Ayat 19-21: Tabiat insan yang tidak dilengkapi kepercayaan dan pendidikan, dan bahwa aliran Islam mengatasi sifat-sifat jelek pada manusia.
إِنَّ الإنْسَانَ خُلِقَ هَلُوعًا (١٩) إِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ جَزُوعًا (٢٠) وَإِذَا مَسَّهُ الْخَيْرُ مَنُوعًا (٢١)
Terjemah Surat Al Ma’aarij Ayat 19-21
19. Sungguh, insan diciptakan bersifat suka mengeluh[1].
20. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah[2],
21. dan apabila mendapat kebaikan (harta) ia jadi kikir[3],
Ayat 22-35: Sifat orang-orang mukmin dan akibat untuk mereka.
إِلا الْمُصَلِّينَ (٢٢) الَّذِينَ هُمْ عَلَى صَلاتِهِمْ دَائِمُونَ (٢٣) وَالَّذِينَ فِي أَمْوَالِهِمْ حَقٌّ مَعْلُومٌ (٢٤) لِلسَّائِلِ وَالْمَحْرُومِ (٢٥) وَالَّذِينَ يُصَدِّقُونَ بِيَوْمِ الدِّينِ (٢٦) وَالَّذِينَ هُمْ مِنْ عَذَابِ رَبِّهِمْ مُشْفِقُونَ (٢٧) إِنَّ عَذَابَ رَبِّهِمْ غَيْرُ مَأْمُونٍ (٢٨) وَالَّذِينَ هُمْ لِفُرُوجِهِمْ حَافِظُونَ (٢٩) إِلا عَلَى أَزْوَاجِهِمْ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُمْ فَإِنَّهُمْ غَيْرُ مَلُومِينَ (٣٠) فَمَنِ ابْتَغَى وَرَاءَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْعَادُونَ (٣١)وَالَّذِينَ هُمْ لأمَانَاتِهِمْ وَعَهْدِهِمْ رَاعُونَ (٣٢) وَالَّذِينَ هُمْ بِشَهَادَاتِهِمْ قَائِمُونَ (٣٣) وَالَّذِينَ هُمْ عَلَى صَلاتِهِمْ يُحَافِظُونَ (٣٤)أُولَئِكَ فِي جَنَّاتٍ مُكْرَمُونَ (٣٥)
Terjemah Surat Al Ma’aarij Ayat 22-35
22. Kecuali orang-orang yang melaksanakan shalatnya[4],
23. mereka yang tetap setia melaksanakan shalatnya[5],
24. dan orang-orang yang dalam hartanya disiapkan bab tertentu[6],
25. Bagi orang (miskin) yang meminta dan yang tidak meminta,
26. dan orang-orang yang mempercayai hari pembalasan[7],
27. dan orang-orang yang takut terhadap azab Tuhannya[8],
28. bantu-membantu terhadap azab Tuhan mereka, tidak ada seseorang merasa kondusif (dari kedatangannya),
29. dan orang-orang yang memelihara kemaluannya[9],
30. kecuali terhadap istri-istri mereka atau hamba sahaya yang mereka miliki[10] maka bantu-membantu mereka tidak tercela.
31. Maka barang siapa mencari di luar itu[11], mereka itulah orang-orang yang melampaui batas[12].
32. Dan orang-orang yang memelihara amanat[13] dan janjinya[14],
33. dan orang-orang yang berpegang teguh pada kesaksiannya[15],
34. dan orang-orang yang memelihara shalatnya[16].
35. Mereka itu[17] dimuliakan dalam surga[18].
[1] Inilah sifat yang menjadi watak orisinil manusia, ialah haluu' (suka mengeluh), dan diterangkan secara lebih lanjut perihal sifat haluu’ ini di ayat selanjutnya.
[2] Ia berkeluh kesah dikala mendapat petaka menyerupai kemiskinan, sakit, hilangnya yang dicintai baik harta, istri maupun anak dan tidak menyikapinya dengan perilaku sabar dan ridha kepada taqdir Allah.
[3] Dia tidak menginfakkan harta yang Allah berikan kepadanya dan tidak bersyukur kepada Allah atas nikmat-nikmat-Nya; ia berkeluh kesah dikala mendapat kesusahan dan menjadi kikir dikala mendapat kesenangan.
