Kumpulan Tafsir Al Insan (Manusia) Ayat 1-11

Surah Al Insan (Manusia)

Surah ke-76. 31 ayat. Makkiyyah

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

Ayat 1-4: Penjelasan ihwal kekuasaan Allah Subhaanahu wa Ta'aala dalam membuat manusia, dan ujian-Nya kepada mereka dengan kebaikan dan keburukan.

هَلْ أَتَى عَلَى الإنْسَانِ حِينٌ مِنَ الدَّهْرِ لَمْ يَكُنْ شَيْئًا مَذْكُورًا (١) إِنَّا خَلَقْنَا الإنْسَانَ مِنْ نُطْفَةٍ أَمْشَاجٍ نَبْتَلِيهِ فَجَعَلْنَاهُ سَمِيعًا بَصِيرًا (٢)إِنَّا هَدَيْنَاهُ السَّبِيلَ إِمَّا شَاكِرًا وَإِمَّا كَفُورًا (٣) إِنَّا أَعْتَدْنَا لِلْكَافِرِينَ سَلاسِلا وَأَغْلالا وَسَعِيرًا (٤)

Terjemah Surat Al Insan Ayat 1-4

1. [1]Bukankah pernah tiba kepada insan satu waktu dari masa, yang saat itu belum merupakan sesuatu yang sanggup disebut?

2. Sungguh, Kami telah membuat insan dari setetes mani yang bercampur[2] yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan)[3], lantaran itu Kami jadikan ia mendengar dan melihat[4].

3. Sungguh, Kami telah memperlihatkan kepadanya jalan yang lurus[5]; ada yang bersyukur[6] dan ada pula yang kufur.

4. [7]Sungguh, Kami telah menyediakan bagi orang-orang yang kafir[8] rantai[9], belenggu[10] dan neraka yang menyala-nyala[11].

Ayat 5-11: Balasan Allah kepada orang-orang yang berbuat kebajikan dan lantaran mereka menerima tanggapan tersebut.

إِنَّ الأبْرَارَ يَشْرَبُونَ مِنْ كَأْسٍ كَانَ مِزَاجُهَا كَافُورًا (٥)عَيْنًا يَشْرَبُ بِهَا عِبَادُ اللَّهِ يُفَجِّرُونَهَا تَفْجِيرًا (٦) يُوفُونَ بِالنَّذْرِ وَيَخَافُونَ يَوْمًا كَانَ شَرُّهُ مُسْتَطِيرًا (٧) وَيُطْعِمُونَ الطَّعَامَ عَلَى حُبِّهِ مِسْكِينًا وَيَتِيمًا وَأَسِيرًا (٨) إِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ اللَّهِ لا نُرِيدُ مِنْكُمْ جَزَاءً وَلا شُكُورًا (٩) إِنَّا نَخَافُ مِنْ رَبِّنَا يَوْمًا عَبُوسًا قَمْطَرِيرًا (١٠) فَوَقَاهُمُ اللَّهُ شَرَّ ذَلِكَ الْيَوْمِ وَلَقَّاهُمْ نَضْرَةً وَسُرُورًا (١١)

Terjemah Surat Al Insan Ayat 5-11

5. Sungguh, orang-orang yang berbuat kebajikan[12] akan minum dari gelas (berisi minuman arak) yang campurannya ialah air kafur[13],

6. (yaitu) mata air (dalam surga)[14] yang diminum oleh hamba-hamba Allah dan mereka sanggup memancarkannya dengan sebaik-baiknya[15].

7. [16]Mereka memenuhi nazar[17] dan takut akan suatu hari yang azabnya merata di mana-mana[18].

8. Dan mereka menawarkan makanan yang disukainya[19] kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan[20].

9. (sambil berkata[21]), “Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah lantaran mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak mengharap tanggapan dan terima kasih dari kamu[22].

10. Sungguh, kami takut akan (azab) Tuhan pada hari (ketika) orang-orang berwajah masam penuh kesulitan.”

11. Maka Allah melindungi mereka dari kesusahan hari itu, dan menawarkan kepada mereka keceriaan[23] dan kegembiraan[24].

KANDUNGAN AYAT

[1] Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman memberitahukan ihwal manusia, bahwa Dia mengadakannya sesudah sebelumnya ia (manusia) sebagai sesuatu yang belum bisa disebut lantaran hina dan lemahnya. Syaikh As Sa’diy berkata, “Allah menyebutkan dalam surah yang mulia ini keadaan pertama manusia; awalnya, pertengahannya dan akhirnya. Allah menyebutkan bahwa telah berlalu atasnya masa yang panjang yaitu sebelum ia terwujud, sedangkan ia dalam keadaan tidak ada, bahkan tidak bisa disebut. Kemudian saat Allah Subhaanahu wa Ta'aala hendak membuat manusia, Dia membuat bapak mereka, yaitu Adam dari tanah, kemudian mengakibatkan keturunannya secara berturut-turut dari mani yang bercampur, yakni air yang hina dan dipandang kotor.”

