Ayat 18-20: Mengingatkan kaum mukmin dengan hari Kiamat, dan menjelaskan perbedaan antara penghuni nirwana dan penghuni neraka.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ (١٨) وَلا تَكُونُوا كَالَّذِينَ نَسُوا اللَّهَ فَأَنْسَاهُمْ أَنْفُسَهُمْ أُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ (١٩) لا يَسْتَوِي أَصْحَابُ النَّارِ وَأَصْحَابُ الْجَنَّةِ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ هُمُ الْفَائِزُونَ (٢٠)
Terjemah Surat Al Hasyr Ayat 18-20
18. [1]Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kau kerjakan.
19. Dan janganlah kau menyerupai orang-orang yang lupa kepada Allah, sehingga Allah mengakibatkan mereka lupa akan diri sendiri[2]. Mereka itulah orang-orang yang fasik[3].
20. Tidak sama para penghuni neraka dengan para penghuni surga; para penghuni nirwana itulah orang-orang yang memperoleh kemenangan[4].
Ayat 21-24: Menerangkan wacana keagungan Al Qur’an, menyucikan Allah Subhaanahu wa Ta'aala dari sifat-sifat kekurangan dan menyebutkan beberapa Al Asmaa’ul Husna dan sifat-sifat-Nya Yang Tinggi.
لَوْ أَنْزَلْنَا هَذَا الْقُرْآنَ عَلَى جَبَلٍ لَرَأَيْتَهُ خَاشِعًا مُتَصَدِّعًا مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ وَتِلْكَ الأمْثَالُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ (٢١) هُوَ اللَّهُ الَّذِي لا إِلَهَ إِلا هُوَ عَالِمُ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ هُوَ الرَّحْمَنُ الرَّحِيمُ (٢٢)هُوَ اللَّهُ الَّذِي لا إِلَهَ إِلا هُوَ الْمَلِكُ الْقُدُّوسُ السَّلامُ الْمُؤْمِنُ الْمُهَيْمِنُ الْعَزِيزُ الْجَبَّارُ الْمُتَكَبِّرُ سُبْحَانَ اللَّهِ عَمَّا يُشْرِكُونَ (٢٣) هُوَ اللَّهُ الْخَالِقُ الْبَارِئُ الْمُصَوِّرُ لَهُ الأسْمَاءُ الْحُسْنَى يُسَبِّحُ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ (٢٤)
Terjemah Surat Al Hasyr Ayat 21-24
21. [5]Sekiranya Kami turunkan Al Alquran ini kepada sebuah gunung[6], niscaya kau akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk insan semoga mereka berfikir.
22. [7]Dialah Allah, tidak ada yang kuasa yang berhak disembah selain Dia. [8]Mengetahui yang mistik dan yang nyata. Dialah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
23. Dialah Allah, tidak ada yang kuasa yang berhak disembah selain Dia. Maha Raja, Yang Mahasuci[9], Yang Mahasejahtera[10], Yang Memberikan keamanan[11], Yang Maha Mengawasi, Yang Mahaperkasa[12], Yang Mahakuasa[13], Yang mempunyai segala keagungan[14]. Mahasuci Allah dari apa yang mereka persekutukan[15].
24. Dialah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa[16], Dia mempunyai nama-nama yang indah[17]. Apa yang di langit dan di bumi bertasbih kepada-Nya. Dan Dialah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana[18].
[1] Allah Subhaanahu wa Ta'aala memerintahkan hamba-hamba-Nya yang mukmin untuk melaksanakan kehendak dari keimanan dan konsekwensinya yaitu tetap bertakwa kepada Allah Subhaanahu wa Ta'aala baik dalam keadaan diam-diam maupun terang-terangan dan dalam setiap keadaan serta memperhatikan perintah Allah baik syariat-Nya maupun batasan-Nya serta memperhatikan apa yang sanggup memberi mereka manfaat dan membuat mereka celaka serta memperhatikan hasil dari amal yang baik dan amal yang jelek pada hari Kiamat. Karena saat mereka mengakibatkan alam abadi di hadapan matanya dan di depan hatinya, maka mereka akan bersungguh-sungguh memperbanyak amal yang sanggup membuat mereka berbahagia di sana, menyingkirkan penghalang yang sanggup memberhentikan mereka dari melaksanakan perjalanan atau menghalangi mereka atau bahkan memalingkan mereka darnya. Demikian juga, saat mereka mengetahui bahwa Allah Subhaanahu wa Ta'aala Mahateliti terhadap apa yang mereka kerjakan, dimana amal mereka tidak ada yang tersembunyi bagi-Nya dan tidak akan sia-sia serta diremehkan-Nya, maka yang demikian sanggup membuat mereka semakin semangat bederma saleh.