[4] Yaitu orang-orang mukmin. Mereka apabila mendapat kebaikan, maka mereka bersyukur kepada Allah dan menginfakkan sebagian dari rezeki yang Allah berikan, dan apabila mereka mendapat kesusahan, maka mereka bersabar dan mengharap pahala. Sifat-sifat mereka ini disebutkan dalam ayat selanjutnya.
[5] Mereka senantiasa melaksanakan shalat pada waktunya dengan memenuhi syarat dan penyempurnanya. Mereka bukanlah orang yang tidak melaksanakannya dan bukan pula orang yang mengerjakannya jarang-jarang atau melakukannya secara kurang.
[6] Untuk zakat dan sedekah.
[7] Yakni beriman kepada apa yang Allah dan Rasul-Nya beritakan, menyerupai kebangkitan dan pembalasan, mereka meyakininya dan mempersiapkan diri untuk menghadapinya. Beriman kepada hari pembalasan mengharuskan pula beriman kepada para rasul dan apa yang mereka bawa.
[8] Oleh alasannya itulah, mereka menjauhi segala yang sanggup menciptakan mereka diazab.
[9] Oleh alasannya itu, mereka tidak menaruhnya di kawasan yang haram menyerupai zina, liwath (homoseks), menaruhnya di dubur atau dikala istri haidh, dsb. Mereka juga meninggalkan sarana-sarana yang haram yang sanggup mendorong mereka berbuat keji.
[10] Maksudnya, budak-budak belian yang didapat dalam peperangan dengan orang kafir, bukan budak belian yang didapat di luar peperangan. Dalam peperangan dengan orang-orang kafir itu, wanita-wanita yang ditawan biasanya dibagi-bagikan kepada kaum muslimin yang ikut dalam peperangan itu, dan kebiasan ini bukanlah suatu yang diwajibkan. Imam boleh melarang kebiasaan ini.
[11] Yakni selain istrinya dan budaknya, menyerupai melaksanakan zina, homoseks, lesbian dan sebagainya.
[12] Dari yang halal kepada yang haram. Ayat ini juga menunjukkan haramnya nikah mut’ah (kontrak), alasannya keadaan wanitanya bukan istri yang dimaksudkan dan bukan pula budak.
[13] Mereka memeliharanya, melaksanakan kewajibannya dan berusaha memenuhinya. Amanah di sini meliputi amanah antara seorang hamba dengan Tuhannya menyerupai beban (kewajiban) agama dan beban-beban yang menjadi tanggung jawabnya yang tersembunyi yang hanya diketahui oleh Allah menyerupai titipan, maupun amanah antara seorang hamba dengan hamba yang lain baik dalam hal harta maupun sesuatu yang dirahasiakan.
[14] Baik komitmen antara ia dengan Allah Subhaanahu wa Ta'aala, maupun komitmen antara ia dengan hamba-hamba Allah. Janji ini akan ditanya; apakah ia memenuhinya atau tidak?
[15] Mereka bersaksi sesuai yang mereka ketahui tanpa menambah, mengurangi atau menyembunyikan, tidak memihak kepada kerabat, teman dan lainnya, tetapi ia lakukan alasannya mencari keridhaan Allah Subhaanahu wa Ta'aala sebagaimana firman-Nya, “Wa aqiimusy syahaadata lillah.” (artinya: tegakkanlah persaksian alasannya Allah).
[16] Dengan melaksanakannya pada waktunya, terpenuhi rukun dan syaratnya dan mengerjakan yang wajib dan sunnahnya.
[17] Yang telah disebutkan sifatnya.
[18] Kesimpulan ayat ini dan ayat-ayat sebelumnya, bahwa Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyifati orang-orang yang berbahagia dengan sifat-sifat yang tepat dan sopan santun yang mulia, ialah ibadah tubuh menyerupai shalat dan konsisten di atasnya, ibadah hati menyerupai takut kepada Allah yang mendorong melaksanakan semua perbuatan yang baik, Ibadah harta, ‘aqidah yang bermanfaat, sopan santun yang utama, bermu’amalah dengan Allah dan dengan makhluk-Nya dengan mu’amalah yang terbaik menyerupai inshaf (adil), memelihara komitmen dan rahasia, mempunyai rasa ‘iffah (menjaga diri dari yang haram) secara tepat dengan menjaga kemaluan dari masalah yang dibenci Allah Subhaanahu wa Ta'aala.
