang berat.

[11] Yaitu hari Kiamat, hari dimana segala sesuatu yang keras dan besar menjadi luluh, belum dewasa beruban, langit yang berpengaruh terbelah dan bintang-bintang berjatuhan.

[12] Yakni insiden yang terjadi pada hari Kiamat.

[13] Orang-orang yang beriman akan sadar dan mempersiapkan diri untuk menghadapinya.

[14] Yaitu dengan keyakinan dan amal saleh atau mengikuti syariat-Nya, lantaran Allah telah mengambarkan sejelas-jelasnya jalan yang sanggup menuju Allah dan negeri darul abadi (surga).

Dalam ayat ini terdapat dalil bahwa Allah Subhaanahu wa Ta'aala menunjukkan kemampuan pada hamba untuk melaksanakan perbuatan mereka tidak sebagaimana yang dikatakan kaum Jabariyyah yang menyampaikan bahwa perbuatan yang dilakukan hamba terjadi bukanlah dengan kehendak mereka. Hal ini terang bertentangan dengan dalil dan akal.

[15] Di awal surat Allah Subhaanahu wa Ta'aala memerintahkan Rasul-Nya untuk melaksanakan qiyamullail separuh malam atau sepertiganya atau dua pertiganya, dan aturan asalnya bahwa umat juga sama mengikutinya dalam hal hukum. Kemudian disebutkan dalam ayat ini bahwa Beliau melaksanakan hal itu dan diikuti pula oleh orang-orang mukmin yang bersamanya. Akan tetapi, lantaran ditentukan batas-batas waktu yang diperintahkan itu menyulitkan manusia, maka Allah memudahkannya semudah-mudahnya. Dia berfirman, “Allah tetapkan ukuran malam dan siang.” Yakni Dia yang mengetahui ukuran keduanya (malam dan siang), yang berlalu daripadanya dan yang masih tersisa.

[16] Yakni kau tidak mengetahui batas-batas atau ukurannya dengan tepat; tanpa lebih dan kurang lantaran yang demikian diharapkan perilaku jaga dan perhatian lebih, maka Allah Subhaanahu wa Ta'aala meringankan dan memerintahkan dengan yang gampang bagi mereka baik lebih dari ukuran yang ditentukan maupun kurang.

[17] Yakni yang kau ketahui dan tidak memberatkan kamu. Oleh lantaran itulah, orang yang shalat di malam hari diperintahkan melakukannya selama semangat, ketika sedang lemah ibarat ngantuk, maka hendaknya ia istirahat dan melaksanakan shalat dengan damai dan kondisi segar.

[18] Selanjutnya Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyebutkan sebagian alasannya mengapa diberi keringanan.

[19] Dimana mereka kesulitan melaksanakan shalat duapertiga malam, separuhnya atau sepertiganya. Oleh lantaran itu, hendaknya ia melaksanakan shalat yang dirasakannya gampang dan ia pun tidak diperintahkan shalat sambil bangun ketika sulit melakukannya, bahkan kalau ia kesulitan melaksanakan shalat sunat, maka ia boleh meninggalkannya dan ia akan mendapat pahala ibarat yang dilakukannya ketika sehat.

[20] Dengan berdagang dan lainnya supaya mereka tidak meminta-minta kepada manusia. Mereka (orang-orang musafir) sangat layak diberikan keringanan. Oleh lantaran itu, ia boleh mengqashar (mengurangi) shalat yang empat rakaat menjadi dua rakaat dan boleh menjama’(menggabung)nya dalam satu waktu.

[21] Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyebutkan dua keringanan: (1) Keringanan untuk orang yang sehat lagi mukim (tidak safar) dengan memperhatikan waktu semangatnya tanpa ditentukan batasnya, dan sebaiknya ia menentukan waktu shalat yang utama yaitu sepertiga malam. (2) Keringanan untuk orang yang sakit atau musafir baik safarnya untuk berdagang atau beribadah ibarat berperang atau berjihad, berhaji atau berumrah dsb. maka ia memperhatikan keadaan yang tidak membebaninya. Segala puji bagi Allah lantaran Dia tidak mengakibatkan kesempitan dalam agama ini, bahkan Dia memudahkan syariat-Nya, memperhatikan keadaan hamba, maslahat agama, tubuh dan dunia mereka.

[22] Selanjutnya Allah Subhaanahu wa Ta'aala memerintahkan para hamba dua ibadah, dimana keduanya yaitu induk ibadah dan tiangnya, yaitu mendirikan shalat dimana agama tidak akan tegak tanpanya, dan menunaikan zakat yang merupakan bukti keimanan yang di sana terdapat perilaku bahu-membahu kepada orang-orang fakir dan miskin. Di dalam shalat terdapat berbuat ihsan dalam beribadah kepada Allah, dan di dalam zakat terdapat ihsan kepada hamba-hamba Allah.

[23] Dengan mengerjakan rukun, syarat dan penyempurnanya.

[24] Dengan niat mengharap ridha Allah dan dengan hati yang rela. Termasuk pinjaman yang baik yaitu sedekah yang wajib maupun sunat.

[25] Selanjutnya Allah Subhaanahu wa Ta'aala mendorong untuk mengerjakan kebaikan secara umum dan melakukannya.

[26] Satu kebaikan dibalas sepuluh kebaikan kemudian menjadi tujuh ratus dan seterusnya hingga kelipatan yang banyak sesuai niat dan manfaat yang dihasilkan, wallahu a’lam.

Hendaknya diketahui, bahwa satu kebaikan meskipun kecil di dunia ini tidak disia-siakan Allah, bahkan Dia akan melipatgandakannya menjadi banyak, dan bahwa kebaikan di dunia ini merupakan materi kebaikan di negeri yang kekal; sebagai benihnya, asalnya dan asasnya. Sungguh sayang, ketika waktu berlalu bagi hamba begitu saja dengan kelalaian, sungguh rugi, ketika waktu bergulir tanpa amal saleh dan kebaikan, dan sungguh merana hati yang tidak tersentuh nasihat. Maka segala puji bagi engkau ya Allah, kepada-Mulah kami mengadu dan kepada-Mulah kami memohon pertolongan, bantulah kami untuk sanggup mengisi hidup ini dengan kebaikan, yaa Arhamar raahimiin.

[27] Dalam perintah beristighfar sehabis perintah mengerjakan ketaatan dan kebaikan terdapat faedah yang besar. Hal itu, lantaran seorang hamba tidaklah lepas dari kekurangan dalam mengerjakan perintah Allah, bisa saja ia tidak mengerjakannya sama sekali atau mengerjakannya dengan tidak sempurna, maka Allah Subhaanahu wa Ta'aala memerintahkan untuk menutupi kekurangan itu dengan istighfar, lantaran seorang hamba biasa berbuat salah di malam dan siang, maka kalau tidak mendapat rahmat Allah dan ampunan-Nya, tentu ia akan binasa.

Posting Komentar untuk "Kumpulan Tafsir Al Muzzammil Ayat 10-20"