Surah Al A’laa (Yang Mahatinggi)
Surah ke-87. 19 ayat. Makkiyyah
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Ayat 1-5: Perintah bertasbih dan dalil-dalil terhadap kekuasaan dan keesaan Allah Subhaanahu wa Ta'aala.
Terjemah Surat Al A’la Ayat 1-5
1. [1]Sucikanlah nama Tuhanmu[2] Yang Mahatinggi[3],
2. Yang Menciptakan, kemudian menyempurnakan (penciptaan-Nya)[4],
3. Yang menentukan takdir (masing-masing) dan memberi petunjuk[5],
4. dan Yang menumbuhkan rerumputan[6],
5. kemudian dijadikan-Nya (rumput-rumput) itu[7] kering kehitam-hitaman.
Ayat 6-13: Penjagaan terhadap Al Qur’anul Karim, perilaku kaum mukmin dan orang-orang kafir terhadap Al Qur’an dan tanggapan untuk mereka.
Terjemah Surat Al A’la Ayat 6-13
6. [8]Kami akan membacakan (Al Qur’an) kepadamu (Muhammad) sehingga engkau tidak akan lupa[9],
7. Kecuali jikalau Allah menghendaki[10]. [11]Sungguh, Dia mengetahui yang terang[12] dan yang tersembunyi.
8. Dan Kami akan memudahkan bagimu ke jalan yang mudah[13],
9. oleh lantaran itu berikanlah peringatan[14], lantaran peringatan itu bermanfaat[15],
10. [16]orang yang takut (kepada Allah) akan mendapat pelajaran[17],
11. dan orang yang celaka (kafir) akan menjauhinya.
12. (yaitu) orang yang akan memasuki api yang besar (neraka).
13. selanjutnya ia di sana tidak mati[18] dan tidak (pula) hidup[19].
Ayat 14-19: Beruntungnya orang yang menyucikan dirinya dari dosa-dosa.
Terjemah Surat Al A’la Ayat 14-19
14. Sungguh beruntung orang yang menyucikan diri[20] (dengan beriman),
15. dan mengingat nama Tuhannya, kemudian Dia shalat.
16. Sedangkan kau (orang-orang kafir) menentukan kehidupan dunia[21],
17. padahal kehidupan alam abadi itu[22] lebih baik dan lebih kekal.
18. Sesungguhnya ini[23] terdapat dalam kitab-kitab yang dahulu,
19. (yaitu) kitab-kitab Ibrahim dan Musa[24].
KANDUNGAN AYAT
Surah ke-87. 19 ayat. Makkiyyah
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Ayat 1-5: Perintah bertasbih dan dalil-dalil terhadap kekuasaan dan keesaan Allah Subhaanahu wa Ta'aala.
سَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الأعْلَى (١) الَّذِي خَلَقَ فَسَوَّى (٢) وَالَّذِي قَدَّرَ فَهَدَى (٣) وَالَّذِي أَخْرَجَ الْمَرْعَى (٤) فَجَعَلَهُ غُثَاءً أَحْوَى (٥)
Terjemah Surat Al A’la Ayat 1-5
1. [1]Sucikanlah nama Tuhanmu[2] Yang Mahatinggi[3],
2. Yang Menciptakan, kemudian menyempurnakan (penciptaan-Nya)[4],
3. Yang menentukan takdir (masing-masing) dan memberi petunjuk[5],
4. dan Yang menumbuhkan rerumputan[6],
5. kemudian dijadikan-Nya (rumput-rumput) itu[7] kering kehitam-hitaman.
Ayat 6-13: Penjagaan terhadap Al Qur’anul Karim, perilaku kaum mukmin dan orang-orang kafir terhadap Al Qur’an dan tanggapan untuk mereka.
