Kumpulan Tafsir Al Muddatstsir Ayat 1-25

Surah Al Muddatstsir (Orang Yang Berkemul)

Surah ke-74. 56 ayat. Makkiyyah

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

Ayat 1-10: Beban kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam untuk berdakwah dan memikul beban dakwah serta bersabar di atasnya, dan peringatan kepada kaum musyrik dengan hari Kiamat.

يَا أَيُّهَا الْمُدَّثِّرُ (١) قُمْ فَأَنْذِرْ (٢) وَرَبَّكَ فَكَبِّرْ (٣) وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ (٤) وَالرُّجْزَ فَاهْجُرْ (٥) وَلا تَمْنُنْ تَسْتَكْثِرُ (٦) وَلِرَبِّكَ فَاصْبِرْ (٧)فَإِذَا نُقِرَ فِي النَّاقُورِ (٨) فَذَلِكَ يَوْمَئِذٍ يَوْمٌ عَسِيرٌ (٩) عَلَى الْكَافِرِينَ غَيْرُ يَسِيرٍ (١٠)

Terjemah Surat Al Muddatstsir Ayat 1-10

1. [1] Wahai orang yang berkemul (berselimut)[2],

2. bangunlah, kemudian berilah peringatan[3]!

3. dan agungkanlah Tuhanmu[4],

4. dan bersihkanlah pakaianmu[5],

@ Perintahkan atau Anjuran kebersihan

5. dan tinggalkanlah segala (perbuatan) yang keji[6],

6. dan janganlah engkau (Muhammad) memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak[7].

7. Dan sebab Tuhanmu, bersabarlah[8].

8. Maka apabila sangkakala ditiup[9],

9. maka itulah hari yang serba sulit,

10. bagi orang-orang kafir tidak mudah[10].

Ayat 11-25: Orang yang ingkar urusannya diserahkan kepada Allah Subhaanahu wa Ta'aala.

ذَرْنِي وَمَنْ خَلَقْتُ وَحِيدًا (١١) وَجَعَلْتُ لَهُ مَالا مَمْدُودًا (١٢)وَبَنِينَ شُهُودًا (١٣) وَمَهَّدْتُ لَهُ تَمْهِيدًا (١٤) ثُمَّ يَطْمَعُ أَنْ أَزِيدَ (١٥) كَلا إِنَّهُ كَانَ لآيَاتِنَا عَنِيدًا (١٦) سَأُرْهِقُهُ صَعُودًا (١٧) إِنَّهُ فَكَّرَ وَقَدَّرَ (١٨) فَقُتِلَ كَيْفَ قَدَّرَ (١٩) ثُمَّ قُتِلَ كَيْفَ قَدَّرَ (٢٠)ثُمَّ نَظَرَ (٢١) ثُمَّ عَبَسَ وَبَسَرَ (٢٢) ثُمَّ أَدْبَرَ وَاسْتَكْبَرَ (٢٣) فَقَالَ إِنْ هَذَا إِلا سِحْرٌ يُؤْثَرُ (٢٤) إِنْ هَذَا إِلا قَوْلُ الْبَشَرِ (٢٥)

Terjemah Surat Al Muddatstsir Ayat 11-25

11. [11]Biarkanlah Aku (yang bertindak) terhadap orang yang Aku sendiri telah menciptakannya[12],

12. dan Aku berikan baginya kekayaan yang melimpah,

13. dan bawah umur yang selalu bersamanya[13],

14. dan Aku berikan baginya kelapangan (hidup) seluas-luasnya[14].

15. Kemudian[15] beliau ingin sekali biar Aku menambahnya[16].

16. Tidak bisa! Karena beliau telah menentang ayat-ayat Kami (Al Qur’an)[17].

17. Aku akan membebaninya mendaki pendakian yang memayahkan[18].

18. Sesungguhnya beliau telah memikirkan[19] dan memutuskan (apa yang ditetapkannya)[20],

19. maka celakalah dia! Bagaimana beliau menetapkan?

