Surah Al Jinn (Jin)
Surah ke-72. 28 ayat. Makkiyyah
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Terjemah Surat Al Jinn Ayat 1-7
وَأَنَّا لَمَسْنَا السَّمَاءَ فَوَجَدْنَاهَا مُلِئَتْ حَرَسًا شَدِيدًا وَشُهُبًا (٨) وَأَنَّا كُنَّا نَقْعُدُ مِنْهَا مَقَاعِدَ لِلسَّمْعِ فَمَنْ يَسْتَمِعِ الآنَ يَجِدْ لَهُ شِهَابًا رَصَدًا (٩) وَأَنَّا لا نَدْرِي أَشَرٌّ أُرِيدَ بِمَنْ فِي الأرْضِ أَمْ أَرَادَ بِهِمْ رَبُّهُمْ رَشَدًا (١٠) وَأَنَّا مِنَّا الصَّالِحُونَ وَمِنَّا دُونَ ذَلِكَ كُنَّا طَرَائِقَ قِدَدًا (١١) وَأَنَّا ظَنَنَّا أَنْ لَنْ نُعجِزَ اللَّهَ فِي الأرْضِ وَلَنْ نُعْجِزَهُ هَرَبًا (١٢) وَأَنَّا لَمَّا سَمِعْنَا الْهُدَى آمَنَّا بِهِ فَمَنْ يُؤْمِنْ بِرَبِّهِ فَلا يَخَافُ بَخْسًا وَلا رَهَقًا (١٣)
Terjemah Surat Al Jinn Ayat 8-13
KANDUNGAN AYAT
# Meminta Perlindungan Kepada Jin Membuat Manusia Semakin Hina
Surah ke-72. 28 ayat. Makkiyyah
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Ayat 1-7: Berita perihal sebagian jin yang mendengarkan Al Qur’an, kemudian mereka tersentuh olehnya dan beriman serta mengagungkan Allah Subhaanahu wa Ta'aala, dan undangan mereka kepada kaumnya untuk beriman kepada Allah Subhaanahu wa Ta'aala.
قُلْ أُوحِيَ إِلَيَّ أَنَّهُ اسْتَمَعَ نَفَرٌ مِنَ الْجِنِّ فَقَالُوا إِنَّا سَمِعْنَا قُرْآنًا عَجَبًا (١) يَهْدِي إِلَى الرُّشْدِ فَآمَنَّا بِهِ وَلَنْ نُشْرِكَ بِرَبِّنَا أَحَدًا (٢)وَأَنَّهُ تَعَالَى جَدُّ رَبِّنَا مَا اتَّخَذَ صَاحِبَةً وَلا وَلَدًا (٣) وَأَنَّهُ كَانَ يَقُولُ سَفِيهُنَا عَلَى اللَّهِ شَطَطًا (٤) وَأَنَّا ظَنَنَّا أَنْ لَنْ تَقُولَ الإنْسُ وَالْجِنُّ عَلَى اللَّهِ كَذِبًا (٥) وَأَنَّهُ كَانَ رِجَالٌ مِنَ الإنْسِ يَعُوذُونَ بِرِجَالٍ مِنَ الْجِنِّ فَزَادُوهُمْ رَهَقًا (٦) وَأَنَّهُمْ ظَنُّوا كَمَا ظَنَنْتُمْ أَنْ لَنْ يَبْعَثَ اللَّهُ أَحَدًا (٧)
Terjemah Surat Al Jinn Ayat 1-7
1. [1]Katakanlah (Muhammad kepada manusia), "Telah diwahyukan kepadaku bahwa sekumpulan jin telah mendengarkan (bacaan Al Quran)[2], kemudian mereka berkata, “Kami telah mendengarkan bacaan yang menakjubkan (Al Qur’an),
2. (yang) memberi petunjuk kapada jalan yang benar[3], kemudian kami beriman kepadanya. Dan kami sekali-kali tidak akan mempersekutukan sesuatu pun dengan Tuhan kami[4],
4. Dan sesungguhnya orang yang kurang arif di antara kami dahulu selalu mengucapkan (perkataan) yang melampaui batas terhadap Allah[7],
5. dan sesungguhnya kami mengira, bahwa insan dan jin itu tidak akan menyampaikan perkataan yang dusta terhadap Allah[8],
6. dan sesungguhnya ada beberapa orang pria dari kalangan insan yang meminta perlindungan[9] kepada beberapa pria dari jin, tetapi mereka (jin) menyebabkan mereka (manusia) bertambah sesat[10].