سَنُقْرِئُكَ فَلا تَنْسَى (٦) إِلا مَا شَاءَ اللَّهُ إِنَّهُ يَعْلَمُ الْجَهْرَ وَمَا يَخْفَى (٧) وَنُيَسِّرُكَ لِلْيُسْرَى (٨) فَذَكِّرْ إِنْ نَفَعَتِ الذِّكْرَى (٩)سَيَذَّكَّرُ مَنْ يَخْشَى (١٠) وَيَتَجَنَّبُهَا الأشْقَى (١١) الَّذِي يَصْلَى النَّارَ الْكُبْرَى (١٢) ثُمَّ لا يَمُوتُ فِيهَا وَلا يَحْيَا (١٣
Terjemah Surat Al A’la Ayat 6-13
6. [8]Kami akan membacakan (Al Qur’an) kepadamu (Muhammad) sehingga engkau tidak akan lupa[9],
7. Kecuali jikalau Allah menghendaki[10]. [11]Sungguh, Dia mengetahui yang terang[12] dan yang tersembunyi.
8. Dan Kami akan memudahkan bagimu ke jalan yang mudah[13],
9. oleh lantaran itu berikanlah peringatan[14], lantaran peringatan itu bermanfaat[15],
10. [16]orang yang takut (kepada Allah) akan mendapat pelajaran[17],
11. dan orang yang celaka (kafir) akan menjauhinya.
12. (yaitu) orang yang akan memasuki api yang besar (neraka).
13. selanjutnya ia di sana tidak mati[18] dan tidak (pula) hidup[19].
Ayat 14-19: Beruntungnya orang yang menyucikan dirinya dari dosa-dosa.
قَدْ أَفْلَحَ مَنْ تَزَكَّى (١٤) وَذَكَرَ اسْمَ رَبِّهِ فَصَلَّى (١٥) بَلْ تُؤْثِرُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا (١٦) وَالآخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَى (١٧) إِنَّ هَذَا لَفِي الصُّحُفِ الأولَى (١٨) صُحُفِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى (١٩
Terjemah Surat Al A’la Ayat 14-19
14. Sungguh beruntung orang yang menyucikan diri[20] (dengan beriman),
15. dan mengingat nama Tuhannya, kemudian Dia shalat.
16. Sedangkan kau (orang-orang kafir) menentukan kehidupan dunia[21],
17. padahal kehidupan alam abadi itu[22] lebih baik dan lebih kekal.
18. Sesungguhnya ini[23] terdapat dalam kitab-kitab yang dahulu,
19. (yaitu) kitab-kitab Ibrahim dan Musa[24].
KANDUNGAN AYAT
[1] Syaikh Ibnu ‘Utsaimin dalam Tafsir Juz ‘Amma berkata, “Khithab (arah pembicaraan) di sini untuk Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, dan khithab kepada Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam dalam Al Qur’anul Karim terbagi menjadi tiga bagian: (1) Adanya dalil bahwa khithab itu khusus tertuju kepada Beliau, sehingga menjadi khusus untuk Beliau, (2) Adanya dalil bahwa khithab itu umum sehingga menjadi umum, (3) Tidak adanya dalil terhadap ini (khusus untuk Beliau) dan itu (khusus untuk umatnya), maka hal ini menjadi khusus lafaznya saja (kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam), namun secara hukumnya buat umat juga.”
Syaikh As Sa’diy berkata, “Allah Subhaanahu wa Ta'aala memerintahkan bertasbih kepada-Nya yang di dalamnya mengandung dzikr dan beribadah kepada-Nya, tunduk kepada keagungan-Nya dan merendahkan diri kepada kebesaran-Nya, dan hendaknya tasbih itu yang sesuai dengan keagungan Allah Ta’ala, yaitu dengan disebut nama-nama-Nya yang indah lagi tinggi di atas semua nama, dengan maknanya yang indah dan agung. Demikian pula dengan disebut perbuatan-Nya yang di antaranya ialah Dia membuat semua makhluk kemudian menyempurnakannya, yakni merapihkan dan memperbagus ciptaan-Nya.”