20. sekali lagi, celakalah dia! Bagaimanakah beliau menetapkan?[21],

21. Kemudian beliau (merenung) memikirkan[22],

22. kemudian berwajah masam dan cemberut,

23. kemudian berpaling (dari kebenaran) dan menyombongkan diri,

24. kemudian beliau berkata, "(Al Quran) ini hanyalah sihir yang dipelajari (dari orang-orang dahulu),

25. Ini hanyalah perkataan manusia[23].”

KANDUNGAN AYAT

[1] Imam Bukhari meriwayatkan dengan sanadnya yang hingga kepada Yahya bin Abi Katsir, (ia berkata): Aku bertanya kepada Abu Salamah bin Abdurrahman ihwal surah yang pertama turun dari Al Qur’an, ia menjawab, “Yaa ayyuhal muddatstsir.” Aku berkata, “Orang-orang menyampaikan ‘Iqra’ bismirabbikalladzii khalaq’.” Abu Salamah menjawab, “Aku telah bertanya kepada Jabir bin Abdullah radhiyallahu 'anhuma ihwal hal itu dan berkata menyerupai yang kau katakan, kemudian Jabir menjawab, “Aku tidak akan memberikan kepadamu kecuali yang disampaikan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam kepada kami, Beliau bersabda, “Aku berdiam di gua Hira’, sesudah selesai berdiam, saya turun kemudian dipanggil, maka saya melihat ke sebelah kanan, namun saya tidak melihat apa-apa dan saya melihat ke sebelah kiri, namun saya tidak melihat apa-apa, dan saya melihat ke depanku, namun saya tidak melihat apa-apa dan saya melihat ke belakangku, namun saya tidak melihat apa-apa, maka saya angkat kepalaku ternyata saya melihat sesuatu, kemudian saya mendatangi Khadijah dan berkata, “Selimutilah saya dan tuangkanlah air hambar kepadaku.” Beliau berkata lagi, “Selimutilah saya dan tuangkanlah air hambar kepadaku.” Maka turunlah ayat, “Yaa ayyuhal muddatstsir—Qum fa andzir.”

Catatan:

Al Haafizh Ibnu Katsir berkata dalam kitab tafsirnya, “Jabir bin Abdullah menyelisihi Jumhur (mayoritas ulama) pada perkataannya, “Sesungguhnya surah yang pertama kali turun yaitu Al Muddatstsir.” Jumhur berpendapat, bahwa surah yang pertama kali turun dari Al Qur’an yaitu surah Iqra’ (Al ‘Alaq).” Selanjutnya Ibnu Katsir menyebutkan hadits yang terdapat dalam Shahih Bukhari dan Muslim ia berkata, “Imam Muslim meriwayatkan dari jalan ‘Uqail dari Ibnu Syihab dari Abu Salamah ia berkata: Jabir bin Abdullah memberitahukan kepadaku bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menceritakan ihwal terputusnya wahyu, Beliau bersabda dalam haditsnya, “Ketika saya berjalan, tiba-tiba saya mendengar bunyi dari langit, kemudian saya angkat kepalaku ke arah langit, ternyata ada malaikat yang pernah tiba kepadaku di gua Hira’ sedang duduk di atas dingklik antara langit dan bumi, saya pun merasa takut terhadapnya sehingga saya jatuh ke tanah, kemudian saya pulang ke istriku, maka saya katakan, “Selimutilah aku, selimutilah aku.” Maka Allah Subhaanahu wa Ta'aala menurunkan ayat, “Yaa ayyuhal muddatstsir—Qum fa andzir.” Sampai firman-Nya, “Fahjur.” Abu Salamah berkata, “Ar Rujz (perkara keji) yaitu berhala-berhala.” Selanjutnya wahyu pun sering tiba dan turun berturut-turut.” Ini yaitu lafaz Bukhari, dan susunan ini yang mahfuzh dimana hal ini memperlihatkan bahwa wahyu telah turun sebelumnya berdasarkan sabda Beliau, “Ternyata ada malaikat yang pernah tiba kepadaku di gua Hira.” Yaitu malaikat Jibril dikala tiba menemui Beliau membawa firman-Nya, “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,-- Dia telah membuat insan dari segumpal darah.-- Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,-- Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam--Dia mengajar kepada insan apa yang tidak diketahuinya.” (Terj. Al ‘Alaq: 1-5) Kemudian terjadilah fatrah (terputusnya wahyu), setelahnya kemudian malaikat turun (kembali).”

[2] Muzzammil dan muddatstsir artinya sama, yaitu berselimut. Allah Subhaanahu wa Ta'aala memerintahkan Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam untuk sungguh-sungguh beribadah baik yang keuntungannya untuk langsung maupun untuk langsung dan orang lain (seperti dakwah). Sebelumnya (di surah Al Muzzammil) telah disebutkan perintah kepada Beliau untuk mengerjakan ibadah yang utama untuk langsung yaitu shalat malam dan bersabar terhadap gangguan kaumnya, dan di di surah ini Allah Subhaanahu wa Ta'aala memerintahkan Beliau untuk melaksanakan dakwah.

