Bersedekah secara terang-terangan atau sembunyi sama-sama diperbolehkan dalam agama Islam. Allah telah memerintahkan dan memperbolehkan berzakat baik itu secara terang-terangan atau pun dengan cara sembunyi-sembunyi ibarat yang tercantum dalam Al-Quran surat An-Nahl ayat 75, dan surat Faathir ayat 29.
Nabi Muhammad saw telah menyampaikan teladan bahwa sedekah secara terang-terangan boleh dilakukan. Pada masa perang Tabuk, diharapkan bekal yang banyak untuk pasukan muslim. Nabi Muhammad saw mengumpulkan para sahabat dan bertanya siapa yang mau menyumbang atau bersedekah? Silahkan berdiri. Maka berdirilah Utsman Bin Affan, dia menyatakan berzakat 100 ekor unta dan lalu ditambahnya lagi 200 ekor, sehingga jumlah yang disedekahkannya itu menjadi 300 ekor unta.
Contoh sedekah dengan cara sembunyi-sembunyi dilakukan oleh sayyidina Ali Zainal Abidin (cucu Nabi Muhammad saw). Beliau memberi sedekah kepada kaum fakir miskin kota Madinah. Cara yang dia lakukan ialah dengan memberi bekal atau masakan pada malam hari dengan menutupi wajahnya sehingga orang yang diberi sedekah tidak tahu siapa orang yang memberinya. Hal ini gres diketahui ketika dia meninggal, ketika ketika jasadnya dimandikan ada bekas hitam di bahu beliau. Setelah ditanya-tanya kepada kerabat, kesudahannya salah seorang pembantu dia menyampaikan bahwa itu ialah bekas memikul masakan yang dia lakukan sendiri di malam hari mengantarkan masakan pada fakir miskin dan ia (pembantu tadi) pernah memergokinya satu kali lalu memperlihatkan diri untuk memikul masakan itu tapi sayyidina Ali Zainal Abidin menolaknya.
Dengan dua teladan di atas, sanggup dilihat bahwa sedekah boleh dilakukan terang-terangan dan boleh juga dilakukan secara sembunyi. Mana yang kita pilih itu tergantung kita sendiri yang menentukannya alasannya ialah ketika sudah nrimo dan sukarela, tentu tidak ada problem terhadap kedua hal itu. Hanya saja, ketika berzakat terang-terangan, bisakah kita meredam hati atau perasaan kita biar jangan hingga hal itu menjadi riya. :-)
Nabi Muhammad saw telah menyampaikan teladan bahwa sedekah secara terang-terangan boleh dilakukan. Pada masa perang Tabuk, diharapkan bekal yang banyak untuk pasukan muslim. Nabi Muhammad saw mengumpulkan para sahabat dan bertanya siapa yang mau menyumbang atau bersedekah? Silahkan berdiri. Maka berdirilah Utsman Bin Affan, dia menyatakan berzakat 100 ekor unta dan lalu ditambahnya lagi 200 ekor, sehingga jumlah yang disedekahkannya itu menjadi 300 ekor unta.
Contoh sedekah dengan cara sembunyi-sembunyi dilakukan oleh sayyidina Ali Zainal Abidin (cucu Nabi Muhammad saw). Beliau memberi sedekah kepada kaum fakir miskin kota Madinah. Cara yang dia lakukan ialah dengan memberi bekal atau masakan pada malam hari dengan menutupi wajahnya sehingga orang yang diberi sedekah tidak tahu siapa orang yang memberinya. Hal ini gres diketahui ketika dia meninggal, ketika ketika jasadnya dimandikan ada bekas hitam di bahu beliau. Setelah ditanya-tanya kepada kerabat, kesudahannya salah seorang pembantu dia menyampaikan bahwa itu ialah bekas memikul masakan yang dia lakukan sendiri di malam hari mengantarkan masakan pada fakir miskin dan ia (pembantu tadi) pernah memergokinya satu kali lalu memperlihatkan diri untuk memikul masakan itu tapi sayyidina Ali Zainal Abidin menolaknya.
Dengan dua teladan di atas, sanggup dilihat bahwa sedekah boleh dilakukan terang-terangan dan boleh juga dilakukan secara sembunyi. Mana yang kita pilih itu tergantung kita sendiri yang menentukannya alasannya ialah ketika sudah nrimo dan sukarela, tentu tidak ada problem terhadap kedua hal itu. Hanya saja, ketika berzakat terang-terangan, bisakah kita meredam hati atau perasaan kita biar jangan hingga hal itu menjadi riya. :-)
Posting Komentar untuk "Bersedekah Terang-Terangan Atau Sembunyi?"