إِنَّ الإنْسَانَ خُلِقَ هَلُوعًا (١٩) إِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ جَزُوعًا (٢٠) وَإِذَا مَسَّهُ الْخَيْرُ مَنُوعًا (٢١)
Terjemah Surat Al Ma’aarij Ayat 19-21
19. Sungguh, insan diciptakan bersifat suka mengeluh[1].
20. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah[2],
21. dan apabila mendapat kebaikan (harta) ia jadi kikir[3],
Ayat 22-35: Sifat orang-orang mukmin dan akibat untuk mereka.
إِلا الْمُصَلِّينَ (٢٢) الَّذِينَ هُمْ عَلَى صَلاتِهِمْ دَائِمُونَ (٢٣) وَالَّذِينَ فِي أَمْوَالِهِمْ حَقٌّ مَعْلُومٌ (٢٤) لِلسَّائِلِ وَالْمَحْرُومِ (٢٥) وَالَّذِينَ يُصَدِّقُونَ بِيَوْمِ الدِّينِ (٢٦) وَالَّذِينَ هُمْ مِنْ عَذَابِ رَبِّهِمْ مُشْفِقُونَ (٢٧) إِنَّ عَذَابَ رَبِّهِمْ غَيْرُ مَأْمُونٍ (٢٨) وَالَّذِينَ هُمْ لِفُرُوجِهِمْ حَافِظُونَ (٢٩) إِلا عَلَى أَزْوَاجِهِمْ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُمْ فَإِنَّهُمْ غَيْرُ مَلُومِينَ (٣٠) فَمَنِ ابْتَغَى وَرَاءَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْعَادُونَ (٣١)وَالَّذِينَ هُمْ لأمَانَاتِهِمْ وَعَهْدِهِمْ رَاعُونَ (٣٢) وَالَّذِينَ هُمْ بِشَهَادَاتِهِمْ قَائِمُونَ (٣٣) وَالَّذِينَ هُمْ عَلَى صَلاتِهِمْ يُحَافِظُونَ (٣٤)أُولَئِكَ فِي جَنَّاتٍ مُكْرَمُونَ (٣٥)
Terjemah Surat Al Ma’aarij Ayat 22-35
22. Kecuali orang-orang yang melaksanakan shalatnya[4],
23. mereka yang tetap setia melaksanakan shalatnya[5],
24. dan orang-orang yang dalam hartanya disiapkan bab tertentu[6],
25. Bagi orang (miskin) yang meminta dan yang tidak meminta,
26. dan orang-orang yang mempercayai hari pembalasan[7],
27. dan orang-orang yang takut terhadap azab Tuhannya[8],
28. bantu-membantu terhadap azab Tuhan mereka, tidak ada seseorang merasa kondusif (dari kedatangannya),
29. dan orang-orang yang memelihara kemaluannya[9],
30. kecuali terhadap istri-istri mereka atau hamba sahaya yang mereka miliki[10] maka bantu-membantu mereka tidak tercela.
31. Maka barang siapa mencari di luar itu[11], mereka itulah orang-orang yang melampaui batas[12].
32. Dan orang-orang yang memelihara amanat[13] dan janjinya[14],
33. dan orang-orang yang berpegang teguh pada kesaksiannya[15],
34. dan orang-orang yang memelihara shalatnya[16].
35. Mereka itu[17] dimuliakan dalam surga[18].
[1] Inilah sifat yang menjadi watak orisinil manusia, ialah haluu' (suka mengeluh), dan diterangkan secara lebih lanjut perihal sifat haluu’ ini di ayat selanjutnya.
[2] Ia berkeluh kesah dikala mendapat petaka menyerupai kemiskinan, sakit, hilangnya yang dicintai baik harta, istri maupun anak dan tidak menyikapinya dengan perilaku sabar dan ridha kepada taqdir Allah.
[3] Dia tidak menginfakkan harta yang Allah berikan kepadanya dan tidak bersyukur kepada Allah atas nikmat-nikmat-Nya; ia berkeluh kesah dikala mendapat kesusahan dan menjadi kikir dikala mendapat kesenangan.
