Kumpulan Tafsir Al Balad

Surah Al Balad (Negeri Mekah)

Surah ke-90. 20 ayat. Makkiyyah

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

Ayat 1-4: Hidup insan penuh dengan perjuangan.

لا أُقْسِمُ بِهَذَا الْبَلَدِ (١) وَأَنْتَ حِلٌّ بِهَذَا الْبَلَدِ (٢) وَوَالِدٍ وَمَا وَلَدَ (٣) لَقَدْ خَلَقْنَا الإنْسَانَ فِي كَبَدٍ (٤)

Terjemah Surat Al Balad Ayat 1-4

1. Aku bersumpah dengan negeri ini[1],

2. dan engkau (Muhammad), bertempat[2] di negeri (Mekah) ini,

3. dan demi (pertalian) bapak dan anaknya[3].

4. Sungguh, Kami telah membuat insan berada dalam susah payah[4].

Ayat 5-10: Menceritakan kaum kafir Mekah yang menentang kebenaran dan mendustakan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.

أَيَحْسَبُ أَنْ لَنْ يَقْدِرَ عَلَيْهِ أَحَدٌ (٥) يَقُولُ أَهْلَكْتُ مَالا لُبَدًا (٦)أَيَحْسَبُ أَنْ لَمْ يَرَهُ أَحَدٌ (٧) أَلَمْ نَجْعَلْ لَهُ عَيْنَيْنِ (٨) وَلِسَانًا وَشَفَتَيْنِ (٩) وَهَدَيْنَاهُ النَّجْدَيْنِ (١٠

Terjemah Surat Al Balad Ayat 5-10

5. Apakah beliau (manusia) itu mengira bahwa tidak ada sesuatu pun yang berkuasa atasnya?

6. Dan mengatakan, "Aku telah menghabiskan harta yang banyak.” [5]

7. [6]Apakah beliau mengira bahwa tidak ada sesuatu pun yang melihatnya?[7]

8. [8]Bukankah Kami telah menyebabkan untuknya sepasang mata[9],

9. dan pengecap dan sepasang bibir?[10]

10. Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan[11],

Ayat 11-20: Peristiwa besar pada hari Kiamat, dimana seseorang tidak sanggup melintasinya kecuali dengan amal saleh.

فَلا اقْتَحَمَ الْعَقَبَةَ (١١) وَمَا أَدْرَاكَ مَا الْعَقَبَةُ (١٢) فَكُّ رَقَبَةٍ (١٣)أَوْ إِطْعَامٌ فِي يَوْمٍ ذِي مَسْغَبَةٍ (١٤) يَتِيمًا ذَا مَقْرَبَةٍ (١٥) أَوْ مِسْكِينًا ذَا مَتْرَبَةٍ (١٦) ثُمَّ كَانَ مِنَ الَّذِينَ آمَنُوا وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ وَتَوَاصَوْا بِالْمَرْحَمَةِ (١٧) أُولَئِكَ أَصْحَابُ الْمَيْمَنَةِ (١٨) وَالَّذِينَ كَفَرُوا بِآيَاتِنَا هُمْ أَصْحَابُ الْمَشْأَمَةِ (١٩) عَلَيْهِمْ نَارٌ مُؤْصَدَةٌ (٢٠)

Terjemah Surat Al Balad Ayat 11-20

11. Tetapi Dia tiada menempuh jalan yang mendaki dan sukar[12]?

12. Dan tahukah kau apakah jalan yang mendaki dan sukar?

13. (yaitu) melepaskan perbudakan (hamba sahaya)[13],

14. atau memberi makan pada hari terjadi kelaparan.

15. (kepada) anak yatim yang ada korelasi kerabat[14],

16. atau orang miskin yang sangat fakir.

17. Kemudian menjadi termasuk orang-orang yang beriman[15] dan saling berpesan untuk bersabar[16] dan saling berpesan untuk berkasih sayang[17].

18. Mereka (yang telah disebutkan sifat-sifatnya itu) yakni golongan kanan[18].

19. Dan orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami[19], mereka itu yakni golongan kiri.

20. Mereka berada dalam neraka yang ditutup rapat[20].

KANDUNGAN AYAT

[1] Yaitu negeri Mekah yang merupakan negeri yang paling utama secara mutlak, khususnya dikala Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berada di sana.

[2] Kata ‘hil’ di ayat ini bisa berarti ‘halal.’ Yang menunjukkan bahwa Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam akan menaklukkannya, dan ternyata demikian.

[3] Yakni Adam dan keturunannya. Isi sumpahnya yakni apa yang disebutkan pada ayat selanjutnya.

