bekalsalaf.blogspot.comPembahasan wacana fenomena Riba ini dikutip dari goresan pena seorang pengusaha Indonesia yang sukses berbisnis di luar negeri.
Yang mana ia memiliki seorang teman yang menyampaikan bahwa rezim Riba tidak akan pernah diberkati Allah. Pasti akan hancur. Lihatlah kini dunia sedang krisis. Itu sebab rezim Riba. Beliau hanya tersenyum.
Selang lalu ia katakan bahwa kalau persepsi Anda uang masa kini sama dengan emas, tentu akan rancu menerjemahkan Riba.Yang mana ia memiliki seorang teman yang menyampaikan bahwa rezim Riba tidak akan pernah diberkati Allah. Pasti akan hancur. Lihatlah kini dunia sedang krisis. Itu sebab rezim Riba. Beliau hanya tersenyum.
Artikel Tentang Bahayanya Riba
Mengapa? Jika Anda meminjamkan uang Rp. 1 juta ke orang lain dengan janji akan dia kembalikan setahun lalu sebesar Rp. 1 juta juga. Anda beralasan tanpa bunga,
biar terhindar dari Riba. Tetapi untuk Anda ketahui bahwa ketika kesepakatan dibuat, Anda memang tidak makan “bunga”. Tetapi orang yang mendapatkan derma itu mendapatkan bunga secara terselubung. Kok bisa?
Ya, uang yang ada kini itu kan nilainya turun sebab waktu. Itu sebab faktor inflasi. Kelihatannya dia mengembalikan sama jumlah uangnya namun bekerjsama dia mengembalikan kurang dari nilai nominal yang ada.
Mengapa di masa nabi, Riba dilarang? Karena ukurannya yaitu barang atau emas. Pada masa itu belum ada sistem mata uang fiat dimana nilai uang itu ditentukan oleh kebijakan pemerintah. Yang terkait dengan kebijakan moneter dan fiskal.
Lihat Juga : kata mutiara islam sebelum kau halal bagiku
Mengapa harus pakai fiat kalau itu tidak sesuai dengan Sunah Rasul? Beliau katakan bahwa kalau kita pakai emas, mana cukup emas untuk menampung transaksi untuk populasi insan yang miliaran menyerupai sekarang.
Dan lagi tidak semua negara menguasai tambang emas. Sebagian besar tambang emas kini dikuasai oleh swasta. Lucu kan, kalau peradaban modern mata uangnya tergantung dengan pengusaha tambang. Bisa kacau dunia.
Makara berdasarkan ia keberadaan uang fiat itu bukan sebab Islam tidak menerima ruang dalam sistem ekonomi. Tetapi sebab proses sejarah. Slow motion yang terjadi dengan sendirinya sebagai proses sunatullah.
Makara bagaimana menyikapi fenomena Riba itu?
Ya, harus kembali kepada hakikat. Bahwa uang itu bukan tujuan tetapi hanyalah alat. Kita harus sanggup membedakan mana uang untuk bisnis dan mana untuk sedekah.
Ukurannya yaitu Niat. Memberikan derma untuk bisnis yaitu cara menyebarkan dan meringankan orang lain. Mendapat derma bisnis yaitu ujian menjaga amanah dan akhlak. Kalau orang pinjam nilainya tidak seberapa (kecil). Dan dipakai untuk kebutuhan hidup.
Anggap saja sedekah. Ikhlaskan saja kalau tidak dikembalikan dan tetap doakan biar orang itu dimudahkan Tuhan mendapatkan rezeki. Makara kembalikan kepada Akhlak.
Sejurus lalu teman ia menyampaikan bahwa fenomena riba juga terlihat dari faktanya banyak negara hancur sebab utang. Banyak pengusaha hancur sebab utang. Banyak rumah tangga hancur sebab utang.
Beliau menjawab dengan menyampaikan bahwa “Bukan utang sebagai penyebab, tetapi budpekerti orang yang berutang dan memberi utang yang salah. Sifat rakus. Itu penyebabnya”.
Mengapa? “Bagaimanapun juga, lebih banyak orang yang sukses dan tertolong sebab utang daripada yang gagal dan hancur.
Hampir semua bisnis saya dibangun dari utang. Apakah saya stress? Enggak. Karena saya tidak pernah anggap uang itu sebagai tujuan tetapi liabilities di hadapan insan dan Tuhan.
Makanya saya tidak perlu merasa jadi orang kaya apalagi merasa terhina kalau dibilang miskin oleh orang lain. Selagi kreditur dan istri happy dengan saya, itu sudah cukup bagi saya”.
Posting Komentar untuk "Fenomena Riba Dan Macam-macam Jebakan Riba"