[4] Yaitu orang-orang mukmin. Mereka apabila mendapat kebaikan, maka mereka bersyukur kepada Allah dan menginfakkan sebagian dari rezeki yang Allah berikan, dan apabila mereka mendapat kesusahan, maka mereka bersabar dan mengharap pahala. Sifat-sifat mereka ini disebutkan dalam ayat selanjutnya.
[5] Mereka senantiasa melaksanakan shalat pada waktunya dengan memenuhi syarat dan penyempurnanya. Mereka bukanlah orang yang tidak melaksanakannya dan bukan pula orang yang mengerjakannya jarang-jarang atau melakukannya secara kurang.
[6] Untuk zakat dan sedekah.
[7] Yakni beriman kepada apa yang Allah dan Rasul-Nya beritakan, menyerupai kebangkitan dan pembalasan, mereka meyakininya dan mempersiapkan diri untuk menghadapinya. Beriman kepada hari pembalasan mengharuskan pula beriman kepada para rasul dan apa yang mereka bawa.
[8] Oleh alasannya itulah, mereka menjauhi segala yang sanggup menciptakan mereka diazab.
[9] Oleh alasannya itu, mereka tidak menaruhnya di kawasan yang haram menyerupai zina, liwath (homoseks), menaruhnya di dubur atau dikala istri haidh, dsb. Mereka juga meninggalkan sarana-sarana yang haram yang sanggup mendorong mereka berbuat keji.
[10] Maksudnya, budak-budak belian yang didapat dalam peperangan dengan orang kafir, bukan budak belian yang didapat di luar peperangan. Dalam peperangan dengan orang-orang kafir itu, wanita-wanita yang ditawan biasanya dibagi-bagikan kepada kaum muslimin yang ikut dalam peperangan itu, dan kebiasan ini bukanlah suatu yang diwajibkan. Imam boleh melarang kebiasaan ini.
[11] Yakni selain istrinya dan budaknya, menyerupai melaksanakan zina, homoseks, lesbian dan sebagainya.
[12] Dari yang halal kepada yang haram. Ayat ini juga menunjukkan haramnya nikah mut’ah (kontrak), alasannya keadaan wanitanya bukan istri yang dimaksudkan dan bukan pula budak.
[13] Mereka memeliharanya, melaksanakan kewajibannya dan berusaha memenuhinya. Amanah di sini meliputi amanah antara seorang hamba dengan Tuhannya menyerupai beban (kewajiban) agama dan beban-beban yang menjadi tanggung jawabnya yang tersembunyi yang hanya diketahui oleh Allah menyerupai titipan, maupun amanah antara seorang hamba dengan hamba yang lain baik dalam hal harta maupun sesuatu yang dirahasiakan.
[14] Baik komitmen antara ia dengan Allah Subhaanahu wa Ta'aala, maupun komitmen antara ia dengan hamba-hamba Allah. Janji ini akan ditanya; apakah ia memenuhinya atau tidak?
[15] Mereka bersaksi sesuai yang mereka ketahui tanpa menambah, mengurangi atau menyembunyikan, tidak memihak kepada kerabat, teman dan lainnya, tetapi ia lakukan alasannya mencari keridhaan Allah Subhaanahu wa Ta'aala sebagaimana firman-Nya, “Wa aqiimusy syahaadata lillah.” (artinya: tegakkanlah persaksian alasannya Allah).
[16] Dengan melaksanakannya pada waktunya, terpenuhi rukun dan syaratnya dan mengerjakan yang wajib dan sunnahnya.
[17] Yang telah disebutkan sifatnya.
[18] Kesimpulan ayat ini dan ayat-ayat sebelumnya, bahwa Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyifati orang-orang yang berbahagia dengan sifat-sifat yang tepat dan sopan santun yang mulia, ialah ibadah tubuh menyerupai shalat dan konsisten di atasnya, ibadah hati menyerupai takut kepada Allah yang mendorong melaksanakan semua perbuatan yang baik, Ibadah harta, ‘aqidah yang bermanfaat, sopan santun yang utama, bermu’amalah dengan Allah dan dengan makhluk-Nya dengan mu’amalah yang terbaik menyerupai inshaf (adil), memelihara komitmen dan rahasia, mempunyai rasa ‘iffah (menjaga diri dari yang haram) secara tepat dengan menjaga kemaluan dari masalah yang dibenci Allah Subhaanahu wa Ta'aala.
Posting Komentar untuk "Kumpulan Tafsir Al Ma’Aarij Ayat 19-35"