Kumpulan Tafsir Al Fajr

Surah Al Fajr (Waktu Fajar)

Surah ke-89. 30 ayat. Makkiyyah

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

Ayat 1-14: Kisah sebagian umat yang mendustakan para rasul Allah dan azab yang menimpa mereka, dan di sana terdapat kode bahwa mereka yang menentang Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam niscaya binasa menyerupai umat-umat dahulu yang menentang Rasul-Nya.

وَالْفَجْرِ (١) وَلَيَالٍ عَشْرٍ (٢)وَالشَّفْعِ وَالْوَتْرِ (٣)وَاللَّيْلِ إِذَا يَسْرِ (٤)هَلْ فِي ذَلِكَ قَسَمٌ لِذِي حِجْرٍ (٥) أَلَمْ تَرَ كَيْفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِعَادٍ (٦)إِرَمَ ذَاتِ الْعِمَادِ (٧) الَّتِي لَمْ يُخْلَقْ مِثْلُهَا فِي الْبِلادِ (٨) وَثَمُودَ الَّذِينَ جَابُوا الصَّخْرَ بِالْوَادِ (٩) وَفِرْعَوْنَ ذِي الأوْتَادِ (١٠) الَّذِينَ طَغَوْا فِي الْبِلادِ (١١) فَأَكْثَرُوا فِيهَا الْفَسَادَ (١٢) فَصَبَّ عَلَيْهِمْ رَبُّكَ سَوْطَ عَذَابٍ (١٣) إِنَّ رَبَّكَ لَبِالْمِرْصَادِ (١٤

Terjemah Surat Al Fajr Ayat 1-14

1. Demi fajar,

2. demi malam yang sepuluh,

3. demi yang genap dan yang ganjil,

4. demi malam apabila berlalu[1].

5. Adakah pada yang demikian itu terdapat sumpah (yang sanggup diterima) bagi orang-orang yang berakal[2].

6. Tidakkah engkau (Muhammad) memperhatikan[3] bagaimana Tuhanmu berbuat terhadap (kaum) 'Aad?

7. (yaitu) penduduk Iram[4] yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi,

8. yang belum pernah dibangun (suatu kota) menyerupai itu, di negeri-negeri lain,

9. dan (terhadap) kaum Tsamud yang memotong batu-batu besar di lembah[5],

10. dan (terhadap kaum) Fir'aun yang mempunyai pasak-pasak (bangunan yang besar)[6],

11. yang berbuat diktatorial dalam negeri[7],

12. kemudian mereka banyak berbuat kerusakan dalam negeri itu[8],

13. Karena itu Tuhanmu menimpakan cemeti azab kepada mereka,

14. Sesungguh, Tuhanmu benar-benar mengawasi[9].

Ayat 15-20: Kekayaan dan kemiskinan ialah ujian dari Allah Subhaanahu wa Ta'aala kepada hamba-hamba-Nya.



فَأَمَّا الإنْسَانُ إِذَا مَا ابْتَلاهُ رَبُّهُ فَأَكْرَمَهُ وَنَعَّمَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَكْرَمَنِ (١٥) وَأَمَّا إِذَا مَا ابْتَلاهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَهَانَنِ (١٦) كَلا بَل لا تُكْرِمُونَ الْيَتِيمَ (١٧) وَلا تَحَاضُّونَ عَلَى طَعَامِ الْمِسْكِينِ (١٨) وَتَأْكُلُونَ التُّرَاثَ أَكْلا لَمًّا (١٩) وَتُحِبُّونَ الْمَالَ حُبًّا جَمًّا (٢٠

Terjemah Surat Al Fajr Ayat 15-20

15. [10]Maka adapun manusia, apabila Tuhan mengujinya kemudian memuliakannya dan memberinya kesenangan, maka ia berkata, "Tuhanku telah memuliakanku".

16. Namun apabila Tuhan mengujinya kemudian membatasi rezekinya, maka ia berkata, "Tuhanku telah menghinakanku.”

17. Sekali-kali tidak![11] Bahkan kau tidak memuliakan anak yatim[12],

18. dan kau tidak saling mengajak[13] memberi makan orang miskin[14],

19. sedangkan kau memakan harta warisan dengan cara mencampurbaurkan (yang halal dan yang haram)[15],

20. dan kau mengasihi harta dengan kecintaan yang berlebihan.

Manusia sangat mengasihi hartanya.

Ayat 21-30: Kedahsyatan hari Kiamat, terbaginya insan menjagi dua golongan; golongan yang berbahagia dan golongan yang celaka, dan penyesalan insan yang karam dalam kehidupan duniawi hingga tidak sempat bersedekah untuk alam abadi serta penghargaan Allah Subhaanahu wa Ta'aala kepada insan yang tepat imannya.

