Surah Al ‘Alaq (Segumpal Darah)
Surah Makkiyyah
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Ayat 1-5: Turunnya wahyu pertama kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, dan bahwa tulis baca yakni kunci ilmu pengetahuan.
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ (١) خَلَقَ الإنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ (٢) اقْرَأْ وَرَبُّكَ الأكْرَمُ (٣) الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ (٤) عَلَّمَ الإنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ (٥)
Terjemah Surat Al ‘Alaq ayat 1-5
1. [1]Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan[2],
2. Dia telah membuat insan dari segumpal darah[3].
3. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Mulia[4].
4. Yang mengajar (manusia) dengan pena[5].
5. Dia mengajarkan insan apa yang tidak diketahuinya[6].
Ayat 6-8: Manusia menjadi jahat lantaran merasa serba cukup.
كَلا إِنَّ الإنْسَانَ لَيَطْغَى (٦) أَنْ رَآهُ اسْتَغْنَى (٧) إِنَّ إِلَى رَبِّكَ الرُّجْعَى (٨
Terjemah Surat Al ‘Alaq ayat 6-8
6. [7]Ketahuilah! Sungguh, insan benar-benar melampaui batas,
7. apabila melihat dirinya serba cukup.
8. Sungguh, hanya kepada Tuhanmulah daerah kembali(mu).
Ayat 9-19: Kisah Abu Jahal dan sikapnya yang jahat terhadap Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.
أَرَأَيْتَ الَّذِي يَنْهَى (٩) عَبْدًا إِذَا صَلَّى (١٠) أَرَأَيْتَ إِنْ كَانَ عَلَى الْهُدَى (١١) أَوْ أَمَرَ بِالتَّقْوَى (١٢) أَرَأَيْتَ إِنْ كَذَّبَ وَتَوَلَّى (١٣)أَلَمْ يَعْلَمْ بِأَنَّ اللَّهَ يَرَى (١٤) كَلا لَئِنْ لَمْ يَنْتَهِ لَنَسْفَعًا بِالنَّاصِيَةِ (١٥)نَاصِيَةٍ كَاذِبَةٍ خَاطِئَةٍ (١٦) فَلْيَدْعُ نَادِيَهُ (١٧) سَنَدْعُ الزَّبَانِيَةَ (١٨)كَلا لا تُطِعْهُ وَاسْجُدْ وَاقْتَرِبْ (١٩
Terjemah Surat Al ‘Alaq ayat 9-19
9. Bagaimana pendapatmu wacana orang yang melarang,
10. seorang hamba (Nabi Muhammad) dikala ia melaksanakan shalat[8],
11. Bagaimana pendapatmu bila ia (yang tidak boleh shalat itu) berada di atas kebenaran (petunjuk),
12. atau ia menyuruh bertakwa (kepada Allah)?[9]
13. Bagaimana pendapatmu bila ia (yang melarang) itu mendustakan dan berpaling (dari iman)?
14. Tidakkah ia mengetahui bahwa sebetulnya Allah melihat (segala perbuatannya)?
15. [10]Sekali-kali tidak! Sungguh, bila ia tidak berhenti (berbuat demikian) pasti Kami tarik ubun-ubunnya[11] (ke dalam neraka),
16. (yaitu) ubun-ubun orang yang mendustakan dan durhaka[12].