7. Dan sesungguhnya mereka (jin) mengira menyerupai kau (orang musyrik Mekah) dan juga mengira bahwa Allah tidak akan membangkitkan kembali siapa pun (pada hari Kiamat)[11].
Ayat 8-13: Keadaan jin yang mencuri gosip dari langit, keadaan langit yang dijaga oleh para malaikat dan pengiriman meteor kepada mereka sehabis diutusnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan keganjilan mereka terhadap kejadian itu.
وَأَنَّا لَمَسْنَا السَّمَاءَ فَوَجَدْنَاهَا مُلِئَتْ حَرَسًا شَدِيدًا وَشُهُبًا (٨) وَأَنَّا كُنَّا نَقْعُدُ مِنْهَا مَقَاعِدَ لِلسَّمْعِ فَمَنْ يَسْتَمِعِ الآنَ يَجِدْ لَهُ شِهَابًا رَصَدًا (٩) وَأَنَّا لا نَدْرِي أَشَرٌّ أُرِيدَ بِمَنْ فِي الأرْضِ أَمْ أَرَادَ بِهِمْ رَبُّهُمْ رَشَدًا (١٠) وَأَنَّا مِنَّا الصَّالِحُونَ وَمِنَّا دُونَ ذَلِكَ كُنَّا طَرَائِقَ قِدَدًا (١١) وَأَنَّا ظَنَنَّا أَنْ لَنْ نُعجِزَ اللَّهَ فِي الأرْضِ وَلَنْ نُعْجِزَهُ هَرَبًا (١٢) وَأَنَّا لَمَّا سَمِعْنَا الْهُدَى آمَنَّا بِهِ فَمَنْ يُؤْمِنْ بِرَبِّهِ فَلا يَخَافُ بَخْسًا وَلا رَهَقًا (١٣)
Terjemah Surat Al Jinn Ayat 8-13
8. Dan sesungguhnya kami (jin) telah mencoba mengetahui (rahasia) langit, maka kami mendapatinya penuh dengan penjagaan yang besar lengan berkuasa dan panah-panah api[12],
9. dan sesungguhnya kami (jin) dahulu sanggup menduduki beberapa daerah di langit itu untuk mencuri dengar (berita-beritanya). Tetapi sekarang[13] siapa (mencoba) mencuri dengar (seperti itu) niscaya akan menjumpai panah-panah api yang mengintai (untuk membakarnya)[14].
10. Dan sesungguhnya kami (jin) tidak mengetahui (adanya penjagaan itu) apakah keburukan yang dikehendaki orang yang di bumi ataukah Tuhan mereka menghendaki kebaikan baginya[15].
11. Dan sesungguhnya di antara kami (jin)[16] ada yang saleh dan ada (pula) kebalikannya[17]. Kami menempuh jalan yang berbeda-beda[18].
12. Dan sesungguhnya kami (jin) telah menduga, bahwa kami tidak akan bisa melepaskan diri (dari kekuasaan) Allah di bumi dan tidak (pula) sanggup lari melepaskan diri (dari)-Nya[19].
13. Dan sesungguhnya saat kami (jin) mendengar petunjuk (Al Qur’an), kami beriman kepadanya. [20]Maka barang siapa beriman kepada Tuhan[21], maka tidak perlu lagi ia takut rugi[22] atau dizalimi[23].
