Kumpulan Tafsir Al Ma’Aarij Ayat 1-18

Surah Al Ma’aarij (Tempat-tempat naik)

Surah ke-70. 44 ayat. Makkiyyah

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

Ayat 1-7: Sikap melampaui batas orang-orang kafir dan bagaimana mreka mengolok-olok peringatan dan azab yang diancamkan.

سَأَلَ سَائِلٌ بِعَذَابٍ وَاقِعٍ (١) لِلْكَافِرينَ لَيْسَ لَهُ دَافِعٌ (٢) مِنَ اللَّهِ ذِي الْمَعَارِجِ (٣) تَعْرُجُ الْمَلائِكَةُ وَالرُّوحُ إِلَيْهِ فِي يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ خَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ (٤) فَاصْبِرْ صَبْرًا جَمِيلا (٥) إِنَّهُمْ يَرَوْنَهُ بَعِيدًا (٦) وَنَرَاهُ قَرِيبًا (٧)

Terjemah Surat Al Ma’aarij Ayat 1-7

1. [1]Seseorang bertanya[2] perihal azab yang niscaya terjadi,

2. Bagi orang-orang kafir[3], yang tidak seorang pun sanggup menolaknya[4],

3. (azab) dari Allah, yang mempunyai tempat-tempat naik[5].

4. Para malaikat dan Jibril[6] naik (menghadap) kepada Tuhan, dalam sehari setara dengan lima puluh ribu tahun[7].

5. Maka bersabarlah engkau (Muhammad) dengan kesabaran yang baik[8].

6. Mereka memandang (azab) itu[9] jauh (mustahil)[10].

7. Sedang Kami memandangnya akrab (pasti terjadi).

Ayat 8-18: Peristiwa pada hari Kiamat dan keadaan orang-orang yang berdosa pada hari itu.



يَوْمَ تَكُونُ السَّمَاءُ كَالْمُهْلِ (٨) وَتَكُونُ الْجِبَالُ كَالْعِهْنِ (٩) وَلا يَسْأَلُ حَمِيمٌ حَمِيمًا (١٠) يُبَصَّرُونَهُمْ يَوَدُّ الْمُجْرِمُ لَوْ يَفْتَدِي مِنْ عَذَابِ يَوْمِئِذٍ بِبَنِيهِ (١١) وَصَاحِبَتِهِ وَأَخِيهِ (١٢) وَفَصِيلَتِهِ الَّتِي تُؤْوِيهِ (١٣) وَمَنْ فِي الأرْضِ جَمِيعًا ثُمَّ يُنْجِيهِ (١٤) كَلا إِنَّهَا لَظَى (١٥) نَزَّاعَةً لِلشَّوَى (١٦) تَدْعُو مَنْ أَدْبَرَ وَتَوَلَّى (١٧) وَجَمَعَ فَأَوْعَى (١٨)

Terjemah Surat Al Ma’aarij Ayat 8-18

8. [11](Ingatlah) pada hari ketika langit menjadi bagaikan cairan tembaga[12],

9. dan gunung-gunung bagaikan bulu (yang beterbangan)[13],

10. Dan tidak ada seorang sahabat karib pun menanyakan temannya[14],

11. Sedang mereka saling melihat[15]. Pada hari itu, orang yang berdosa[16] ingin sekiranya beliau sanggup menebus (dirinya) dari azab dengan anak-anaknya,

12. dan istrinya dan saudaranya,

13. dan keluarganya yang melindunginya (di dunia)[17],

14. dan orang-orang di bumi seluruhnya, kemudian mengharapkan (tebusan) itu sanggup menyelamatkannya.

15. Sama sekali tidak![18] Sungguh, neraka itu api yang bergejolak,

16. yang mengelupaskan kulit kepala[19],

17. Yang memanggil orang yang membelakangi (kebenaran) dan yang berpaling (dari agama),

18. dan orang yang mengumpulkan (harta benda) kemudian menyimpannya[20].


[1] Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman menunjukan perihal bodohnya orang-orang yang menentang Rasul-Nya, dimana mereka meminta disegerakan azab sambil mengolok-olok, menyusahkan diri dan berusaha untuk melemahkan.