كَلا إِذَا دُكَّتِ الأرْضُ دَكًّا دَكًّا (٢١) وَجَاءَ رَبُّكَ وَالْمَلَكُ صَفًّا صَفًّا (٢٢) وَجِيءَ يَوْمَئِذٍ بِجَهَنَّمَ يَوْمَئِذٍ يَتَذَكَّرُ الإنْسَانُ وَأَنَّى لَهُ الذِّكْرَى (٢٣) يَقُولُ يَا لَيْتَنِي قَدَّمْتُ لِحَيَاتِي (٢٤) فَيَوْمَئِذٍ لا يُعَذِّبُ عَذَابَهُ أَحَدٌ (٢٥) وَلا يُوثِقُ وَثَاقَهُ أَحَدٌ (٢٦) يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ (٢٧) ارْجِعِي إِلَى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَرْضِيَّةً (٢٨) فَادْخُلِي فِي عِبَادِي (٢٩) وَادْخُلِي جَنَّتِي (٣٠

Terjemah Surat Al Fajr Ayat 21-30

21. Sekali-kali tidak![16] Apabila bumi diguncangkan berturut-turut[17],

22. dan datanglah Tuhanmu; dan malaikat berbaris-baris[18],

23. dan pada hari itu diperlihatkan neraka Jahanam[19]; pada hari itu sadarlah manusia, tetapi tidak berkhasiat lagi baginya kesadaran itu.

24. Dia berkata, "Alangkah baiknya sekiranya dahulu saya mengerjakan (kebajikan) untuk hidupku ini[20].”

25. Maka pada hari itu tidak ada seorang pun yang mengazab menyerupai azab-Nya (yang adil)[21],

26. dan tidak ada seorang pun yang mengikat menyerupai ikatan-Nya[22].

27. Wahai jiwa yang tenang[23]!

28. Kembalilah kepada Tuhanmu[24] dengan hati yang ridha[25] dan diridhai-Nya.

29. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku,

30. dan masuklah ke dalam surga-Ku[26].

KANDUNGAN AYAT

[1] Dengan membawa kegelapannya kepada hamba-hamba-Nya, sehingga mereka sanggup beristirahat sebagai rahmat Allah Ta’ala dan hikmah-Nya.

Jawab atau isi sumpahnya berdasarkan penyusun tafsir Al Jalaalain adalah, bahwa kau wahai orang-orang kafir akan diazab. Tampaknya, penyusun tafsir Al Jalaalain melihat beberapa ayat setelahnya yang membuktikan perihal kebinasaan orang-orang kafir. Menurut Syaikh As Sa’diy, bahwa yang digunakan sumpah dengan isi sumpahnya ialah adalah sama. Allah Subhaanahu wa Ta'aala bersumpah dengan fajar yang merupakan epilog malam dan permulaan siang alasannya pada pergantian malam dengan siang terdapat ayat-ayat yang memperlihatkan sempurnanya kekuasaan Allah Ta’ala, dan bahwa Dia saja yang sendiri mengatur semua urusan, dimana tidak ada yang pantas ditujukan ibadah kecuali kepada-Nya. Di samping itu, pada waktu fajar terdapat shalat yang utama dan mulia sehingga sangat tepat kalau Allah Subhaanahu wa Ta'aala bersumpah dengannya. Oleh alasannya itulah, setelahnya Allah Subhaanahu wa Ta'aala bersumpah dengan malam yang sepuluh, yaitu malam sepuluh terakhir bulan Ramadhan berdasarkan pendapat yang shahih, atau malam sepuluh pertama bulan Dzulhijjah, alasannya malam-malam tersebut ialah malam yang mulia yang banyak dilakukan ibadah tidak menyerupai pada malam-malam yang lain. Selain itu, pada malam yang sepuluh selesai bulan Ramadhan terdapat Lailatulqadr yang lebih baik dari seribu bulan, sedangkan di siangnya terdapat puasa Ramadhan yang merupakan salah satu rukun Islam. Sedangkan pada siang hari dari sepuluh Dzulhijjah terdapat wuquf di ‘Arafah (9 Dzulhijjah), dimana pada hari itu Allah Subhaanahu wa Ta'aala mengampuni hamba-hamba-Nya dengan ampunan yang menciptakan setan bersedih, bahkan setan tidak pernah terlihat lebih hina dan lebih rendah daripada hari ‘Arafah alasannya mereka melihat para malaikat dan rahmat turun dari Allah Subhaanahu wa Ta'aala kepada hamba-hamba-Nya, dan alasannya pada hari-hari itu terdapat amalan haji dan umrah. Dengan demikian, semua itu merupakan kasus yang agung dan pantas kalau Allah Subhaanahu wa Ta'aala bersumpah dengannya.