KANDUNGAN AYAT
[1] Imam Bukhari meriwayatkan dengan sanadnya yang hingga kepada Ibnu Abbas ia berkata, “Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah pergi bersama beberapa orang para sahabatnya menuju pasar ‘Ukazh. Sedangkan para setan telah dihalangi mendengarkan gosip dari langit; mereka telah dilempari panah api sehingga mereka kembali (tidak jadi mencuri berita), dan (setan-setan) yang lain berkata, “Ada apa dengan kamu?” Mereka menjawab, “Kami telah dihalangi mendapat gosip dari langit dan telah dihujani panah-panah api.” Lalu (setan-setan yang lain itu) mengatakan, “Tidaklah keadaannya demikian kecuali lantaran ada sesuatu yang terjadi. Oleh lantaran itu, lakukanlah perjalanan di pecahan timur bumi dan pecahan baratnya, kemudian lihatlah apa yang sedang terjadi.” Maka mereka (para setan itu) pergi ke pecahan timur bumi dan pecahan baratnya untuk melihat kejadian apa yang menghalangi mereka untuk mendengarkan gosip dari langit. Sedangkan para setan yang pergi menuju Tihamah pergi mendatangi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam di Nakhlah saat Beliau sedang dalam perjalanan menuju pasar ‘Ukazh dan shalat Subuh dengan para sahabatnya. Ketika mereka mendengarkan Al Qur’an, maka mereka memperhatikannya dengan seksama dan berkata, “Inilah yang menghalangi kau mendengar gosip dari langit.” Ketika itulah mereka kembali ke kaum mereka dan berkata, “Kami telah mendengarkan bacaan yang menakjubkan (Al Qur’an),-- (yang) memberi petunjuk kapada jalan yang benar, kemudian kami beriman kepadanya. Dan kami sekali-kali tidak akan mempersekutukan sesuatu pun dengan Tuhan kami,” Dan Allah ‘Azza wa Jalla menurunkan ayat kepada Nabi-Nya, “Katakanlah (Muhammad), "Telah diwahyukan kepadaku bahwa sekumpulan jin telah mendengarkan (bacaan Al Quran),…dst.” (Hadits ini diriwayatkan pula oleh Muslim, Tirmidzi, Ahmad, Ibnu Jarir, Hakim, Baihaqi dan Abu Nu’aim dalam Al Hilyah).
[2] Allah Subhaanahu wa Ta'aala telah menghadapkan mereka (sekumpulan jin) kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam untuk mendengarkan ayat-ayat-Nya biar hujjah tegak terhadap mereka, nikmat menjadi tepat dan mereka menjadi pemberi peringatan terhadap kaum mereka. Allah Subhaanahu wa Ta'aala memerintahkan Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam untuk menceritakan gosip ini kepada manusia, dimana saat mereka (sekumpulan jin) tiba di akrab Beliau, mereka berkata kepada sesama mereka, “Diamlah.” sehabis mereka semua terdiam, mereka mendengarnya dan memahami maknanya, dan hakikatnya pun hingga ke hati mereka.
[3] Yakni yang memperlihatkan kepada segala yang bermaslahat bagi insan baik bagi agama maupun dunia mereka. Inilah arti Ar Rusyd.
[4] Setelah ini. Mereka menggabung antara ‘beriman’ yang masuk ke dalamnya semua amal baik, dan antara bertakwa yang mengandung arti meninggalkan keburukan. Sebab yang mendorong mereka beriman dan melaksanakan pengiringnya yaitu apa yang mereka ketahui dari pengarahan Al Qur’an, kandungannya yang terdiri dari maslahat, faedah dan menjauhi bahaya. Hal itu, lantaran Al Qur’an yaitu ayat yang agung, hujjah yang qath’i bagi orang yang mengambil sinar darinya dan mengambil petunjuk darinya.
Itulah dogma yang bermanfaat yang membuahkan segala kebaikan yang dibangun di atas petunjuk Al Qur’an, berbeda dengan dogma lantaran ikut-ikutan yang berada dalam ancaman syubhat dan aneka macam aral yang melintang.
[5] Dari apa yang dinisbatkan kepada-Nya.
[6] Mereka mengetahui dari keagungan Allah dan kebesaran-Nya, batilnya orang yang menyampaikan bahwa Allah punya istri dan anak lantaran Dia mempunyai keagungan dan kebesaran pada setiap sifat sempurna, sedangkan mempunyai istri atau anak menafikan hal itu lantaran bertentangan dengan sempurnanya kecukupannya.
[7] Yang dimaksud dengan perkataan yang melampaui batas, ialah menyampaikan bahwa Allah mempunyai istri dan anak. Hal ini lantaran kebodohan mereka dan kelemahan akalnya.
[8] Yakni kami tertipu sebelumnya, dan yang menciptakan kami tertipu yaitu para pemimpin kami dari kalangan jin dan manusia, kami terlalu bersangka baik dengan mereka dan mengira bahwa mereka tidak akan berani berdusta terhadap Allah. Oleh lantaran itulah, kami sebelumnya mengikuti mereka, namun kini kebenaran telah terang bagi kami, kami pun kembali dan tunduk kepadanya dan tidak peduli dengan perkataan siapa pun yang bertentangan dengan petunjuk.