[2] Yakni meminta disegerakan azab. Orang ini yaitu An Nadhr bin Al Haarits Al Qurasyi atau orang musyrik lainnya yang berkata, “Ya Allah, kalau betul (Al Quran) ini, ia benar dari sisi Engkau, maka hujanilah kami dengan watu dari langit, atau datangkanlah kepada kami azab yang pedih.”

[3] Karena mereka berhak mendapatkannya.

[4] Oleh lantaran itu, azab dari Allah akan menimpa mereka, sanggup saja Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyegerakan untuk mereka di dunia dan sanggup saja Allah Subhaanahu wa Ta'aala menunda di akhirat. Kalau sekiranya mereka mengenal Allah Subhaanahu wa Ta'aala, mengenal keagungan-Nya, luasnya kekuasaan-Nya, sempurnanya nama dan sifat-Nya, tentu mereka tidak akan meminta disegerakan azab dan tentu mereka akan tunduk serta beradab terhadap-Nya. Oleh lantaran itulah, Allah Subhaanahu wa Ta'aala di ayat selanjutnya memberitahukan perihal keagungan-Nya yang bertentangan dengan kata-kata mereka yang buruk.

[5] Yakni kawasan para malaikat naik, yaitu langit-langit. Ada pula yang menafsirkan dengan yang mempunyai ketinggian kebesaran dan keagungan serta kepengurusan terhadap semua makhluk.

[6] Ar Ruh di ayat ini ada yang menafsirkan dengan malaikat Jibril, dan ada pula yang menafsirkan dengan semua ruh, baik ruh orang baik maupun ruh orang jahat, yaitu ketika wafat. Ruh orang-orang yang baik naik kepada Allah, kemudian ia diizinkan melewati langit yang satu ke langit berikutnya dan seterus hingga ke langit yang di sana ada Allah Subhaanahu wa Ta'aala. Adapun ruh orang-orang kafir, maka ia naik ke atas langit hingga di langit pertama ternyata tidak diizinkan untuk melewati langit tersebut dan dilepaslah ruhnya oleh para malaikat yang membawanya sehingga ia jatuh dari langit menyerupai yang difirmankan oleh Allah Subhaanahu wa Ta'aala, “Barang siapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka ia seakan-akan jatuh dari langit kemudian disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke kawasan yang jauh.” (Terj. Al Hajj: 31)

[7] Maksudnya, para malaikat dan ruh kalau menghadap Allah Subhaanahu wa Ta'aala memakan waktu satu hari yang apabila dilakukan oleh manusia, memakan waktu lima puluh ribu tahun. Ada pula yang berpendapat, bahwa maksudnya yaitu hari Kiamat yang Allah jadikan bagi orang-orang kafir seukuran lima puluh ribu tahun, berbeda dengan orang-orang mukmin yang hanya sebentar.

Syaikh As Sa’diy berkata, “Selanjutnya Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyebutkan jarak yang ditempuh para malaikat dan ruh ketika menghadap Allah, dan bahwa mereka naik dalam sehari dengan alasannya yaitu dan dukungan yang Allah berikan kepada mereka berupa kehalusan, ringan dan cepat bergerak, padahal jarak tersebut biasanya ditempuh lamanya seukuran lima puluh ribu tahun dari mulai naik hingga tiba di tempatnya yang ditentukan untuknya dan menjadi kawasan terakhir penghuni langit yang tinggi. Ini yaitu kerajaan yang besar, alam yang besar, baik bab atas maupun bawahnya; semuanya diurus ciptaan dan pengaturannya oleh Allah Subhaanahu wa Ta'aala Yang Mahatinggi. Dia mengetahui keadaan mereka yang tampak maupun yang tersembunyi, mengetahui kawasan menetap (dunia) dan kawasan penyimpanannya (akhirat), Dia memberikan kepada mereka rahmat-Nya, kebaikan-Nya dan rezeki-Nya yang merata dan menyeluruh kepada mereka serta memberlakukan aturan qadari-Nya terhadap mereka, aturan syar’inya dan aturan jaza’i(pembalasan)nya. Maka sungguh sengsara mereka yang tidak mengetahui keagungan-Nya, tidak mengagungkan-Nya dengan pengagungan yang semestinya sehingga mereka meminta disegerakan azab sambil melemahkan dan hendak menguji coba, dan Mahasuci Allah Yang Mahasantun yang menunda mereka dan tidak membiarkan, mereka menyakiti-Nya namun Dia sabar terhadap mereka, menjaga mereka dan mengaruniakan rezeki. Ini yaitu salah satu tafsir terhadap ayat yang mulia tersebut, sehingga naik ke atas ini maksudnya di dunia lantaran susunan yang pertama memperlihatkan demikian. Bisa juga maksudnya, bahwa hal ini pada hari Kiamat dan bahwa Allah Tabaaraka wa Ta'aala pada hari Kiamat memperlihatkan kepada hamba-hamba-Nya di antara keagungan dan kebesaran-Nya yang menjadi dalil terbesar untuk mengenal-Nya lantaran mereka menyaksikan naiknya para malaikat dan ruh ke atas dan ke bawah dengan pengaturan yang kuasa dan urusan-urusan terhadap makhluk, pada hari itu yang ukurannya lima puluh ribu tahun lantaran usang dan dahsyatnya, akan tetapi Allah Subhaanahu wa Ta'aala meringankannya untuk orang mukmin.”