[2] Yakni sucikanlah Tuhanmu dari segala yang tidak layak bagi-Nya.
[3] Dr. Abdurrahman Al Khumais dalam Anwaarul Hilaalain fit Ta’aqqubaat ‘alal Jalaalain berkata, “Al A’laa ialah salah satu nama Allah yang di dalamnya menetapkan sifat ketinggian bagi Allah Ta’ala; yang maknanya ialah Yang Paling Tinggi di atas segala sesuatu. Ia ialah Af’al tafdhil (bentuk kata yang memperlihatkan paling) yang memperlihatkan ketinggian Allah Ta’ala dengan semua makna ketinggian. Oleh lantaran itu, Dia paling tinggi kedudukannya, paling tinggi berkuasa, paling tinggi zat-Nya di atas segala sesuatu. Disebutkan nama-Nya Al A’laa di sini ialah untuk menunjukan keberhakan-Nya disucikan, yakni disucikan dari semua kekurangan.”
[4] Sehingga menjadi sesuai dan seimbang anggota tubuhnya.
[5] Hidayah atau petunjuk ini ialah petunjuk yang umum, yaitu bahwa Dia memperlihatkan kepada semua makhluk hal yang bermaslahat bagi mereka.
[6] Dia menurunkan dari langit air untuk menumbuhkan aneka macam macam tumbuhan dan rerumputan yang banyak, sehingga insan dan binatang sanggup memakannya.
[7] Setelah menghijau.
[8] Setelah Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyebutkan beberapa kenikmatan dunia, maka Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyebutkan asal dan sumber kenikmatan, yaitu Al Qur’an.
[9] Yakni Kami akan menjaga wahyu yang Kami wahyukan kepadamu dan menyimpannya dalam hatimu sehingga engkau tidak akan lupa sedikit pun darinya. Ini merupakan kabar bangga yang besar dari Allah Subhaanahu wa Ta'aala kepada hamba dan Rasul-Nya Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, bahwa Allah Subhaanahu wa Ta'aala akan mengajarkan ilmu kepadanya yang tidak akan Beliau lupakan.
[10] Dengan membuatmu melupakannya dengan dinaskh (dihapus) baik bacaan maupun hukumnya lantaran hikmah-Nya yang dalam.
[11] Disebutkan dalam tafsir Al Jalaalain, “Sebelumnya Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mengeraskan suaranya bersamaan bunyi Jibril lantaran takut lupa, seolah-olah dikatakan kepada Beliau, “Janganlah engkau terburu-buru dengannya, lantaran engkau tidak akan lupa. Oleh lantaran itu, jangan membebani dirimu dengan mengeraskan suara, lantaran sungguh, Dia mengetahui yang jelas dan yang tersembunyi.”
[12] Baik ucapan maupun perbuatan.
[13] Yaitu syariat Islam yang merupakan syariat yang paling gampang bagi insan dan membawa mereka kepada kebahagiaan di dunia dan akhirat. Syaikh As Sa’diy berkata, “Ini juga merupakan kabar bangga yang besar, bahwa Allah Subhaanahu wa Ta'aala akan memudahkan Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam kepada fasilitas dalam semua urusannya, dan Dia mengakibatkan syariat dan agama-Nya mudah.”
[14] Dengan syariat Allah dan ayat-ayat-Nya.