[9] Ada di antara orang-orang Arab apabila mereka melintasi daerah yang sunyi, maka mereka minta pertolongan kepada jin yang mereka anggap berkuasa di daerah itu.
[10] Atau bisa maksudnya bertambah takut. Dan bisa juga maksudnya, bahwa perbuatan yang dilakukan insan itu menciptakan jin bertambah sombong dan melampaui batas lantaran melihat insan menyembah dan meminta pertolongan kepada mereka.
# Meminta Perlindungan Kepada Jin Membuat Manusia Semakin Hina
[11] Oleh lantaran mereka mengingkari kebangkitan, maka mereka berani berbuat syirk dan melampui batas.
Faidah:
- Sebagian insan di zaman Jahiliyah dahulu menyangka sudah tidak ada lagi utusan Allah yang akan membawa risalah
- Sebagaimana manusia, jin pun ada yang menyangka demikian
- Sebagian hebat tafsir menyatakan makna لَنْ يَبْعَثَ اللَّهُ أَحَدًا artinya mereka menyangka tidak akan dibangkitkan kelak di hari kiamat.
- Adanya keyakinan bahwa makhluk hidup itu saat mati maka sudah selesai perkara. Tidak dibangkitkan, tidak ada kelanjutan, tidak ada pertanggung-jawaban. Dan keyakinan ini sudah ada semenjak dahulu, bahkan para jin juga berkeyakinan demikian.
- Manusia dan jin sederajat, dalam hal logika dan potensi ilmu. Jin pun tidak tahu agama yang benar dan keyakinan yang benar kalau tidak diberi tahu.
- Perkara mistik ada 2: mistik nisbi dan mistik mutlak. Gaib nisbi, lantaran tidak diketahui sebagian, namun diketahui oleh sebagian yang lain, misal: benda yang ada di balik tembok. Gaib mutlak hanya Allah yang tahu, misal: kapan final zaman terjadi.
- Jin, walaupun beliau makhluk gaib, tetap tidak tahu masalah mistik mutlak. Dalam masalah ini jin tidak tahu apa yang akan terjadi sehabis mati.
- Ayat ini dalil bahwa hari kebangkitan itu ada.
- Jin bisa mati dan juga akan dibangkitkan kembali sebagaimana manusia.
[12] Syuhub yaitu jama’ syihaab yang artinya panah api atau meteor. Mereka dilimpari syuhub saat hendak mencuri gosip dari langit.
Faidah:
- Sebagian jin bisa terbang ke langit
- Di langit ada penjaga-penjaga
- Para hebat tafsir menjelaskan, sebelum Rasulullah di utus, para jin bisa leluasa duduk-duduk di langit kemudian terkadang mengetahui berita-berita langit sesuai yang Allah kehendaki untuk mereka ketahui.
- Namun sehabis Rasulullah di utus, langit dijaga ketat dan ada panah api yang menghujam mereka, sehingga tidak gampang untuk mencuri gosip langit.
- Sebagian hebat tafsir menjelaskan, pesan tersirat dari hal tersebut yaitu untuk menutup peluang bagi insan untuk mempercayai perkataan para dukun yang menciptakan insan ragu atau bahkan menentang isi dari Al Qur’an.
- Kata لمس yang arti zhahirnya yaitu ‘menyentuh’, terkadang artinya ‘mendatangi untuk melaksanakan sesuatu’.
[13] Yang dimaksud dengan sekarang, ialah waktu sehabis Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam diutus menjadi rasul.
[14] Dari sini mereka mengetahui, bahwa Allah Subhaanahu wa Ta'aala hendak mengadakan sesuatu yang besar di bumi; entah sesuatu itu baik atau buruk, sebagaimana yang diterangkan dalam ayat selanjutnya.