17. Maka biarlah dia[13] memanggil golongannya (untuk menolongnya),
18. kelak Kami akan memanggil Malaikat Zabaniyah[14],
19. Sekali-kali jangan! Janganlah kau patuh kepadanya[15]; dan sujudlah[16] dan dekatkanlah (dirimu kepada Allah)[17].
KANDUNGAN AYAT
[1] Surah ini yakni surah yang pertama kali turun kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam; turun pada awal-awal kenabian dikala Beliau tidak mengetahui apa itu kitab dan apa itu iman, kemudian Jibril ‘alaihis salam tiba kepada Beliau membawa wahyu dan menyuruh Beliau membaca, ia berkata, “Bacalah”. Dengan terperanjat Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab, “Saya tidak sanggup membaca.” Beliau kemudian direngkuh oleh Malaikat Jibril hingga mencicipi kepayahan, kemudian dilepaskan sambil disuruh membacanya sekali lagi, “Bacalah.” Tetapi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam masih tetap menjawab, “Aku tidak sanggup membaca.” Begitulah keadaan berulang hingga tiga kali, dan pada ketiga kalinya Jibril berkata kepadanya, “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan--Dia telah membuat insan dari segumpal darah--Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah--Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam--Dia mengajar kepada insan apa yang tidak diketahuinya. (Terj. Al ‘Alaq: 1-5).
[2] Yakni yang membuat semua makhluk. Pada ayat selanjutnya disebutkan secara khusus insan di antara sekian ciptaan-Nya.
[3] Oleh lantaran itu, yang telah membuat insan dan memperhatikannya dengan mengurusnya, tentu akan mengaturnya dengan perintah dan larangan, yaitu dengan diutus-Nya rasul dan diturunkan-Nya kitab.
[4] Yakni banyak dan luas sifat-Nya, banyak kemuliaan dan ihsan-Nya, luas kepemurahan-Nya, dimana di antara kemurahan-Nya yakni mengajarkan banyak sekali ilmu kepada manusia.
[5] Maksudnya, Allah mengajar insan dengan perantaraan tulis baca.
[6] Hal itu, lantaran insan dikeluarkan-Nya dari perut ibunya dalam keadaan tidak tahu apa-apa, kemudian Dia mengakibatkan untuknya pendengaran, penglihatan dan hati serta memudahkan sebab-sebab ilmu kepadanya. Dia mengajarkan kepadanya Al Qur’an, mengajarkan kepadanya hikmah dan mengajarkan kepadanya dengan perantaraan pena, dimana dengannya terjaga ilmu-ilmu. Maka segala puji bagi Allah yang telah mengaruniakan nikmat-nikmat itu yang tidak sanggup mereka balas lantaran banyaknya. Selanjutnya Allah Subhaanahu wa Ta'aala mengaruniakan kepada mereka kekayaan dan kelapangan rezeki, akan tetapi insan lantaran kebodohan dan kezalimannya dikala merasa dirinya telah cukup, ia malah bertindak melampaui batas dan berbuat zalim serta bersikap sombong terhadap kebenaran menyerupai yang diterangkan dalam ayat selanjutnya. Ia lupa, bahwa daerah kembalinya yakni kepada Tuhannya, dan tidak takut kepada pembalasan yang akan diberikan kepadanya, bahkan keadaannya hingga meninggalkan petunjuk dengan impian sendiri dan mengajak insan untuk meninggalkannya, dan hingga melarang orang lain menjalankan shalat yang merupakan amal yang paling utama.