[15] Bisa juga diartikan, “Jika peringatan itu bermanfaat.” Dengan demikian, jikalau sepertinya tidak bermanfaat, maka tidak perlu menawarkan peringatan, terlebih apabila peringatan itu malah membuatnya bertambah melaksanakan keburukan. Sebagian ulama berkata, “Jika diperkirakan peringatan itu bermanfaat, maka wajib memberi peringatan. Tetapi, jikalau diperkirakan peringatan itu tidak bermanfaat, maka ia diberi pilihan; jikalau ia mau; ia memberi peringatan dan jikalau tidak, maka ia tidak memberi peringatan.” Syaikh Ibnu ‘Utsaimin dalam Tafsir Juz ‘Amma berkata, “Akan tetapi, bagaimana pun juga kita katakan, “Harus memberi peringatan, meskipun anda menerka bahwa peringatan itu tidak bermanfaat, lantaran kelak akan bermanfaat bagimu, dan kelak insan akan mengetahui bahwa sesuatu yang engkau peringatkan, sanggup wajib atau haram, dan jikalau engkau mendiamkan manusia, sedangkan mereka mengerjakan yang haram, maka nanti orang-orang akan berkata, “Kalau hal ini memang haram, tentu ulama akan memperingatkannya,” atau, “Kalau hal ini wajib tentu ulama akan mengingatkannya.” Oleh lantaran itu, harus diberi peringatan dan syariat harus disebarluaskan baik bermanfaat (bagi yang mereka) atau tidak.”
[16] Setelah diberikan peringatan, maka insan terbagi menjadi dua; orang yang mau mendapatkan peringatan itu dan orang yang tidak menerima. Orang yang mendapatkan peringatan itu ialah orang yang takut kepada Allah, lantaran takut kepada Allah Subhaanahu wa Ta'aala dan mengetahui bahwa Dia akan menawarkan tanggapan terhadap amalnya membuat seorang hamba berhenti melaksanakan maksiat dan berusaha menjalankan kebaikan. Sedangkan orang yang tidak mendapatkan peringatan itu ialah orang yang celaka ibarat halnya orang kafir sebagaimana diterangkan pada ayat selanjutnya.
[17] Hal ini sebagaimana firman Allah Ta’ala, “Maka berilah peringatan dengan Al Alquran orang yang takut dengan ancaman-Ku.” (Terj. Qaaf: 45)
[18] Sehingga sanggup beristirahat. Sampai-sampai mereka berharap semoga dimatikan saja, namun keinginan mereka tidak diberikan.
[19] Dengan nikmat.
[20] Dari syirk, kezaliman dan watak yang buruk.
[21] Yang kenikmatannya sementara dan tidak sempurna. Dengan demikian, cinta dunia merupakan sumber setiap keburukan.
[22] Yaitu surga.
[23] Yakni beruntungnya orang-orang yang menyucikan dirinya dan bahwa alam abadi itu lebih baik daripada dunia, atau yang disebutkan dalam surah yang penuh berkah ini berupa perintah-perintah dan berita-berita yang baik.
[24] Dengan demikian, perintah-perintah ini ada dalam setiap syariat lantaran bermaslahat di dunia dan akhirat, di setiap waktu dan setiap tempat.
==============================
Ustadz Abu Abdillah Muhammad Asnur
Download Audio Tafsir Al a’la (2)
Ustadz Askari bin Jamal
DOWNLOAD AUDIO : Kajian Tafsir Al Qur'an Surat Al A'laa - 1
DOWNLOAD AUDIO : Kajian Tafsir Al Qur'an Surat Al A'laa - 2
Ustadz Askari bin Jamal
DOWNLOAD AUDIO : Kajian Tafsir Al Qur'an Surat Al A'laa - 1
DOWNLOAD AUDIO : Kajian Tafsir Al Qur'an Surat Al A'laa - 2
DOWNLOAD AUDIO : Kajian Tafsir Al Qur'an Surat Al A'laa - 3
DOWNLOAD AUDIO : Kajian Tafsir Al Qur'an Surat Al A'laa - 4
DOWNLOAD AUDIO : Kajian Tafsir Al Qur'an Surat Al A'laa - 5
DOWNLOAD AUDIO : Kajian Tafsir Al Qur'an Surat Al A'laa - 6
Posting Komentar untuk "Kumpulan Tafsir Al A’Laa"