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, "Malam 10 hari terakhir bulan Ramadhan lebih utama daripada malam 10 hari pertama bulan Dzulhijjah, sedangkan siang hari 10 pertama bulan Dzulhijjah lebih utama dari siang hari sepuluh terakhir bulan Ramadhan. Dengan perincian ini kesamaran akan hilang. Yang memperlihatkan demikian ialah alasannya malam 10 terakhir bulan Ramadhan mempunyai kelebihan dengan lailatul qadrnya, di mana hal itu terjadi di malam hari, sedangkan 10 hari pertama bulan Dzulhijjah mempunyai kelebihan di siang harinya, alasannya terdapat hari nahr, hari 'Arafah dan hari tarwiyah (8 Dzulhijjah)."

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيْهَا أَحَبُّ إِلىَ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ مِنْ هَذِهِ الْأَيَّامِ - يَعْنِي أَيَّامَ الْعَشْرِ - قَالُوْا يَا رَسُوْلَ اللهِ وَلاَ الْجِهَادُ فِي سَبِيْلِ اللهِ ؟ قَالَ "وَلاَ الْجِهَادُ فِي سَبِيْلِ اللهِ إِلاَّ رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَيْءٍ

“Tidak ada hari di mana amal saleh pada hari itu lebih dicintai Allah ‘Azza wa Jalla daripada hari-hari ini –yakni sepuluh hari (pertama bulan Dzulhijjah)- para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, tidak juga jihad fii sabiilillah?” Beliau menjawab, “Tidak juga jihad fii sabiilillah, kecuali orang yang keluar (berjihad) dengan jiwa-raga dan hartanya, kemudian tidak bersisa lagi.” (HR. Bukhari)

[2] Ya, pada sebagainnya saja sudah cukup bagi yang mempunyai hati atau yang memakai pendengarannya, sedang ia menyaksikannya.

[3] Dengan hati dan penglihatanmu.

[4] Iram ialah ibukota kaum 'Aad.

[5] Lembah ini terletak di bab utara Jazirah Arab antara kota Madinah dan Syam. Mereka memotong-motong kerikil gunung untuk membangun gedung-gedung kawasan tinggal mereka dan ada pula yang melubangi gunung-gunung untuk kawasan tinggal mereka dan kawasan berlindung.

[6] Ada yang menafsirkan ‘pasak-pasak’ di sini dengan tentara-tentara yang mengokohkan kerajaannya.

[7] Sifat ini tertuju kepada kaum ‘Aad, Tsamud, Fir’aun dan orang-orang yang mengikuti mereka, alasannya mereka berbuat diktatorial di negeri Allah dan menganggu hamba-hamba Allah baik agama mereka maupun dunia mereka.

[8] Yaitu melaksanakan kekafiran dengan segala macam cabang-cabangnya yang terdiri dari aneka macam macam kemaksiatan, memerangi para rasul, menghalangi insan dari jalan Allah dan lain-lain. Ketika mereka telah melampaui batas bertindak demikian, maka Allah Subhaanahu wa Ta'aala mengazab mereka sebagaimana diterangkan dalam ayat selanjutnya.

[9] Dia mengawasi orang yang mendurhakai-Nya, Dia memberinya tangguh dan selanjutnya menghukumnya dengan eksekusi dari Yang mempunyai keperkasaan dan kekuasaan.

[10] Allah Subhaanahu wa Ta'aala memberitahukan perihal watak insan dari sisi kemanusiaannya, yaitu bahwa ia (manusia itu) jahil (tidak tahu) dan zalim; ia tidak mengetahui jawaban dari sesuatu. Ia mengira, bahwa keadaannya itu akan tetap langgeng dan tidak akan berubah, dan mengira bahwa nikmat yang diberikan Allah kepadanya memperlihatkan kemuliaannya di sisi-Nya dan bersahabat dengan-Nya. Sebaliknya, dikala ia dibatasi rezekinya, menurutnya berarti Allah menghinakannya. Maka pada ayat selanjutnya (ayat ke-17) Allah Subhaanahu wa Ta'aala membantah persangkaan tersebut. Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyalahkan orang-orang yang menyampaikan bahwa kekayaan itu ialah suatu kemuliaan dan kemiskinan ialah suatu kehinaan menyerupai yang tersebut pada ayat 15 dan 16, padahal sebetulnya kekayaan dan kemiskinan ialah ujian dari Allah kepada hamba-hamba-Nya. Demikian pula bahwa kemuliaan dan kemiskinan bukanlah tergantung pada kaya atau miskin, bahkan tergantung pada taat (takwa) atau tidaknya seseorang, namun kebanyakan insan tidak mengerti.