[7] Imam Muslim meriwayatkan dengan sanadnya yang hingga kepada Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu ia berkata: Abu Jahal berkata, “Apakah (kalian biarkan) Muhammad menaruh wajahnya (bersujud) di tengah-tengah kalian?” Lalu dikatakan, “Ya.” Maka Abu Jahal berkata, “Demi Lata dan ‘Uzza, bila saya melihatnya sedang melaksanakan hal itu, maka saya akan injak lehernya atau saya lumuri mukanya dengan debu.” Abu Hurairah berkata, “Maka Abu Jahal mendatangi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dikala Beliau sedang shalat lantaran menyangka akan sanggup menginjak leher Beliau. Lalu ia (Abu Jahal) membuat mereka (kawan-kawannya) kaget lantaran ternyata mundur ke belakang dan menjaga dirinya dengan kedua tangannya. Ia pun ditanya, “Ada apa denganmu?” Abu Jahal berkata, “Sesungguhnya antara saya dengan ia (Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam) ada parit dari api, hal yang menakutkan, dan sayap-sayap.” Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Kalau sekiranya ia mendekat kepadaku, tentu malaikat-malaikat akan merenggut anggota badannya sepotong demi sepotong.” Maka Allah ‘Azza wa Jalla menurunkan ayat - kami tidak mengetahui apakah dalam hadits Abu Hurairah atau sesuatu yang hingga kepadanya-, “Ketahuilah! Sungguh, insan benar-benar melampaui batas,-- apabila melihat dirinya serba cukup.-- Sungguh, hanya kepada Tuhanmulah daerah kembali(mu).-- Bagaimana pendapatmu wacana orang yang melarang,-- seorang hamba dikala ia melaksanakan shalat,-- Bagaimana pendapatmu bila ia (yang tidak boleh shalat itu) berada di atas kebenaran (petunjuk),-- seorang hamba dikala ia melaksanakan shalat-- Bagaimana pendapatmu bila ia (yang tidak boleh shalat itu) berada di atas kebenaran (petunjuk),-- atau ia menyuruh bertakwa (kepada Allah)?-- Bagaimana pendapatmu bila ia (yang melarang) itu mendustakan dan berpaling?—Yaitu Abu Jahal--- Tidakkah ia mengetahui bahwa sebetulnya Allah melihat (segala perbuatannya)?-- Sekali-kali tidak! Sungguh, bila ia tidak berhenti (berbuat demikian) pasti Kami tarik ubun-ubunnya (ke dalam neraka),-- (yaitu) ubun-ubun orang yang mendustakan dan durhaka.-- Maka biarlah ia memanggil golongannya (untuk menolongnya),-- kelak Kami akan memanggil Malaikat Zabaniyah,-- Sekali-kali jangan! Janganlah kau patuh kepadanya;…dst.” (Terj. Al ‘Alaq: 6-19)
Kalimat, “Kami tidak mengetahui apakah dalam hadits Abu Hurairah atau sesuatu yang hingga kepadanya,” berdasarkan Syaikh Muqbil merupakan keragu-raguan yang sanggup mencacatkan keshahihan alasannya turunnya, akan tetapi ia tetap mencantumkannya lantaran banyak syahid-syahidnya. Hadits tersebut berdasarkan Ibnu Katsir, diriwayatkan pula oleh Ahmad bin Hanbal, Muslim, Nasa’i dan Ibnu Abi Hatim dari hadits Mu’tamir bin Sulaiman. Hadits tersebut juga diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan Baihaqi dalam Dalaa’ilun Nubuwwah.
Imam Tirmidzi meriwayatkan dengan sanadnya yang hingga kepada Ibnu Abbas ia berkata, “Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam shalat, kemudian Abu Jahal tiba dan berkata, “Bukankah kau telah saya larang melaksanakan hal ini (shalat)? Bukankah kau telah saya larang melaksanakan hal ini (shalat)?” Maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berpaling sambil membentaknya, kemudian Abu Jahal berkata, “Sesungguhnya engkau mengetahui, bahwa tidak ada di sini orang yang lebih banyak golongannya dariku.” Maka Allah Tabaaraka wa Ta'aala berfirman, “Maka biarlah ia memanggil golongannya (untuk menolongnya),-- Maka biarlah ia memanggil golongannya (untuk menolongnya),” Ibnu Abbas berkata, “Demi Allah, kalau sekiranya ia memanggil kaumnya, tentu akan ditangkap oleh para malaikat Zabaniyah milik Allah.” (Tirmidzi berkata, “Hadits ini hasan gharib shahih.”)
[8] Yang melarang itu ialah Abu Jahal, sedangkan yang tidak boleh itu yakni Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sendiri. Akan tetapi perjuangan ini tidak berhasil lantaran Abu Jahal melihat sesuatu yang menakutkannya.
[9] Dengan demikian, pantaskah orang yang menyerupai ini keadaannya dilarang? Bukankah melarangnya merupakan penentangan yang besar kepada Allah dan kepada kebenaran? Karena yang berhak tidak boleh yakni orang yang tidak di atas petunjuk atau memerintahkan orang lain mengerjakan hal yang bertentangan dengan ketakwaan.