[3] Yakni peringatkanlah penduduk Mekkah dengan neraka kalau mereka tidak beriman. Menurut Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dalam Al Ushul Ats Tsalaatsah yaitu memperingatkan insan terhadap syirk (agar menjauhinya) dan mengajak kepada tauhid (beribadah hanya kepada Allah Subhaanahu wa Ta'aala).

[4] Yakni agungkanlah Allah dari perbuatan syirk orang-orang musyrik, atau agungkanlah Dia dengan tauhid dan jadikanlah niatmu dalam memberi peringatan yaitu mencari keridhaan Allah dan biar insan mengagungkan-Nya dan beribadah kepada-Nya.

[5] Maksud pakaian di sini bisa semua amal, yaitu dengan membersihkan dan memurnikan amal itu dan melakukannya secara sempurna, serta membersihkannya dari segala yang membatalkan dan mengurangi amal itu baik berupa syirk, nifak, ‘ujub (bangga diri), takabbur (sombong), lalai dsb. yang seorang hamba diperintahkan untuk menjauhinya dalam beribadah kepada-Nya. Bisa juga maksud pakaian di sini yaitu pakaian hakiki, yaitu dengan membersihkannya dari najis, dimana membersihkannya termasuk salah satu syarat shalat dan bahwa seseorang diperintahkan membersihkan pakaiannya dari semua najis di setiap waktu, terlebih dikala masuk ke dalam shalat. Jika seseorang diperintahkan membersihkan zhahir (bagian luar), maka diperintahkan pula membersihkan batin dari noda dosa dan maksiat dengan istighfar dan tobat, dan bahwa bersihnya zhahir termasuk penyempurna bersihnya batin.

[6] Ar Rujz di sini bisa maksudnya berhala, sehingga Beliau diperintahkan untuk tetap selalu meninggalkan menyembah berhala. Bisa juga maksud Ar Rujz di sini yaitu semua amal dan ucapan yang jelek sehingga Beliau diperintahkan untuk meninggalkan dosa-dosa baik yang kecil maupun besar, yang tampak maupun yang tersembunyi, termasuk pula syirk dan dosa-dosa di bawahnya.

[7] Yakni janganlah engkau memperlihatkan kepada insan nikmat biar nikmat yang engkau miliki bertambah banyak, dan engkau merasa bahwa engkau telah berbuat baik kepada mereka atau punya jasa kepada mereka, bahkan berbuat ihsanlah kepada insan sesuai kemampuanmu dan lupakanlah ihsanmu kepada mereka dan janganlah kau meminta upahnya kecuali dari Allah Subhaanahu wa Ta'aala dan jadikanlah orang yang engkau berikan ihsan dan orang yang selainnya dalam keadaan sama. Ada pula yang mengatakan, bahwa maksudnya yaitu janganlah engkau memperlihatkan sesuatu kepada seorang pun dengan maksud biar orang itu membalasmu dengan yang lebih banyak dari yang engkau berikan. sehingga hal ini khusus untuk Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam.

[8] Terhadap menjalankan perintah dan menjauhi larangan, dan haraplah pahala dan keridhaan Allah dengan kesabaranmu itu. Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam melaksanakan perintah Tuhannya, segera melakukannya dan memperlihatkan peringatan kepada insan serta mengambarkan kepada mereka semua tuntutan ilahi dengan ayat-ayat yang jelas, Beliau juga mengagungkan Allah Ta’ala dan mengajak insan untuk mengagungkan-Nya, dan Beliau bersihkan amal Beliau baik yang tampak maupun yang tersembunyi dari semua keburukan serta menjauhi semua yang sanggup menjauhikan diri dari Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyerupai patung dan para penyembahnya, keburukan dan para pelakunya. Beliau mempunyai jasa terhadap insan sesudah nikmat Allah tanpa menuntut tanggapan dan rasa syukur dari mereka, Beliau juga bersabar sebab Allah dengan sabar yang sangat sempurna; Beliau sabar dalam menjalankan perintah Allah, sabar dalam menjauhi larangan Allah dan terhadap taqdir Allah yang pedih sehingga Beliau melebihi para rasul ulul ‘azmi yang lain, maka semoga shalawat Allah dan salam dilimpahkan kepadanya.

[9] Yaitu tiupan yang kedua; tiupan dimana insan berdiri dari kuburnya dan dikumpulkan di padang mahsyar.

[10] Karena banyak penderitaannya. Hal ini memperlihatkan bahwa yang demikian gampang bagi orang-orang mukmin.