[8] Yakni bersabarlah dalam mendakwahi kaummu dengan kesabaran yang baik yang tidak ada perilaku bosan di sana. Tetaplah di atas perintah Allah dan ajaklah insan mentauhidkan-Nya dan janganlah menghalangimu untuk berdakwah perilaku mereka tidak mau tunduk terhadap dakwahmu lantaran bersabar terhadapnya terdapat kebaikan yang besar.

[9] Bisa juga dhamir (k. ganti nama) pada kata “huu” di ayat tersebut kembalinya kepada kebangkitan, dimana pada ketika itu terjadi azab terhadap orang-orang yang memintanya itu.

[10] Keadaan mereka yaitu keadaan orang-orang yang mengingkarinya sehingga menganggap jauh apa yang ada di hadapannya berupa kebangkitan, padahal Allah Subhaanahu wa Ta'aala memandangnya akrab lantaran Dia Mahalembut, Mahasantun dan tidak cepat-cepat, dan Dia mengetahui bahwa hal itu niscaya terjadi dan sesuatu yang niscaya terjadi yaitu dekat.

[11] Selanjutnya Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyebutkan huru-hara pada hari Kiamat dan apa yang akan terjadi ketika itu.

[12] Karena terbelahnya dan insiden ketika itu sedemikian dahsyat.

[13] Selanjutnya menjadi abu yang berterbangan. Jika kecemasan menimpa benda-benda langit yang besar dan kuat, kemudian bagaimana dengan insan yang lemah yang punggungnya dibebani oleh dosa-dosa? Apa tidak menciptakan jantungnya berdebar-debar dan membuatnya lupa kepada setiap orang? Oleh lantaran itulah, Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman, “Dan tidak ada seorang sahabat karib pun menanyakan temannya.” Meskipun ia melihat temannya, sehingga dalam hatinya tidak terpikir untuk bertanya kepada temannya dan tidak ada yang dipikirkannya selain dirinya.

[14] Karena masing-masing sibuk dengan keadaannya.

[15] Namun tidak bercakap-cakap.

[16] Yaitu orang yang berhak mendapat azab.

[17] Pada hari Kiamat seseorang tidak sanggup memperlihatkan manfaat kepada seorang pun dan tidak sanggup memberi syafaat kecuali dengan izin Allah Subhaanahu wa Ta'aala, bahkan kalau ia (orang yang berdosa) menebus dirinya dari azab dengan semua orang yang ada di bumi biar ia sanggup diselamatkan dari azab tentu tidak diterima tebusannya.

[18] Sebagai penolakan terhadap cita-cita dan keinginannya.

[19] Ada pula yang menafsirkan dengan anggota tubuh luar dan dalam lantaran sangat dahsyatnya.

[20] Maksudnya, orang yang menyimpan hartanya dan tidak mau mengeluarkan zakat serta tidak pula menafkahkannya ke jalan yang benar, maka neraka akan memanggil dan melahapnya

Posting Komentar untuk "Kumpulan Tafsir Al Ma’Aarij Ayat 1-18"