[10] Selanjutnya Allah Subhaanahu wa Ta'aala mengancamnya bila tetap terus bersikap menyerupai itu.
[11] Maksudnya, memasukkannya ke dalam neraka dengan menarik kepalanya dengan keras.
[12] Bisa juga diartikan, “Ubun-ubun orang yang dusta ucapannya dan salah perbuatannya.”
[13] Orang yang berhak mendapat azab itu.
[14] Malaikat Zabaniyah ialah malaikat yang menyiksa orang-orang yang berdosa di dalam neraka, mereka yakni malaikat yang agresif dan keras, dan sebagai malaikat yang besar lengan berkuasa dan berkuasa. Inilah keadaan orang yang melarang dan eksekusi yang diancamkan kepadanya. Adapun keadaan orang yang dilarang, maka Allah Subhaanahu wa Ta'aala memerintahkan biar tidak mempedulikan orang tersebut dan tidak menaatinya.
[15] Dengan meninggalkan shalat, lantaran ia tidaklah memerintahkan kecuali kepada yang terdapat kerugian di dunia dan akhirat.
[16] Yakni shalatlah lantaran Allah Subhaanahu wa Ta'aala.
[17] Dengan bersujud dan dengan menaati-Nya, lantaran semua itu sanggup mendekatkan kau kepada-Nya.
Ayat ini yakni umum berlaku pada orang yang melarang terhadap kebaikan dan tidak boleh dari melakukannya, meskipun berkenaan dengan Abu Jahal dikala melarang Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam melaksanakan shalat.
===========================
al Ustadz Abu Muawiyyah Askari bin Jamal
Surah Makkiyyah
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Ayat 1-5: Turunnya wahyu pertama kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, dan bahwa tulis baca yakni kunci ilmu pengetahuan.
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ (١) خَلَقَ الإنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ (٢) اقْرَأْ وَرَبُّكَ الأكْرَمُ (٣) الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ (٤) عَلَّمَ الإنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ (٥)
Terjemah Surat Al ‘Alaq ayat 1-5
1. [1]Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan[2],
2. Dia telah membuat insan dari segumpal darah[3].
3. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Mulia[4].
4. Yang mengajar (manusia) dengan pena[5].
5. Dia mengajarkan insan apa yang tidak diketahuinya[6].
Ayat 6-8: Manusia menjadi jahat lantaran merasa serba cukup.
كَلا إِنَّ الإنْسَانَ لَيَطْغَى (٦) أَنْ رَآهُ اسْتَغْنَى (٧) إِنَّ إِلَى رَبِّكَ الرُّجْعَى (٨
Terjemah Surat Al ‘Alaq ayat 6-8
6. [7]Ketahuilah! Sungguh, insan benar-benar melampaui batas,
7. apabila melihat dirinya serba cukup.
8. Sungguh, hanya kepada Tuhanmulah daerah kembali(mu).
Ayat 9-19: Kisah Abu Jahal dan sikapnya yang jahat terhadap Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.
أَرَأَيْتَ الَّذِي يَنْهَى (٩) عَبْدًا إِذَا صَلَّى (١٠) أَرَأَيْتَ إِنْ كَانَ عَلَى الْهُدَى (١١) أَوْ أَمَرَ بِالتَّقْوَى (١٢) أَرَأَيْتَ إِنْ كَذَّبَ وَتَوَلَّى (١٣)أَلَمْ يَعْلَمْ بِأَنَّ اللَّهَ يَرَى (١٤) كَلا لَئِنْ لَمْ يَنْتَهِ لَنَسْفَعًا بِالنَّاصِيَةِ (١٥)نَاصِيَةٍ كَاذِبَةٍ خَاطِئَةٍ (١٦) فَلْيَدْعُ نَادِيَهُ (١٧) سَنَدْعُ الزَّبَانِيَةَ (١٨)كَلا لا تُطِعْهُ وَاسْجُدْ وَاقْتَرِبْ (١٩
Terjemah Surat Al ‘Alaq ayat 9-19
9. Bagaimana pendapatmu wacana orang yang melarang,
10. seorang hamba (Nabi Muhammad) dikala ia melaksanakan shalat[8],
11. Bagaimana pendapatmu bila ia (yang tidak boleh shalat itu) berada di atas kebenaran (petunjuk),
12. atau ia menyuruh bertakwa (kepada Allah)?[9]