Faidah:
- Sebagian jin bisa terbang ke langit
- Ada tempat-tempat di langit yang sanggup diduduki jin
- Ayat ini menjelaskan bagaimana cara para jin mendapat gosip langit, namun sehabis Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam di utus mereka tidak sanggup melaksanakan cara demikian lagi dengan mudah
- Di langit ada panah-panah api yang bisa melukai jin
[15] Yakni ini (keburukan) atau itu (kebaikan) yang akan terjadi. Hal itu, lantaran mereka melihat keadaan yang telah berubah yang mereka ingkari, maka mereka mengetahui dengan kecerdasan mereka bahwa masalah ini (kebaikan) yaitu yang Allah inginkan untuk penduduk bumi. Dalam ayat ini terdapat klarifikasi perihal budpekerti mereka, lantaran mereka sandarkan kebaikan kepada Allah Subhaanahu wa Ta'aala dan terhadap keburukan, mereka hilangkan fa’ilnya/pelakunya lantaran beradab terhadap Allah Subhaanahu wa Ta'aala.
Faidah:
- Jin asalnya tidak mempunyai kemampuan mengetahui masalah mistik mutlak semisal kapan kiamat, kapan si fulan meninggal, apa yang terjadi pada si fulan besok, dan semacamnya.
- Jin menetapkan sifat Al Iradah bagi Allah, yaitu bahwa Allah itu berkehendak.
- Dahulu jin bisa tahu sebagian masalah mistik yang memang dikehendaki Allah untuk mereka ketahui, berkaitan dengan keburukan atau kebaikan yang akan terjadi pada makhluk di bumi, yaitu cara dengan terbang ke langit dan mendengar gosip langit di sana. Namun sehabis RasulullahShallallahu’alaihi Wasallam diutus mereka tidak sanggup melaksanakan hal demikian lagi.
- Jin ini mengabarkan bahwa saat dahulu beliau bisa mendengar kabar dari langit, maka yang beliau dengar berupa takdir Allah terhadap makhluk-Nya terbagi menjadi dua macam tujuan, ar rasyad dan asy syarr. Bisa jadi Allah ingin menawarkan petunjuk dan kebaikan dibalik itu, bisa jadi juga merupakan adzab dan istidraj yang menambah poin jelek bagi kita di hadapan-Nya.
- Dalam ayat ini jin memakai kata ar rasyad (hidayah/petunjuk) sebagai lawan dari asy syarr (keburukan), bukan al khair (kebaikan). Ini memperlihatkan bahwa jin ini paham benar bahwa hidayah dari Allah merupakan bentuk kebaikan dari Allah, bahkan seutama-utamanya kebaikan.
- Jin yang sedang berbicara tersebut mempunyai budpekerti yang anggun terhadap Allah, yaitu saat menceritakan perihal takdir buruk, ia tidak menyebutkan fa’il-nya dan tidak menyandarkannya kepada Allah walaupun ia tahu niscaya itu terjadi atas kehendak dan kuasa Allah.
[16] Setelah mendengarkan Al Qur’an.
[17] Yakni yang fasik dan yang kafir.
[18] Ada yang muslim dan ada yang kafir.
[19] Yakni bahwa kini jelaslah bagi kami sempurnanya kekuasaan Allah dan sempurnanya kelemahan kami, dan bahwa ubun-ubun kami di Tangan Allah; kami tidak akan bisa melepaskan diri (dari kekuasaan) Allah di bumi dan tidak (pula) sanggup lari melepaskan diri (dari)-Nya meskipun kami telah berusaha meloloskan diri. Oleh lantaran itu, tidak ada daerah pertolongan bagi kami selain kembali kepada-Nya.
[20] Selanjutnya mereka menyebutkan sesuatu yang mendorong insan melakukannya.
[21] Dengan dogma yang sebenarnya.
[22] Seperti dikurangi kebaikannya.
[23] Seperti ditambah keburukannya. Ada pula yang mengartikan ‘rahaqaa’ dengan mendapat gangguan dan keburukan. Apabila seseorang selamat dari keburukan, maka ia akan memperoleh kebaikan. Dengan demikian, dogma merupakan lantaran untuk memperoleh semua kebaikan dan terhindar dari semua keburukan.
========================
al Ustadz Abu Muawiyyah Askari bin Jamal
1. | Tafsir Surat al Jin 12 | 14:49 | Archive | 2.1 MB |
2. | Tafsir Surat al Jin 13 | 11:41 | Archive | 1.7 MB |
3. | Tafsir Surat al Jin 14 | 13:33 | Archive | 1.9 MB |
4. | Tafsir Surat al Jin 15 | 12:39 | Archive | 1.8 MB |
Posting Komentar untuk "Kumpulan Tafsir Al Jinn Ayat 1-13"