[2] Maksudnya, bercampur antara benih lelaki dengan perempuan.

[3] Ada pula yang menafsirkan mengujinya dengan asal penciptaannya, yaitu dari mani. Yakni semoga Kami mengetahui secara konkret apakah ia ingat kepada keadaan pertamanya dan sadar balasannya mengikuti kebenaran dan tidak sombong ataukah ia lupa sehingga terpedaya oleh dirinya.

[4] Allah Subhaanahu wa Ta'aala mewujudkannya, membuat kemampuan luar dan dalam menyerupai indera pendengaran dan penglihatan serta anggota tubuh yang lain, kemudian Allah menyempurnakannya dan menjadikannya tidak cacat sehingga ia sanggup mencapai maksudnya. Kemudian Allah Subhaanahu wa Ta'aala mengutus rasul dan menurunkan kitab kepadanya untuk memperlihatkan jalan kepada Allah, mendorongnya serta memberitahukan ihwal apa yang akan diperolehnya saat hingga kepada Allah. Demikian pula Allah memberitahukan jalan yang mengarah kepada kebinasaan, menakut-nakutinya dan memberitahukan ihwal apa yang akan didapatkannya saat jalan itu ditempuhnya. Dia menguji insan dengan dua jalan itu, maka insan terbagi menjadi dua; ada yang bersyukur kepada nikmat Allah itu sehingga ia pun melakukan hak-hak-Nya yang dibebankan kepadanya, dan ada pula yang kufur kepada nikmat Allah itu baik nikmat agama maupun dunia, ia menolaknya, kafir kepada Tuhannya dan malah menempuh jalan yang mengarah kepada kebinasaan.

[5] Dengan menurunkan kitab dan mengutus para rasul.

[6] Yakni beriman.

[7] Selanjutnya Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyebutkan keadaan dua orang itu (yang bersyukur dan yang kufur) saat diberikan balasan.

[8] Yakni kafir kepada Allah, mendustakan rasul-rasul-Nya dan berani berbuat maksiat.

[9] Mereka dibelit di neraka dengannya sebagaimana firman Allah Ta’ala di surah Al Haaqqah: 32, “Kemudian belitlah ia dengan rantai yang panjangnya tujuh puluh hasta.”

[10] Tangan mereka dibelenggu ke leher dengan belenggu-belenggu itu.

[11] Yang aben tubuh mereka. Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, kelak akan Kami masukkan mereka ke dalam neraka. Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti kulit mereka dengan kulit yang lain, semoga mereka mencicipi azab. Sesungguhnya Allah Mahaperkasa lagi Maha bijaksana.” (Terj. An Nisaa’: 56) Azab ini menimpa mereka selama-lamanya.

[12] Yakni orang-orang yang taat, atau orang-orang yang baik hatinya lantaran ada kecintaan kepada Allah dan mengenal-Nya dalam hatinya serta etika yang mulia sehingga anggota tubuh mereka menjadi baik dan mereka gunakan untuk berbuat baik.

[13] Untuk menyejukkannya dan mengurangi ketajaman minuman itu.

[14] Yakni minuman yang yummy itu tidak perlu mereka takut kehabisan, bahkan minuman itu ada sumbernya yang tidak akan habis, yaitu mata air yang selalu melimpah dan mengalir yang dipancarkan oleh hamba-hamba Allah ke mana saja yang mereka mau.

[15] Yakni mengarahkannya ke kawasan yang mereka mau, baik ke istana, ke rumah mereka, ke majlis-majlis mereka, ke kebun mereka atau ke kawasan lainnya, dan airnya mengalir tanpa perlu parit (galian).

[16] Selanjutnya Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyebutkan amal mereka secara garis besar sehingga mereka layak memperoleh tanggapan yang nikmat itu.

[17] Jika nadzar yang pada awalnya sunat kemudian mereka wajibkan sendiri mereka penuhi kemudian bagaimana dengan kewajiban yang orisinil (yang memang awalnya wajib)? Tentu mereka lebih memenuhi lagi.

[18] Mereka takut kalau-kalau azab itu menimpa mereka. Oleh lantaran itulah, mereka tinggalkan semua perbuatan yang sanggup mendatangkan azab itu.

[19] Mereka suka kepada makanan tersebut, tetapi mereka lebih mengutamakan kecintaan Allah daripada hawa nafsu mereka, dan mereka utamakan memberi kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan lantaran mereka ialah orang yang paling membutuhkan.

[20] Yakni yang ditahan lantaran yang hak.

[21] Dengan lisanul hal (keadaan) atau lisanul maqaal (ucapan).

[22] Baik tanggapan harta maupun kebanggaan lisan.

[23] Di muka-muka mereka.

[24] Di hati-hati mereka. Dengan demikian, mereka menggabung antara kenikmatan luar dengan kenikmatan dalam.

=======================
Ustadz Askari bin Jamal

Posting Komentar untuk "Kumpulan Tafsir Al Insan (Manusia) Ayat 1-11"