Ayat ini merupakan asas dalam meintrospeksi diri, dan bahwa sepatutnya seorang hamba mengusut amal yang dikerjakannya, saat ia melihat ada yang cacat, maka segera disusul dengan mencabutnya, bertobat secara lapang dada (taubatan nashuha) dan berpaling dari segala alasannya yaitu yang sanggup membawa dirinya kepada cacat tersebut. Demikian juga saat ia melihat kekurangan pada dirinya dalam menjalankan perintah Allah, maka ia mengerahkan kemampuannya sambil meminta pinjaman kepada Tuhannya untuk sanggup menyempurnakan kekurangan itu dan memperbaikinya serta mengukur antara nikmat-nikmat Allah dan ihsan-Nya yang banyak dengan kekurangan pada amalnya, dimana hal itu akan membuatnya semakin malu kepada-Nya. Sungguh rugi seorang yang lalai terhadap dilema ini dan menyerupai dengan orang-orang yang lupa kepada Allah; lalai dari mengingat-Nya serta lalai dari memenuhi hak-Nya dan mendatangi laba terbatas bagi dirinya dan hawa nafsunya sehingga mereka tidak mendapat keberuntungan, bahkan Allah Subhaanahu wa Ta'aala mengakibatkan mereka lupa terhadap maslahat diri mereka, maka keadaan mereka menjadi melampaui batas, mereka pulang ke alam abadi dengan membawa kerugian di dunia dan alam abadi serta tertipu dengan tipuan yang sulit ditutupi, lantaran mereka yaitu orang-orang yang fasik.
[2] Yakni janganlah kau kamu lupa mengingat Allah, sehingga Dia mengakibatkan kau lupa bederma saleh untuk maslahat dirimu, lantaran jawaban diadaptasi dengan jenis amalan.
[3] Yaitu orang-orang yang keluar dari ketaatan kepada Allah dan menjatuhkan diri mereka ke lembah kemaksiatan.
[4] Maksudnya, apakah sama antara orang yang menjaga ketakwaan kepada Allah dan memperhatikan amal yang dilakukannya untuk menghadapi alam abadi sehingga ia berhak mendapat nirwana dan kehidupan yang menyenangkan dengan orang-orang yang lalai dari mengingat Allah, melupakan hak-hak-Nya sehingga ia pun menjadi celaka di dunia dan berhak mendapat neraka di akhirat? Yang pertama memperoleh kemenangan, sedangkan yang kedua memperoleh kerugian.
[5] Setelah Allah Subhaanahu wa Ta'aala menunjukan kepada hamba-hamba-Nya apa yang telah Dia terangkan, demikian pula Dia telah menyebutkan perintah dan larangan, dimana hal ini mengharuskan mereka untuk bersegera kepada apa yang diserukan itu dan meskipun hati mereka dalam hal kerasnya menyerupai gunung, namun Al Qur’an ini lantaran dalam nasihatnya dan perintah-perintah dan larangan-larangannya mengandung pesan yang tersirat dan maslahat, maka sekiranya diturunkan ke atas suatu gunung, tentu engkau akan melihat gunung tersebut tunduk terpecah belah lantaran takut kepada Allah Subhaanahu wa Ta'aala.
Perintah-perintah itu perintah yang paling gampang bagi hati dan paling ringan bagi tubuh serta higienis dari taklif (pembebanan) yang berat dan menindas, dan perintah-perintah itu cocok di setiap waktu, daerah dan umat.