[11] Ayat ini dan beberapa ayat berikutnya diturunkan mengenai seorang kafir Mekah, pemimpin Quraisy berjulukan Al Walid bin Mughirah Al Makhzumiy; seorang yang menentang kebenaran dan memerangi Allah dan Rasul-Nya sehingga Allah Subhaanahu wa Ta'aala mencelanya dengan celaan yang berbeda dengan lainnya, dan itulah tanggapan bagi orang yang menentang kebenaran dan memeranginya; ia memperoleh kehinaan di dunia dan azab di akhirat.

[12] Bisa juga diartikan, biarkanlah Aku bertindak terhadap orang yang Aku ciptakan beliau dalam keadaan sendiri, yakni tanpa harta, tanpa keluarga dan tanpa yang lainnya, dimana Aku mengurusnya dan membesarkannya dengan memperlihatkan aneka macam kenikmatan, sebagaimana disebutkan nikmat-nikmat itu di ayat selanjutnya.

[13] Mereka (anak-anaknya) membantunya dan memenuhi kebutuhannya dan ia mencicipi nikmat bersama mereka.

[14] Sehingga ia memperoleh apa yang beliau inginkan.

[15] Setelah memperoleh aneka macam kenikmatan itu.

[16] Yakni beliau ingin memperoleh kenikmatan pula di akhiratnya sebagaimana yang ia peroleh dikala di dunia.

[17] Yakni beliau mengetahuinya, kemudian mengingkarinya. Ayat-ayat tersebut mengajaknya kepada kebenaran, tetapi ia tidak mau tunduk kepadanya, bahkan bukan hanya berpaling darinya tetapi ditambah lagi dengan memeranginya dan berusaha membatalkannya sebagaimana firman Allah Ta’ala, “Sesungguhnya beliau telah memikirkan…dst.”

[18] Yang ia naiki kemudian jatuh.

[19] Dalam dirinya apa yang perlu diucapkan untuk Al Qur’an.

[20] Yaitu memutuskan ucapan yang digunakannya untuk membatalkan Al Qur’an.

[21] Hal itu, sebab Dia telah memutuskan kasus jelek di luar batas dan kemampuannya.

[22] Tentang ucapannya atau pencacatannya terhadap Al Qur’an.

[23] Yakni menurutnya, Al Qur’an bukan firman Allah, bahkan ucapan manusia. Bahkan bukan ucapan orang-orang pilihan tetapi ucapan orang-orang yang fasik dan buruk, yaitu para pendusta dan para pesihir. Demikian pula mereka mengatakan, bahwa yang mengajarkan Al Qur’an kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam yaitu manusia. Sungguh celaka orang yang berkata demikian, alangkah jauh ucapannya dari kebenaran dan sungguh layak memperoleh kesengsaraan. Bagaimana bisa terlintas dalam benak seseorang bahwa perkataan yang paling tinggi dan paling agung, yaitu perkataan Allah rabbul ‘aalamiin sama dengan perkataan insan yang lemah lagi fakir, maka sungguh layak orang itu memperoleh azab dan siksaan yang keras menyerupai yang disebutkan dalam ayat selanjutnya.

========================
Ustadz Abu Muawiyyah Askari bin Jamal

Download AudioTafsir Surat al Mudatsir 12.0 MBArchive
Download AudioTafsir Surat al Mudatsir 21.6 MBArchive
Download AudioTafsir Surat al Mudatsir 31.3 MBArchive
Download AudioTafsir Surat al Mudatsir 42.0 MBArchive
Download AudioTafsir Surat al Mudatsir 51.8 MBArchive
Download AudioTafsir Surat al Mudatsir 61.3 MBArchive
Download AudioTafsir Surat al Mudatsir 72.0 MBArchive
Download AudioTafsir Surat al Mudatsir 82.6 MBArchive
Download AudioTafsir Surat al Mudatsir 91.9 MBArchive




Download AudioTafsir Surat al Mudatsir 111.7 MBArchive
Download AudioTafsir Surat al Mudatsir 122.3 MBArchive
Download AudioTafsir Surat al Mudatsir 132.4 MBArchive
Download AudioTafsir Surat al Mudatsir 141.4 MBArchive
Download AudioTafsir Surat al Mudatsir 152.2 MBArchive
Download AudioTafsir Surat al Mudatsir 161.4 MBArchive
Download AudioTafsir Surat al Mudatsir 171.3 MBArchive
Download AudioTafsir Surat al Mudatsir 181.6 MBArchive
Download AudioTafsir Surat al Mudatsir 191.5 MBArchive

Posting Komentar untuk "Kumpulan Tafsir Al Muddatstsir Ayat 1-25"