[11] Yakni tidak setiap orang yang diberi Allah nikmat berarti mulia di hadapan-Nya, dan tidak setiap orang yang dibatasi rezekinya berarti hina di hadapan-Nya. Bahkan sesungguhnya kaya dan miskin merupakan ujian dari Allah kepada hamba-hamba-Nya semoga Dia melihat siap yang bersyukur kepada-Nya dikala mendapat nikmat, dan siapa yang bersabar dikala disempitkan rezekinya sehingga Allah akan memberinya pahala yang besar, atau bahkan ia mendapat azab alasannya tidak bersyukur atas nikmat itu dan tidak bersabar dikala disempitkan rezekinya. Di samping itu pula, sibuknya seorang hamba memikirkan kesenangan dirinya saja dan tidak peduli dengan keadaan orang lain yang membutuhkan merupakan kasus yang dicela Allah Subhaanahu wa Ta'aala sebagaimana firman Allah Ta’ala pada lanjutan ayat tersebut.

[12] Seperti tidak memperlihatkan hak-haknya dan tidak berbuat baik kepadanya, padahal ia telah kehilangan bapaknya. Hal ini memperlihatkan hilangnya sifat rahmat (kasih-sayang) dalam hatimu dan tidak suka kepada kebaikan.

[13] Baik diri kau maupun orang lain.

[14] Karena bakhil kepada harta dan cinta yang berlebihan kepadanya.

[15] Tidak menyisakan sedikit pun darinya.

[16] Yakni tidaklah semua harta yang kau cintai itu akan kekal, bahkan di hadapanmu ada hari yang agung dan insiden yang dahsyat dimana bumi dan gunung diratakan sehingga menjadi rata tanpa ada kawasan tinggi dan tanpa ada kawasan rendah.

[17] Sehingga semua bangunan di atasnya hancur luluh.

[18] Allah Subhaanahu wa Ta'aala akan tiba pada hari Kiamat untuk menuntaskan permasalahan di antara hamba-hamba-Nya dalam naungan awan, namun kita tidak mengetahui bagaimana datangnya (mengimaninya wajib dan menanyakannya ialah bid’ah), wallahu a’lam. Demikian pula para malaikat dari setiap langit akan tiba satu shaf-satu shaf dan mengepung manusia. Berbarisnya mereka ini ialah berbaris dengan perilaku tunduk dan merendahkan diri kepada Allah Subhaanahu wa Ta'aala Raja Yang Mahaperkasa.

[19] Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

يُؤْتَى بِجَهَنَّمَ يَوْمَئِذٍ لَهَا سَبْعُونَ أَلْفَ زِمَامٍ مَعَ كُلِّ زِمَامٍ سَبْعُونَ أَلْفَ مَلَكٍ يَجُرُّونَهَا

“Neraka Jahanam didatangkan pada hari itu dengan keadaannya mempunyai 70.000 kekang (tarikan), masing-masing kekang ditarik oleh tujuh puluh ribu malaikat.” (HR. Muslim)

[20] Dari ayat ini kita mengetahui, bahwa kehidupan yang lebih layak untuk diberikan kerja keras kepadanya ialah kehidupan di akhirat, alasannya kehidupannya ialah kehidupan yang kekal abadi.

[21] Bagi orang yang meremehkan hari itu dan tidak bersedekah untuk menghadapinya.

[22] Mereka diikat dengan rantai dan diseret di atas mukanya ke dalam air yang sangat panas kemudian dibakar dalam api (lihat surah Az Zumar: 71-72). Ini ialah jawaban bagi orang-orang yang berdosa, adapun orang yang merasa damai kepada Allah, beriman kepada-Nya dan membenarkan rasul-rasul-Nya, maka akan dikatakan kepadanya, “Wahai jiwa yang tenang!”

[23] Yaitu orang mukmin. Ia damai kepada dzikrullah dan damai mencintai-Nya.

[24] Yang telah mengurus dan mendidikmu dengan nikmat-Nya serta melimpahkan ihsan-Nya kepadamu sehingga kau termasuk wali-Nya.

[25] Kepada Allah dan alasannya pahala yang diberikan-Nya.

[26] Ucapan ini ditujukan kepada ruh orang mukmin pada hari Kiamat dan ditujukan pula kepadanya dikala ia mati.

=====================================
al Ustadz Abu Muawiyyah Askari bin Jamal

1.Surat al Fajr 1Archive1.3 MB
2.Surat al Fajr 2Archive1.1 MB
3.Surat al Fajr 3Archive711.9 KB
4.Surat al Fajr 4Archive1.6 MB
5.Surat al Fajr 5Archive940.1 KB
6.Surat al Fajr 6Archive1.3 MB
7.Surat al Fajr 7Archive1.1 MB

Abu Abdillah Muhammad Asnur

Posting Komentar untuk "Kumpulan Tafsir Al Fajr"