Di penghujung ayat Allah Subhaanahu wa Ta'aala memberitahukan bahwa Dia membuat perumpamaan itu dan menunjukan yang halal dan yang haram kepada hamba-hamba-Nya yaitu semoga mereka memikirkan ayat-ayatnya dan mentadabburinya, lantaran dengan memikirkan dan mentadabburinya akan terbuka aneka macam macam ilmu, menunjukan kepada seseorang jalan kebaikan dan keburukan, mendorongnya berakhlak mulia dan mencegahnya dari susila yang buruk, sehingga tidak ada yang paling memperlihatkan manfaat bagi seorang hamba daripada memikirkan Al Qur’an dan mentadabburi maknanya.
[6] Dan ia dijadikan bisa membedakan menyerupai halnya manusia, sebagaimana disebutkan dalam tafsir Al Jalaalain.
[7] Ayat ini dan setelahnya mengandung banyak nama-nama Allah Subhaanahu wa Ta'aala yang indah dan sifat-sifat-Nya yang tinggi, agung perkaranya dan indah buktinya. Dia memberitahukan bahwa Allah Subhaanahu wa Ta'aala yaitu Tuhan yang berhak disembah lantaran kesempurnaan-Nya, ihsan-Nya yang merata dan pengaturan-Nya yang menyeluruh. Oleh lantaran itu, segala sesembahan selain-Nya yaitu batil; tidak berhak disembah lantaran keadaannya yang fakir, lemah dan mempunyai banyak kekurangan serta tidak berkuasa apa-apa terhadap dirinya maupun selainnya.
[8] Selanjutnya Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyifati Diri-Nya dengan pengetahuan-Nya yang menyeluruh baik yang mistik bagi makhluk maupun yang tidak mistik (tampak), demikian juga dengan meratanya rahmat-Nya yang mengena kepada segala sesuatu. Selanjutnya, Allah Subhaanahu wa Ta'aala mengulangi lagi uluhiyyah-Nya (keberhakan-Nya diibadahi, tidak selain-Nya), dan bahwa Dia yang mempunyai segala sesuatu baik alam belahan atas, alam belahan bawah maupun penghuninya, semuanya milik Allah, butuh kepada-Nya dan diatur-Nya.
[9] Dari segala yang tidak layak bagi-Nya.
[10] Yang selamat dari malu dan kekurangan; yang diagungkan dan dimuliakan.
[11] Bisa juga diartikan yang membenarkan para rasul-Nya dengan ayat dan mukjizat, dengan hujjah dan bukti.
[12] Dia tidak sanggup dikalahkan, bahkan Dia menundukkan segala sesuatu dan segala sesuatu tunduk kepada-Nya.
[13] Dia menundukkan semua makhluk, menutupi hati orang yang murung dan mengkayakan orang yang fakir.
[14] Dia mempunyai kebesaran dan keagungan, Dia higienis dari segala aib, kekurangan dan kezaliman.
[15] Ini yaitu pensucian-Nya secara umum dari segala sifat yang diberikan orang-orang musyrik untuk-Nya.
[16] Nama-nama ini terkait dengan menciptakan, mengatur dan menentukan, dimana semua itu hanya Allah Subhaanahu wa Ta'aala yang melaksanakan tanpa ada sekutu.
[17] Dia mempunyai nama-nama yang banyak sekali, dimana tidak ada yang sanggup menjumlahkannya selain Allah Subhaanahu wa Ta'aala. Meskpun begitu, semua nama-Nya yaitu indah, sifat-sifat yang sempurna, bahkan memperlihatkan sifat yang paling tepat dan paling agung, dimana tidak ada kekurangan di sana dari aneka macam sisi. Di antara indahnya yaitu bahwa Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyukainya, menyukai orang yang menyukainya dan menyukai orang-orang yang berdoa dan meminta dengan nama-nama itu. Demikian pula di antara sempurnanya dan bahwa Dia mempunyai nama-nama yang indah dan sifat-sifat yang tinggi yaitu bahwa semua yang ada di langit dan di bumi butuh terus kepada-Nya, bertasbih dengan memuji-Nya, meminta dipenuhi kebutuhannya, kemudian Dia memperlihatkan apa yang mereka minta itu dari karunia-Nya dan kemurahan-Nya yang dikehendaki oleh rahmat dan hikmah-Nya.