13. Bagaimana pendapatmu bila ia (yang melarang) itu mendustakan dan berpaling (dari iman)?
14. Tidakkah ia mengetahui bahwa sebetulnya Allah melihat (segala perbuatannya)?
15. [10]Sekali-kali tidak! Sungguh, bila ia tidak berhenti (berbuat demikian) pasti Kami tarik ubun-ubunnya[11] (ke dalam neraka),
16. (yaitu) ubun-ubun orang yang mendustakan dan durhaka[12].
17. Maka biarlah dia[13] memanggil golongannya (untuk menolongnya),
18. kelak Kami akan memanggil Malaikat Zabaniyah[14],
19. Sekali-kali jangan! Janganlah kau patuh kepadanya[15]; dan sujudlah[16] dan dekatkanlah (dirimu kepada Allah)[17].
KANDUNGAN AYAT
[1] Surah ini yakni surah yang pertama kali turun kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam; turun pada awal-awal kenabian dikala Beliau tidak mengetahui apa itu kitab dan apa itu iman, kemudian Jibril ‘alaihis salam tiba kepada Beliau membawa wahyu dan menyuruh Beliau membaca, ia berkata, “Bacalah”. Dengan terperanjat Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab, “Saya tidak sanggup membaca.” Beliau kemudian direngkuh oleh Malaikat Jibril hingga mencicipi kepayahan, kemudian dilepaskan sambil disuruh membacanya sekali lagi, “Bacalah.” Tetapi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam masih tetap menjawab, “Aku tidak sanggup membaca.” Begitulah keadaan berulang hingga tiga kali, dan pada ketiga kalinya Jibril berkata kepadanya, “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan--Dia telah membuat insan dari segumpal darah--Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah--Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam--Dia mengajar kepada insan apa yang tidak diketahuinya. (Terj. Al ‘Alaq: 1-5).
[2] Yakni yang membuat semua makhluk. Pada ayat selanjutnya disebutkan secara khusus insan di antara sekian ciptaan-Nya.
[3] Oleh lantaran itu, yang telah membuat insan dan memperhatikannya dengan mengurusnya, tentu akan mengaturnya dengan perintah dan larangan, yaitu dengan diutus-Nya rasul dan diturunkan-Nya kitab.
[4] Yakni banyak dan luas sifat-Nya, banyak kemuliaan dan ihsan-Nya, luas kepemurahan-Nya, dimana di antara kemurahan-Nya yakni mengajarkan banyak sekali ilmu kepada manusia.
[5] Maksudnya, Allah mengajar insan dengan perantaraan tulis baca.
[6] Hal itu, lantaran insan dikeluarkan-Nya dari perut ibunya dalam keadaan tidak tahu apa-apa, kemudian Dia mengakibatkan untuknya pendengaran, penglihatan dan hati serta memudahkan sebab-sebab ilmu kepadanya. Dia mengajarkan kepadanya Al Qur’an, mengajarkan kepadanya hikmah dan mengajarkan kepadanya dengan perantaraan pena, dimana dengannya terjaga ilmu-ilmu. Maka segala puji bagi Allah yang telah mengaruniakan nikmat-nikmat itu yang tidak sanggup mereka balas lantaran banyaknya. Selanjutnya Allah Subhaanahu wa Ta'aala mengaruniakan kepada mereka kekayaan dan kelapangan rezeki, akan tetapi insan lantaran kebodohan dan kezalimannya dikala merasa dirinya telah cukup, ia malah bertindak melampaui batas dan berbuat zalim serta bersikap sombong terhadap kebenaran menyerupai yang diterangkan dalam ayat selanjutnya. Ia lupa, bahwa daerah kembalinya yakni kepada Tuhannya, dan tidak takut kepada pembalasan yang akan diberikan kepadanya, bahkan keadaannya hingga meninggalkan petunjuk dengan impian sendiri dan mengajak insan untuk meninggalkannya, dan hingga melarang orang lain menjalankan shalat yang merupakan amal yang paling utama.