[4] Yakni penuh dengan penderitaan dan mencicipi banyak sekali tragedi alam di dunia, di alam barzakh dan pada hari Kiamat. Oleh alasannya itu, sepatunya ia berusaha melaksanakan perbuatan yang sanggup menghilangkan penderitaan itu dan mendatangkan kegembiraan serta kesenangan selama-lamanya. Jika ia tidak melakukannya, maka ia akan senantiasa dalam penderitaan. Bisa juga maksudnya, bahwa Kami telah membuat insan dalam bentuk yang sebaik-baiknya; beliau ditakdirkan untuk sanggup bertindak dan melaksanakan pekerjaan yang berat, namun sayang beliau tidak bersyukur kepada Allah Subhaanahu wa Ta'aala terhadap nikmat yang besar itu, bahkan bersikap arogan dan sombong dengan keadaannya kepada Penciptanya. Cukuplah sebagai bukti kebodohan dan kezalimannya dikala ia menyangka bahwa keadaan itu akan tetap langgeng padanya dan bahwa kemampuannya akan terus dimilikinya. Oleh alasannya itu, Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman, “Apakah beliau (manusia) itu mengira bahwa tidak ada sesuatu pun yang berkuasa atasnya?”

[5] Ia bersikap melampaui batas dan berbangga diri dengan harta yang dikeluarkannya dalam jumlah besar untuk memuaskan hawa nafsunya. Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyebut di ayat ini mengeluarkan harta untuk memuaskan hawa nafsu dan bermaksiat dengan ‘ihlaak’ (membinasakan atau menghabiskan), alasannya pengeluaran tersebut tidak bermanfaat bagi orang yang mengeluarkannya, bahkan hanya membuatnya menyesal, rugi, kelelahan dan membuat hartanya berkurang. Berbeda dengan orang yang mengeluarkan hartanya untuk mencari keridhaan Allah di jalan-jalan kebaikan, maka ia akan mendapatkan laba dari infaknya itu dan Allah Subhaanahu wa Ta'aala akan menggantinya dengan berlipat ganda.

[6] Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman mengancam orang yang berbangga ini dengan mengeluarkan harta untuk memuaskan hawa nafsunya itu.

[7] Yakni apakah ia mengira dikala berbuat demikian, bahwa Allah Subhaanahu wa Ta'aala tidak akan melihatnya dan menghisab amalnya baik yang kecil maupun yang besar? Bahkan Allah Subhaanahu wa Ta'aala melihatnya, menjaga amalnya dan menyerahkannya kepada para malaikat yang mencatatnya (Al Kiraamul Kaatibuun) untuk lalu diberikan balasan.

[8] Selanjutnya Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyebutkan nikmat-nikmat-Nya supaya beliau mengakuinya.

[9] Untuk keindahan dan untuk melihat.

[10] Untuk berbicara dan keperluan lainnya. Ini pola nikmat dunia. Pada ayat selanjutnya, Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyebutkan nikmat agama.

[11] Yakni kebaikan dan kejahatan serta mana petunjuk dan mana kesesatan. Hal ini merupakan nikmat yang sangat besar yang seharusnya seorang hamba mau memenuhi hak-hak Allah Subhaanahu wa Ta'aala, bersyukur kepada-Nya atas nikmat-nikmat-Nya dan tidak memakai nikmat tersebut untuk bermaksiat kepada-Nya. Namun sayang, sebagaimana diterangkan pada ayat selanjutnya, ia tidak mau melakukannya.

[12] Karena ia lebih mengutamakan hawa nafsunya.

[13] Baik dengan memerdekakannya atau membantu supaya ia (budak) sanggup melunasi pemerdekaan dirinya kepada tuannya. Yang lebih patut lagi yakni memerdekakan tawanan yang muslim yang ditangkap oleh orang kafir.

[14] Yakni di samping sebagai anak yatim, ia juga fakir dan mempunyai korelasi kekerabatan.

[15] Dengan hati mereka kepada semua yang wajib diimani, dan mengerjakan amal saleh dengan anggota tubuh mereka baik yang berupa ucapan maupun perbuatan; yang wajib maupun yang sunat.

[16] Untuk tetap taat kepada Allah, menjauhi maksiat dan mendapatkan tanpa keluh kesah takdir Allah yang perih serta melaksanakan semua itu dengan ikhlas dan jiwa yang tenang.

[17] Kepada makhluk, ibarat memberi orang yang membutuhkan, mengajarkan orang yang tidak tahu, membantu mereka untuk maslahat agama dan dunia mereka, menyayangi kebaikan untuk mereka ibarat menyayangi kebaikan untuk dirinya sendiri, membenci sesuatu yang tidak disukai menimpa mereka sebagaimana ia membenci hal itu menimpa dirinya.

[18] Karena mereka mengerjakan perintah-perintah Allah, baik yang terkait dengan hak-hak-Nya maupun yang terkait dengan hak hamba-hamba-Nya, serta mereka tinggalkan larangan Allah Subhaanahu wa Ta'aala. Inilah tanda kebahagiaan dan keberuntungan.

[19] Menolak perkara-perkara yang telah disebutkan; tidak beriman kepada Allah dan tidak bersedekah saleh serta tidak sayang kepada hamba-hamba Allah.

[20] Sehingga mereka tidak sanggup keluar darinya dan berada dalam kesempitan, penderitaan dan siksa, wal ‘iyaadz billah.

=======================
Ustadz Askari bin Jamal

DOWNLOAD AUDIO : Al Balad - 1
DOWNLOAD AUDIO : Al Balad - 2
DOWNLOAD AUDIO : Al Balad - 3
DOWNLOAD AUDIO : Al Balad - 4
DOWNLOAD AUDIO : Al Balad - 5

Posting Komentar untuk "Kumpulan Tafsir Al Balad"