[18] Apa yang dikehendaki-Nya niscaya terjadi dan hal itu tidak terjadi kecuali lantaran pesan yang tersirat dan maslahat.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ (١٨) وَلا تَكُونُوا كَالَّذِينَ نَسُوا اللَّهَ فَأَنْسَاهُمْ أَنْفُسَهُمْ أُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ (١٩) لا يَسْتَوِي أَصْحَابُ النَّارِ وَأَصْحَابُ الْجَنَّةِ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ هُمُ الْفَائِزُونَ (٢٠)
Terjemah Surat Al Hasyr Ayat 18-20
18. [1]Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kau kerjakan.
19. Dan janganlah kau menyerupai orang-orang yang lupa kepada Allah, sehingga Allah mengakibatkan mereka lupa akan diri sendiri[2]. Mereka itulah orang-orang yang fasik[3].
20. Tidak sama para penghuni neraka dengan para penghuni surga; para penghuni nirwana itulah orang-orang yang memperoleh kemenangan[4].
Ayat 21-24: Menerangkan wacana keagungan Al Qur’an, menyucikan Allah Subhaanahu wa Ta'aala dari sifat-sifat kekurangan dan menyebutkan beberapa Al Asmaa’ul Husna dan sifat-sifat-Nya Yang Tinggi.
لَوْ أَنْزَلْنَا هَذَا الْقُرْآنَ عَلَى جَبَلٍ لَرَأَيْتَهُ خَاشِعًا مُتَصَدِّعًا مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ وَتِلْكَ الأمْثَالُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ (٢١) هُوَ اللَّهُ الَّذِي لا إِلَهَ إِلا هُوَ عَالِمُ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ هُوَ الرَّحْمَنُ الرَّحِيمُ (٢٢)هُوَ اللَّهُ الَّذِي لا إِلَهَ إِلا هُوَ الْمَلِكُ الْقُدُّوسُ السَّلامُ الْمُؤْمِنُ الْمُهَيْمِنُ الْعَزِيزُ الْجَبَّارُ الْمُتَكَبِّرُ سُبْحَانَ اللَّهِ عَمَّا يُشْرِكُونَ (٢٣) هُوَ اللَّهُ الْخَالِقُ الْبَارِئُ الْمُصَوِّرُ لَهُ الأسْمَاءُ الْحُسْنَى يُسَبِّحُ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ (٢٤)
Terjemah Surat Al Hasyr Ayat 21-24
21. [5]Sekiranya Kami turunkan Al Alquran ini kepada sebuah gunung[6], niscaya kau akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk insan semoga mereka berfikir.
22. [7]Dialah Allah, tidak ada yang kuasa yang berhak disembah selain Dia. [8]Mengetahui yang mistik dan yang nyata. Dialah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
23. Dialah Allah, tidak ada yang kuasa yang berhak disembah selain Dia. Maha Raja, Yang Mahasuci[9], Yang Mahasejahtera[10], Yang Memberikan keamanan[11], Yang Maha Mengawasi, Yang Mahaperkasa[12], Yang Mahakuasa[13], Yang mempunyai segala keagungan[14]. Mahasuci Allah dari apa yang mereka persekutukan[15].
24. Dialah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa[16], Dia mempunyai nama-nama yang indah[17]. Apa yang di langit dan di bumi bertasbih kepada-Nya. Dan Dialah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana[18].
[1] Allah Subhaanahu wa Ta'aala memerintahkan hamba-hamba-Nya yang mukmin untuk melaksanakan kehendak dari keimanan dan konsekwensinya yaitu tetap bertakwa kepada Allah Subhaanahu wa Ta'aala baik dalam keadaan diam-diam maupun terang-terangan dan dalam setiap keadaan serta memperhatikan perintah Allah baik syariat-Nya maupun batasan-Nya serta memperhatikan apa yang sanggup memberi mereka manfaat dan membuat mereka celaka serta memperhatikan hasil dari amal yang baik dan amal yang jelek pada hari Kiamat. Karena saat mereka mengakibatkan alam abadi di hadapan matanya dan di depan hatinya, maka mereka akan bersungguh-sungguh memperbanyak amal yang sanggup membuat mereka berbahagia di sana, menyingkirkan penghalang yang sanggup memberhentikan mereka dari melaksanakan perjalanan atau menghalangi mereka atau bahkan memalingkan mereka darnya. Demikian juga, saat mereka mengetahui bahwa Allah Subhaanahu wa Ta'aala Mahateliti terhadap apa yang mereka kerjakan, dimana amal mereka tidak ada yang tersembunyi bagi-Nya dan tidak akan sia-sia serta diremehkan-Nya, maka yang demikian sanggup membuat mereka semakin semangat bederma saleh.