[7] Imam Muslim meriwayatkan dengan sanadnya yang hingga kepada Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu ia berkata: Abu Jahal berkata, “Apakah (kalian biarkan) Muhammad menaruh wajahnya (bersujud) di tengah-tengah kalian?” Lalu dikatakan, “Ya.” Maka Abu Jahal berkata, “Demi Lata dan ‘Uzza, bila saya melihatnya sedang melaksanakan hal itu, maka saya akan injak lehernya atau saya lumuri mukanya dengan debu.” Abu Hurairah berkata, “Maka Abu Jahal mendatangi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dikala Beliau sedang shalat lantaran menyangka akan sanggup menginjak leher Beliau. Lalu ia (Abu Jahal) membuat mereka (kawan-kawannya) kaget lantaran ternyata mundur ke belakang dan menjaga dirinya dengan kedua tangannya. Ia pun ditanya, “Ada apa denganmu?” Abu Jahal berkata, “Sesungguhnya antara saya dengan ia (Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam) ada parit dari api, hal yang menakutkan, dan sayap-sayap.” Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Kalau sekiranya ia mendekat kepadaku, tentu malaikat-malaikat akan merenggut anggota badannya sepotong demi sepotong.” Maka Allah ‘Azza wa Jalla menurunkan ayat - kami tidak mengetahui apakah dalam hadits Abu Hurairah atau sesuatu yang hingga kepadanya-, “Ketahuilah! Sungguh, insan benar-benar melampaui batas,-- apabila melihat dirinya serba cukup.-- Sungguh, hanya kepada Tuhanmulah daerah kembali(mu).-- Bagaimana pendapatmu wacana orang yang melarang,-- seorang hamba dikala ia melaksanakan shalat,-- Bagaimana pendapatmu bila ia (yang tidak boleh shalat itu) berada di atas kebenaran (petunjuk),-- seorang hamba dikala ia melaksanakan shalat-- Bagaimana pendapatmu bila ia (yang tidak boleh shalat itu) berada di atas kebenaran (petunjuk),-- atau ia menyuruh bertakwa (kepada Allah)?-- Bagaimana pendapatmu bila ia (yang melarang) itu mendustakan dan berpaling?—Yaitu Abu Jahal--- Tidakkah ia mengetahui bahwa sebetulnya Allah melihat (segala perbuatannya)?-- Sekali-kali tidak! Sungguh, bila ia tidak berhenti (berbuat demikian) pasti Kami tarik ubun-ubunnya (ke dalam neraka),-- (yaitu) ubun-ubun orang yang mendustakan dan durhaka.-- Maka biarlah ia memanggil golongannya (untuk menolongnya),-- kelak Kami akan memanggil Malaikat Zabaniyah,-- Sekali-kali jangan! Janganlah kau patuh kepadanya;…dst.” (Terj. Al ‘Alaq: 6-19)
Kalimat, “Kami tidak mengetahui apakah dalam hadits Abu Hurairah atau sesuatu yang hingga kepadanya,” berdasarkan Syaikh Muqbil merupakan keragu-raguan yang sanggup mencacatkan keshahihan alasannya turunnya, akan tetapi ia tetap mencantumkannya lantaran banyak syahid-syahidnya. Hadits tersebut berdasarkan Ibnu Katsir, diriwayatkan pula oleh Ahmad bin Hanbal, Muslim, Nasa’i dan Ibnu Abi Hatim dari hadits Mu’tamir bin Sulaiman. Hadits tersebut juga diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan Baihaqi dalam Dalaa’ilun Nubuwwah.