Ayat ini merupakan asas dalam meintrospeksi diri, dan bahwa sepatutnya seorang hamba mengusut amal yang dikerjakannya, saat ia melihat ada yang cacat, maka segera disusul dengan mencabutnya, bertobat secara lapang dada (taubatan nashuha) dan berpaling dari segala alasannya yaitu yang sanggup membawa dirinya kepada cacat tersebut. Demikian juga saat ia melihat kekurangan pada dirinya dalam menjalankan perintah Allah, maka ia mengerahkan kemampuannya sambil meminta pinjaman kepada Tuhannya untuk sanggup menyempurnakan kekurangan itu dan memperbaikinya serta mengukur antara nikmat-nikmat Allah dan ihsan-Nya yang banyak dengan kekurangan pada amalnya, dimana hal itu akan membuatnya semakin malu kepada-Nya. Sungguh rugi seorang yang lalai terhadap dilema ini dan menyerupai dengan orang-orang yang lupa kepada Allah; lalai dari mengingat-Nya serta lalai dari memenuhi hak-Nya dan mendatangi laba terbatas bagi dirinya dan hawa nafsunya sehingga mereka tidak mendapat keberuntungan, bahkan Allah Subhaanahu wa Ta'aala mengakibatkan mereka lupa terhadap maslahat diri mereka, maka keadaan mereka menjadi melampaui batas, mereka pulang ke alam abadi dengan membawa kerugian di dunia dan alam abadi serta tertipu dengan tipuan yang sulit ditutupi, lantaran mereka yaitu orang-orang yang fasik.
[2] Yakni janganlah kau kamu lupa mengingat Allah, sehingga Dia mengakibatkan kau lupa bederma saleh untuk maslahat dirimu, lantaran jawaban diadaptasi dengan jenis amalan.
[3] Yaitu orang-orang yang keluar dari ketaatan kepada Allah dan menjatuhkan diri mereka ke lembah kemaksiatan.
[4] Maksudnya, apakah sama antara orang yang menjaga ketakwaan kepada Allah dan memperhatikan amal yang dilakukannya untuk menghadapi alam abadi sehingga ia berhak mendapat nirwana dan kehidupan yang menyenangkan dengan orang-orang yang lalai dari mengingat Allah, melupakan hak-hak-Nya sehingga ia pun menjadi celaka di dunia dan berhak mendapat neraka di akhirat? Yang pertama memperoleh kemenangan, sedangkan yang kedua memperoleh kerugian.
[5] Setelah Allah Subhaanahu wa Ta'aala menunjukan kepada hamba-hamba-Nya apa yang telah Dia terangkan, demikian pula Dia telah menyebutkan perintah dan larangan, dimana hal ini mengharuskan mereka untuk bersegera kepada apa yang diserukan itu dan meskipun hati mereka dalam hal kerasnya menyerupai gunung, namun Al Qur’an ini lantaran dalam nasihatnya dan perintah-perintah dan larangan-larangannya mengandung pesan yang tersirat dan maslahat, maka sekiranya diturunkan ke atas suatu gunung, tentu engkau akan melihat gunung tersebut tunduk terpecah belah lantaran takut kepada Allah Subhaanahu wa Ta'aala.
Perintah-perintah itu perintah yang paling gampang bagi hati dan paling ringan bagi tubuh serta higienis dari taklif (pembebanan) yang berat dan menindas, dan perintah-perintah itu cocok di setiap waktu, daerah dan umat.
Di penghujung ayat Allah Subhaanahu wa Ta'aala memberitahukan bahwa Dia membuat perumpamaan itu dan menunjukan yang halal dan yang haram kepada hamba-hamba-Nya yaitu semoga mereka memikirkan ayat-ayatnya dan mentadabburinya, lantaran dengan memikirkan dan mentadabburinya akan terbuka aneka macam macam ilmu, menunjukan kepada seseorang jalan kebaikan dan keburukan, mendorongnya berakhlak mulia dan mencegahnya dari susila yang buruk, sehingga tidak ada yang paling memperlihatkan manfaat bagi seorang hamba daripada memikirkan Al Qur’an dan mentadabburi maknanya.