Imam Tirmidzi meriwayatkan dengan sanadnya yang hingga kepada Ibnu Abbas ia berkata, “Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam shalat, kemudian Abu Jahal tiba dan berkata, “Bukankah kau telah saya larang melaksanakan hal ini (shalat)? Bukankah kau telah saya larang melaksanakan hal ini (shalat)?” Maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berpaling sambil membentaknya, kemudian Abu Jahal berkata, “Sesungguhnya engkau mengetahui, bahwa tidak ada di sini orang yang lebih banyak golongannya dariku.” Maka Allah Tabaaraka wa Ta'aala berfirman, “Maka biarlah ia memanggil golongannya (untuk menolongnya),-- Maka biarlah ia memanggil golongannya (untuk menolongnya),” Ibnu Abbas berkata, “Demi Allah, kalau sekiranya ia memanggil kaumnya, tentu akan ditangkap oleh para malaikat Zabaniyah milik Allah.” (Tirmidzi berkata, “Hadits ini hasan gharib shahih.”)
[8] Yang melarang itu ialah Abu Jahal, sedangkan yang tidak boleh itu yakni Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sendiri. Akan tetapi perjuangan ini tidak berhasil lantaran Abu Jahal melihat sesuatu yang menakutkannya.
[9] Dengan demikian, pantaskah orang yang menyerupai ini keadaannya dilarang? Bukankah melarangnya merupakan penentangan yang besar kepada Allah dan kepada kebenaran? Karena yang berhak tidak boleh yakni orang yang tidak di atas petunjuk atau memerintahkan orang lain mengerjakan hal yang bertentangan dengan ketakwaan.
[10] Selanjutnya Allah Subhaanahu wa Ta'aala mengancamnya bila tetap terus bersikap menyerupai itu.
[11] Maksudnya, memasukkannya ke dalam neraka dengan menarik kepalanya dengan keras.
[12] Bisa juga diartikan, “Ubun-ubun orang yang dusta ucapannya dan salah perbuatannya.”
[13] Orang yang berhak mendapat azab itu.
[14] Malaikat Zabaniyah ialah malaikat yang menyiksa orang-orang yang berdosa di dalam neraka, mereka yakni malaikat yang agresif dan keras, dan sebagai malaikat yang besar lengan berkuasa dan berkuasa. Inilah keadaan orang yang melarang dan eksekusi yang diancamkan kepadanya. Adapun keadaan orang yang dilarang, maka Allah Subhaanahu wa Ta'aala memerintahkan biar tidak mempedulikan orang tersebut dan tidak menaatinya.
[15] Dengan meninggalkan shalat, lantaran ia tidaklah memerintahkan kecuali kepada yang terdapat kerugian di dunia dan akhirat.
[16] Yakni shalatlah lantaran Allah Subhaanahu wa Ta'aala.
[17] Dengan bersujud dan dengan menaati-Nya, lantaran semua itu sanggup mendekatkan kau kepada-Nya.
Ayat ini yakni umum berlaku pada orang yang melarang terhadap kebaikan dan tidak boleh dari melakukannya, meskipun berkenaan dengan Abu Jahal dikala melarang Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam melaksanakan shalat.
===========================
al Ustadz Abu Muawiyyah Askari bin Jamal
1. | Surat al ‘Alaq 1 | Archive | 1.4 MB |
2. | Surat al ‘Alaq 2 | Archive | 1.1 MB |
3. | Surat al ‘Alaq 3 | Archive | 1.0 MB |
4. | Surat al ‘Alaq 4 | Archive | 1.1 MB |
5. | Surat al ‘Alaq 5 | Archive | 1.024 MB |
Posting Komentar untuk "Kumpulan Tafsir Al ‘Alaq"