[6] Dan ia dijadikan bisa membedakan menyerupai halnya manusia, sebagaimana disebutkan dalam tafsir Al Jalaalain.
[7] Ayat ini dan setelahnya mengandung banyak nama-nama Allah Subhaanahu wa Ta'aala yang indah dan sifat-sifat-Nya yang tinggi, agung perkaranya dan indah buktinya. Dia memberitahukan bahwa Allah Subhaanahu wa Ta'aala yaitu Tuhan yang berhak disembah lantaran kesempurnaan-Nya, ihsan-Nya yang merata dan pengaturan-Nya yang menyeluruh. Oleh lantaran itu, segala sesembahan selain-Nya yaitu batil; tidak berhak disembah lantaran keadaannya yang fakir, lemah dan mempunyai banyak kekurangan serta tidak berkuasa apa-apa terhadap dirinya maupun selainnya.
[8] Selanjutnya Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyifati Diri-Nya dengan pengetahuan-Nya yang menyeluruh baik yang mistik bagi makhluk maupun yang tidak mistik (tampak), demikian juga dengan meratanya rahmat-Nya yang mengena kepada segala sesuatu. Selanjutnya, Allah Subhaanahu wa Ta'aala mengulangi lagi uluhiyyah-Nya (keberhakan-Nya diibadahi, tidak selain-Nya), dan bahwa Dia yang mempunyai segala sesuatu baik alam belahan atas, alam belahan bawah maupun penghuninya, semuanya milik Allah, butuh kepada-Nya dan diatur-Nya.
[9] Dari segala yang tidak layak bagi-Nya.
[10] Yang selamat dari malu dan kekurangan; yang diagungkan dan dimuliakan.
[11] Bisa juga diartikan yang membenarkan para rasul-Nya dengan ayat dan mukjizat, dengan hujjah dan bukti.
[12] Dia tidak sanggup dikalahkan, bahkan Dia menundukkan segala sesuatu dan segala sesuatu tunduk kepada-Nya.
[13] Dia menundukkan semua makhluk, menutupi hati orang yang murung dan mengkayakan orang yang fakir.
[14] Dia mempunyai kebesaran dan keagungan, Dia higienis dari segala aib, kekurangan dan kezaliman.
[15] Ini yaitu pensucian-Nya secara umum dari segala sifat yang diberikan orang-orang musyrik untuk-Nya.
[16] Nama-nama ini terkait dengan menciptakan, mengatur dan menentukan, dimana semua itu hanya Allah Subhaanahu wa Ta'aala yang melaksanakan tanpa ada sekutu.
[17] Dia mempunyai nama-nama yang banyak sekali, dimana tidak ada yang sanggup menjumlahkannya selain Allah Subhaanahu wa Ta'aala. Meskpun begitu, semua nama-Nya yaitu indah, sifat-sifat yang sempurna, bahkan memperlihatkan sifat yang paling tepat dan paling agung, dimana tidak ada kekurangan di sana dari aneka macam sisi. Di antara indahnya yaitu bahwa Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyukainya, menyukai orang yang menyukainya dan menyukai orang-orang yang berdoa dan meminta dengan nama-nama itu. Demikian pula di antara sempurnanya dan bahwa Dia mempunyai nama-nama yang indah dan sifat-sifat yang tinggi yaitu bahwa semua yang ada di langit dan di bumi butuh terus kepada-Nya, bertasbih dengan memuji-Nya, meminta dipenuhi kebutuhannya, kemudian Dia memperlihatkan apa yang mereka minta itu dari karunia-Nya dan kemurahan-Nya yang dikehendaki oleh rahmat dan hikmah-Nya.
[18] Apa yang dikehendaki-Nya niscaya terjadi dan hal itu tidak terjadi kecuali lantaran pesan yang tersirat dan maslahat.
Posting Komentar untuk "Kumpulan Tafsir Al Hasyr Ayat 18-24"